STARTING WITH : SEUNG RI, author(NARA) CAMEO: DAESUNG, SANDARA PARK
“Huuuhh, aku ingin sekali pergi keluar korea. Perancis, inggris, itali atau pun amerika. Aku ingin menghindar dari seluruh masalahku ini.” Ucap dara menyandarkan punggungnnya disampingku. Aku menatapnya sedikit tidak mengerti. “hmmm, kau tahu kan masalahku dengan kedua orang tuaku, aku bosan, aku ingin menjauh dari mereka. Andai saja aku hidup sendiri dari awal, aku kan tidak serepot ini. Aku bisa menjalani hidupku sesukaku tanpa ikut campur dari mereka.”
“ada ada saja kau...” sahutku menyeringaikan senyumku.
“kau juga pasti berpikir seperti itu kan?? Aku tahu kau juga bermasalah dengan keluargamu.”
“mungkin memang jalan takdirku. Tapi ada yang lebih indah dibanding mengasingkan diri ke perancis inggris atau manapun.” Sahutku santai dengan tatapan tajam mengarah ke orang yang sedang duduk tak jauh dariku.
“apa??”
*
Makan malam bersama keluarga hari ini terasa dingin bagiku. Tidak ada suara dari mulut seseorang sama sekali. Tapi semua keheningan itu berakhir ketika oppaku berkata padaku tentang apa yang aku lakukan jika aku tidak berada dirumah. Aku tidak menjawab pertanyaan itu, aku hanya meneruskan makanku.
“memangnya apa yang kau pikirkan, daesung-ie, apa dia berani pergi ke club malam? Atau pergi dengan lelaki hidung belang? Perempuan seperti dia tidak akan berani untuk melakukan itu.” Perkataan eomma membuat telingaku sedikit memanas. namun aku berusaha untuk menahannya.
“Aku juga berpikir seperti itu eomma, lagipula aku yakin dia juga tidak berani melawan orang lain dan hanya bisa menangis jika ada yg menyakitinya.” Sahut daesung membuat aku tidak tahan.
“kalian menghilangkan selesa makanku. Bisa tidak sekali saja kalian tidak menyinggung kehidupanku, lagipula kalian juga tidak pernah membantu kehidupanku kan?? Aku muak dengan kalian.” Aku meninggalkan meja makan itu setelah mengungkapkan semuanya.
*
Cukup malam memang saat ini, tapi entah kenapa mataku tidak bisa tertutup sama sekali. Hatiku masih membenci kedua orang tuaku juga daesung. Ahh. Aku membuka laci yang berada didalam lemari pakaianku. Mengambil sebuah amplop coklat kecil yang berisi sebuah cek dan beberapa lembar uang yang cukup banyak untuk satu tahun kedepan. Itu uang kuliahku sebenarnya. Tapi aku yakin aku bisa memakainya untuk kabur dari neraka kehidupan ini. Aku memberesi beberapa pakaian dan mengambil barang barang penting yang harus aku keluarkan dan ikut denganku.
“mereka juga tidak akan mencariku.”
*
Ini sebenarnya hari ketigaku untuk kabur, sudah 2 kali aku mencobanya dan selalu saja ditemukan oleh daesung. Aku bingung, kenapa mereka selalu saja mencariku jika aku pergi, padahal hidupku menurut mereka adalah merepotkan mereka. Sigh.. aku yakin aku bisa hidup sendiri, ini jalanku.
Cukup bagus, flat ini cukup nyaman untuk aku tempati hingga beberapa hari kedepan. Ada persediaan air hangat juga ternyata. Hh, terlihat lebih nyaman, bahkan sangat nyaman.
Aku membuka lemari dan memasukan beberapa pakaianku lalu menggelar tempat tidur dan berbaring diatasnya. Aku menghela napas panjang, terasa nyaman. Aku mulai terlelap.
