Laman

July 16, 2011

my boy is a mongdal (part 10)

Mereka berangkat ke pulau jeju, lalu sampai disana dengan meneruskan perjalanan menggunakan mobil yang dikendarai eli. Min rae sangat senang melihat pemandangan pulau jeju yang indah.

“ahh, aku ingin ke pantai.” Ucap min rae memperhatikan sekeliling jalanan yang mereka lewati.

“villa yang akan kita tempati nanti tepat disebelah pantai.” Sahut eli tersenyum masih serius menyetir mobilnya.

“jinjja?? Waahhh~~ itu villa keluargamu?” tanya min rae senang.

“hmm,” ucap eli pelan.

Selang perjalanan setengah jam, mereka berdua sampai disebuah pantai yang sangat indah dengan sebuah villa disebelah pantai yang pemandanganya sampai keujung lautan. Tanpa pikir panjang, min rae langsung berlari menuju pantai dan bermain disana. Sementara eli hanya duduk diatas pasir putih sambil memperhatikan min rae.

*

Sudah 3 hari min rae dan eli menikmati bulan madu mereka. Dipagi yang cerah ini, min rae menyewa dua sepeda untuk mengelilingi pulau jeju bersama suaminya.

“yaa~ aku menyewa ini. Ayo kita jalan-jalan.” Teriak min rae sambil menunjuk dua sepeda putih dihadapannya. Eli yang melihatnya langsung menghampiri min rae dan mengendarainya meninggalkan min rae. “yaa~~ tunggu.” Min rae ikut mengendarai sepedanya mengejar eli.

“sebentar! Berhentilah.” Teriak min rae membuat sepeda eli berhenti.

“baru sebentar, kau sudah lelah.” Gumam eli tersenyum.

“siapa yang lelah, baiklah kita berlomba saja, siapa yang sampai duluan ke pohon besar yang didepan itu. Dialah yang menang.” Ucap min rae langsung mengendarai sepedanya .”sampai jumpa didepan.”

“yaa~ kau curang.” Teriak eli mengayuh sepedanya pelan. Sementara min rae hanya tertawa senang.

“aku menang!!!!” teriak min rae menghentikan sepedanya. Eli menghentikan sepedanya tepat disebelah min rae.

“kau curang!!” ucap eli berusaha memeluk min rae. Min rae masih tertawa senang.

*

Malam sudah larut, min rae masih memperhatikan laut dari jendela kamarnya. Eli masih berbaring diatas tempat tidur sambil memperhatikan min rae. “kau belum tidur?” tanya eli. Min rae membalikkan badannya lalu berbaring disebelah min rae.

“eli-shi, kenapa kita tidak pindah saja kerumahku? Kan disana kita sudah terbiasa bersama. Mona sedikit sakit karena pindah kerumahmu.” Ucap min rae membuka pembicaraan.

“untuk sementara kita tinggal dirumah ayahku dulu saja, setelah pulang dari sini aku akan bekerja diperusahaan ayahku. Jadi jika kau dirumahku, kau tidak akan merasa sendiri. Kan banyak pelayan dirumahku.” Eli menjelaskan dengan nada ramah sambil membelai lembut rambut min rae.

“kau akan meninggalkanku sendirian dirumah?” tanya eli menatap wajah eli saat ini.

“kau bisa datang menemuiku dijam makan siang jika kau mau.” Jawab eli tersenyum. Min rae hanya tersenyum menatap eli.

“ehmmmmm, jika kita punya anak nanti, aku ingin menamainya eli kim.” Min rae mengubah topik pembicaraan.

“ne??” tanya eli kaget.

“ehmm, aku ingin anakku sepertimu nantinya. Walau kadang sedikit membuatku kesal, tapi aku sangat mencintaimu.” Jawab min rae meraih tangan eli.

“aku tidak mau, nanti kau akan lebih sayang anakmu dibanding suamimu ini.” Sahut eli cepat.

“aku akan menyayangi kalian sama besar. Aku berjanji.”

“baiklah, aku menyetujuinya, tapi memang kapan kau akan punya anak??” tanya eli dengan nada ketus.

“eli-shi,, kau itu mengesalkan!!!” min rae membalikkan tubuhnya menghindari eli.

“aku bercanda, jagiya.” Ucap eli memeluk tubuh min rae.

*

Umur pernikahan min rae dan eli sudah beranjak satu bulan. Eli juga sudah bekerja kembali diperusahaan milik ayahnya, sementara min rae terkadang menengoknya dikantor atau hanya bermain dengan mona dirumah.

Malam ini eli baru saja pulang ketika min rae sedang membereskan tempat tidurnya. “kau sudah pulang?” tanya min rae sumringah menghampiri suaminya.

“hem, dadaku sakit lagi.” Ucap eli duduk ditepi tempat tidur. Min rae hanya menghela napas panjang lalu duduk disebelah eli. “aku mulai lelah.” Ucap eli pelan. Min rae berusaha tersenyum lalu memeluk suaminya itu.

“tidak usah dipikirkan, tunggu disini yaa aku akan mengambil air hangat untukmu.” Min rae hampir bangkit dari tempat tidurnya namun tangan eli menggenggam erat lengan min rae. Min rae kembali duduk disebelah eli menatap wajah muram eli.

Sedikit lama mereka terdiam, hingga eli menatap wajah min rae yang berusaha tersenyum ketika eli menatapnya. Dengan pelan, tangan eli menyentuh pundak min rae dan mendekatkannya ketubuhnya. Eli mencium hangat bibir min rae. Tangan min rae memegang tengkuk eli sementara tangan eli membuka jaket yang melekat ditubuh min rae.

*TBC*

No comments:

Post a Comment