*
Pagi datang lagi, sinar matahari leluasa masuk karena jendela flatku belum aku pasangi penghalang. Seseorang mengetuk pintu flatku. Aku terasa malas untuk membukanya tapi aku pikir pemilik flat yang mengetuknya. Aku berjalan pelan membukakan pintunya. Masih mengucek mataku yang sulit untuk terbuka.
“nara-ahh...” seorang lelaki langsung memelukku. Aku hampir saja terjatuh karenanya. Mataku seketika terbuka lebar.
“seungri-shi, ada apa?” tanyaku pelan dekapan tangan seungri benar benar terasa dipunggungku.
*
“kau tahu darimana aku disini?” tanyaku mengambil sebuah handuk putih dari dalam lemari.
“aku akan tahu dimanapun kau berada selama kau masih hidup.” Jawab seung ri santai bersandar ditembok memperhatikanku.
“ini, badanmu terlalu bau, berapa botol minuman keras yang telah kau minum. Mandilah, kita pergi dari sini setelah itu.” Aku melemparkan handuk itu kearah seung ri. Tanpa bicara, seung ri berdiri dan masuk kedalam kamr mandi yang aku tunjukkan.
Selagi seung ri membersihkan badannya dikamar mandi, aku mengganti bajuku dan membenarkan rambutku.
*
“memangnya apa yang akan kau lakukan?? Aku bisa membantumu agar kau lepas dari masalahmu ini.” Tanya seung ri ketika kami sedang duduk disebuah cafe untuk sarapan.
“aku ingin kau mengajakku keduniamu.” Jawabku perlahan tetapi pasti. Seung ri memperhatikanku dalam dalam. Awalnya aku santai, namun tatapan mata seung ri semakin tajam.
“ada apa? Jika kau tidak mau, aku akan melakukannya sendiri.” Tanyaku menatapnya denga tatapan tajam juga.
*
Sudah lebih dari 2 hari aku tidak pulang kerumah, tepat dugaanku, tidak ada yang mencariku. Sepertinya si daesung sudah lelah mencariku. Aku senang, akan hal itu. Ponselku berbunyi, siapa malam malam seperti ini menelponku. Aku melihat kelayar ponselku, seung ri.
“ada apa?? Ohh, baiklah, aku akan segera kesana.” Aku mengambil mantelku lalu bergegas kesuatu tempat.
*
Aku duduk disebuah pub yang cukup ramai dikunjungi beberapa orang. Aku duduk disebuah kursi tinggi didepan seorang bartender yang cukup handal melayni beebrapa tamu. Aku memperhatikan seisi pub tersebut. Namun tatapan mataku berhenti ketika aku melihat seung ri sedang duduk dengan seorang perempuan. Siapa perempuan itu? Aku bergumam sendiri.
“perempuan itu memang nomor satu disini, bahkan tuan seung ri saja mau menyewanya dengan harga tinggi.” Sahut bartender itu. “dia menghentikan kuliahnya agar cepat mendapatkan uang, kudengar keluarganya juga pergi meninggalkannya.”
Aku tercengang mendengar cerita dari bartender itu. Aku bahkan tak pernah berpikir untuk melakukan tindakan seperti perempuan itu. Dimana seung ri? Dia seolah meninggalkan perempuan itu.
“bagaimana tempatnya? Kau menyukainya?” tanya seung ri yang sudah berada disebelahku. Aku kaget saat itu namun dengan cepat aku mengangguk. “tidak usah gugup, nikmati saja malam ini.” Seung ri meninggalkanku lagi.
*
Setelah pulang dari kuliahku, aku mampir kesebuah restoran untuk membeli makanan. Disela perjalan pulang, aku memikirkan sesuatu, perkataan eomma waktu makan malam saat itu. Hh, aku tertarik untuk mencobanya. Tapi, aku tidak mau seperti perempuan yang aku lihat tadi malam, terlalu murah mengumbar dirinya untuk lelaki hidung belang.
*
“kenapa kau ada disini?” tanyaku kaget ketika melihat seung ri sudah berada didalam flatku duduk dibelakang meja kecil disana.
“aku menunggumu daritadi.” Jawab seung ri bangun dari duduknya. “bagaimana jika kita pergi keluar sekarang, aku sedang tidak ingin pergi sendiri hari ini.” Ajak seung ri tenang.
“kau bis amengajak perempuan yang semalam, aku lelah hari ini.” Jawabku meletakan belanjaanku.
“ayolaah..” seung ri memelukku. Aku merasakan pelukan lengannya. Benar benar hangat.
“ahh, baiklah. Lepaskan.” Aku melepaskan tangannya lalu keluar dari flat itu.
“kita sudah lama kenal, kenapa kau selalu gugup jika aku memelukmu?” tanya seung ri menutup flatku. Aku menghentikan langkahku sejenak lalu berjalan kembali.
Aku sudah mengenalnya sejak lama, tepatnya satu tahun yang lalu. Daesung yang mengenalkannya padaku, ia memang teman dekat daesung, tapi daesung tidak mengijinkan aku berteman dengannya, mungkin karena seing ri seperti itu. Tapi aku suka mengenalnya. Selain tampan, dia juga mau mendengar seluruh keluh kesahku. Lagipula selama ini dia juga tidak melakukan apapun padaku.
*
“kau senang hari ini?” tanya seung ri tersenyum memberikan teh panas untukku.
“ehmm, hahaha, aku jadi melupakan semua masalahku. Gomawo.” Ucapku sumringah sambil memperhatikan seoul tower yang berdiri didepanku.
“jika kau butuh aku, hubungi ponselku saja, aku akan menemanimu setiap kau membutuhkanku.” Ucap seung ri menepuk pundakku. Aku hanya membalasnya dengan senyum.
*
“pulanglah, appa dan eomma mencarimu.” Daesung menemukan tempat persembunyianku. Aku tidak memikirkan darimana ia menemukannya. Aku hanya diam saat ia berbicara seperti itu. “kau mau membuat mereka sakit lagi?? Pikirkanlah mereka jangan memikirkan dirimu sendiri!”
“mereka pun tidak pernah memikirkanku, untuk apa aku memikirkan mereka. Sudahlah, tidak usah mencariku lagi. Pergilah, aku muak!!!” aku mengusir dae sung. Emosiku benar benar tidak tertahan. Tak lama setelah dae sung pergi dari flatku aku pun meninggalkan flatku menuju pub yang pernah aku kunjungi.
Aku memesan beberapa minuman dan meminumnya dipojok pub itu. Aku tidak perduli walau aku tidak menyukai minuman itu. Yang ada diotakku adalah rasa kebencian kepada seluruh anggota keluargaku dan semua yang menghalangi kehidupanku.
“temani aku seungri-shi..” aku mengetikan sebuah pesan singkat dan mengirimkannya. Tak beberapa lama, seung ri datang dan duduk dihadapanku. Ia sedikit bingung melihatku yang meletakan kepalanya diatas meja.
“kau sudah tidak kuat menjalani hidupmu?” tanya seung ri tersenyum menatapku.
“aku ingin hidup sendirian dan melupakan mereka.” Jawabku tersenyum menatap seung ri. Seung ri menarik tanganku meninggalkan pub itu. Aku bingung mau dibawa kemana aku olehnya. Aku masuk kedalam sebuah mobil hitam miliknya.
“kau mau membawaku kemana?” tanyaku santai. Aku memang tidak mabuk malam itu, namun mataku sedikit remang ketika melihat kearah jalan. Seung ri terus membawa mobilnya melewati jalanan yang sepi. “seungri-shii, jawablah.” Pintaku menatap wajahnya.
“aku akan membantumu melupakan masalahmu malam ini.” Jawab seung ri santai.
*
Seung ri menarikku kesebuah kamar hotel yang cukup mewah. Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya sama sekali. Seung ri mengunci kamar itu. Aku sedikit tersenyum menatapnya.
“apa yang kau inginkan sebenarnya?” tanyaku masih berdiri dihadapannya.
“ikuti saja apa kataku, kau pasti akan melupakan semua masalahmu malam ini.” Jawab seung ri membenarkan rambutku. Seing ri memelukku hangat. Aku benar benar tidak bisa berkutik malam ini. Jantungku berdegup kencang seakan bertarung dengan degupan jantung seung ri.
“tidak, katakan apa yang akan kau lakukan.” Aku melepaskan pelukan seung ri dan sedikit melangkah mundur.
“nikmatilah, aku yakin kau akan menyukainya.” Pinta seung ri. Aku diam, perlahan wajahnya mendekati wajahku, matanya terpejam. Bibirnya menempel pelan dibibrku. Aku membiarkannya tanpa merespon sama sekali. Namun perlahan seungri mulai memainkan bibirnya. Ia menggigit bibirku pelan, aku yang sedikit merasa gusar menggerakan kepalaku namun tangan seungri menahan kepalaku. Aku merasa tidak nyaman dengan posisiku, namun seung ri memutar kepalanya sedikit seakan tahu aku tidak nyaman dengan posisiku.
“bagaimana?” tanya seungri sedikit mengusap ujung bibirku. Aku hanya diam tidak bisa menjawabnya. “kita mulai saja yaa...” seung ri membuka kemeja putihnya. Aku merasa seperti patung, ada beban dipundakku sehingga tubuhku tidak bisa digerakan sama sekali. Seung ri memelukku kembali, aku memberanikan diri membalas pelukannya. Dengan pelan ia membuka seluruh kancing kemejaku dan membaringkan tubuhku diatas tempat tidur yang nyaman malam itu. Seung ri tersneyum menatapku lalu mencium hangat leherku. Lagi lagi aku menikmatinya dan tidak bisa bergerak dan menolaknya. Aku mulai membalasnya dengan meraba dadanya yang bidang, terasa hangat memang. Perlahan seung ri mulai mengecup dadaku. Aku semakin menikmatinya hingga ia kembali mencium bibirku dan mengulumnya. Benar benar malam yang indah.
*
Matahari siang sudah menerobos masuk lewat celah serat-serat korden dihotel itu. Mataku perlahan mulai terbuka. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi pada diriku. Aku tersenyum ketika melihat seungri yang tidur lelap disebelahku. Aku memperhatikan seluruh ruangan hotel. Berantakan, pakaianku dan pakaian seungri berserakan dilantai. Aku merasakan dingin yang menyentuh kulitku.
“bagaimana semalam?” tanya seungri membuka matanya perlahan. Aku tertegun ketika tangannya memelukku. “tidurlah lagi, aku ingin memelukmu hingga sore nanti.” Pinta seung ri tersenyum. Aku menarik selimutku lalu mendekatkan badanku ke seung ri dan terpejam.
*
“kau yakin dengan hal itu bisa berhasil?” tanya dara setelah mendengarkan ceritaku hampir satu jam.
“kau coba saja.” Jawabku tersenyum ketika aku melihat seorang lelaki keluar dari sebuah mobil hitam.
“aku tidak pernah menyangkan seorang perempuan sepertimu bisa melakukan hal itu.” Ucap dara matanya masih terbuka lebar. Aku berdiri membiarkan dara berpikir untuk itu. Tapi, semua yang aku lakukan atas kehendakku semuanya menurutku adalah benar, mau itu menjijikan atau membuat orang lain membenciku, tapi inilah hidupku. Aku bisa mengatur hidupku sendiri.
“aku pergi dara, terserah kau, kau ingin pergi ke inggris atau ingin melaksanakan seperti apa yang telah aku ceritakan tadi.” Aku menghampiri seungri yang melambaikan tangannya kearahku. Aku tersenyum menyambutnya lalu memasuki mobil hitam itu.
#END#