Laman

December 31, 2010

ff: i'm sorry i love your boyfriend

STARTING WITH::

Yoon doo joon

SPIN:

-lee eun young

-lee shin rin

-choi soo min

-park hye ra

Malam terdengar sepi. Hanya terdengar suara detik jarum jam yang terus berputar mengelilingi pinggirnya. Mataku perlahan terbuka. Samar-samar aku lihat tepat didepanku, jam masih menunjukan pukul 2 pagi. Aku merasakan pelan pelan disekitar kamar hotel tempatku menginap malam ini. Masih sama seperti 4 jam yang lalu. Aku memperhatikan seorang lelaki tampan yang bertelanjang dada disebelah kiriku tertidur lelap sementara tangan kirinya memelukku. Aku sedikit tersenyum menatapnya lalu dengan perlahan menyingkirkan tangan kirinya dari perutku.

Dengan perlahan, aku bangkit dari tidurku lalu memakai kemeja putihku yang terlihat berantakan dilantai bersama blazer dan kaus putih milik doo joon. Sambil duduk dipinggir tempat tidur, aku memasang kancing-kancing kemejaku dan berjalan menuju jendela yang hanya tertutup sebuah kain sutra tipis sementara angin mengibaskan kain sutra itu melalui celah-celah jendela. Aku memperhatikan dari jendela tersebut kearah kota seoul yang berangin malam itu. Hanya satu atau dua kendaraan yang lewat malam itu. Tepat, sangat jarang dipagi buta seperti ini orang-orang bepergian.

Disaat aku sedang terdiam memperhatikan keadaan diluar kamar hotel. Aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. Desahan nafasnya terasa hangat dileherku. Tangannya memeluk perutku erat. Aku hanya memalingkan wajahku kearah wajahnya lalu tersenyum. Desahan nafasnya semakin hangat kurasa, hingga ia menciumi leherku. Aku sadar, tanpa bicara, aku melepaskan pelukannya dari perutku dan berbalik menghadapnya.

“apakah kita akan terus melakukannya?” tanyaku menatap kearah doo joon yang tersenyum padaku. Doo joon pun langsung menggenggam kedua tanganku erat dan memelukku.

“aku mencintaimu, eun young.” Ucap doo joon meletakkan kepalanya dipundakku.

“tapi jika diluar sana tahu hubungan kita??” tanyaku melepaskan pelukan hangatnya dan menatapnya.

“ssttt, jangan pikirkan hal itu, aku akan melindungimu walaupun hal paling buruk terjadi.” Ucap doo joon meletakan telunjuknya didepan bibirku. Untuk kesekian kalinya, doo joon membuatku mencair. Aku berusaha percaya menerima pernyataannya. Doo joon memelukku lagi dengan hangat lalu mencium bibirku dengan sangat mesra. Aku pun menikmatinya.

*

Matahari telah menembus hampir seluruh celah sutra penuutp jendela. Seluruh ruangan terlihat terang oleh cahaya matahari. Mataku terbuka perlahan ketika sinar matahari memaksaku untuk membuka mata..

“kau sudah bangun, jagiya??” tanya seorang lelaki disebelahku tersenyum lebar. Aku menatapnya dan baru sadar aku tertidur dilantai dengan berbantalkan lengan doo joon. Aku tersenyum menatapnya dan dengan mesra dia mengecup keningku.

“kita sudahi disini.” Ucapku bangun dan terduduk membenarkan rambutku.

“baiklah, beast akan tampil malam ini jam 9, aku harus pergi, jagiya.” Ucap doo joon terus memandangku. Aku semakin tak bisa berbuat apa-apa.

“aku pun harus kembali ke dormku.” Ucapku mengambil blazer oranye ku dan tas coklatku.

“kita keluar terpisah?” tanya doo joon memakai kaos dan blazer hitamnya sambil sedikit membenarkan rambutnya. Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan.

Salam terakhir kita hari itu adalah cuiman hangat doo joon yang mendarat dibibirku. Aku hanya menatapnya lalu keluar lebih dulu dari kamar hotel tersebut. Selang 15 menit kemudian, doo joon baru meninggalkan hotel itu dan kita kembali kerutinitas awal kita.

*

“darimana saja kau? Semalaman tidak pulang?” suara hye ra dengan ketus mengagetkanku ketika aku baru saja masuk kedalam rumah.

“terus saja tidak pulang seperti ini, kau tahu, menejer jang semalam mencarimu, tapi nomormu tidak aktif.” Sahut soo min tidak mau kalah.

“aku lelah.” Ucapku pelan melangkah masuk kedalam kamarku.

“eun young-ahh, kau darimana? Katakan padaku.” Suara menejer jang menghentikan langkahku. Aku menengok kearahnya dengan malas.

“aku menginap dirumah ibuku semalam. Dia sakit jadi aku harus menemaninya. Bukankah aku sudah memberitahu kalian dua hari yang lalu.” Ucapku ketus memandang kearah dua temanku sekaligus eonnieku.

“lain kali hubungi kami jika ingin menginap ditempat lain.” Ucap shin rin keluar dari dapur sambil membawa segelas jus jeruk segar. Aku hanya diam lalu berjalan menuju kamarku dan berganti pakaian. Shin rin masuk kedalam kamarku dan memberikanku segelas jus jeruk. Aku menerimanya dan tersenyum, selama bersama spin dan tinggal di dorm hampir dua tahun, shin rin lah yang paling mengerti aku. Aku pun nyaman jika bersamanya. Tapi sayang, ada batu karang yang sangat besar antara aku dan shin rin.

“kau tahu eun young, beast nanti malam akan tampil live. Ohh, kekasihku aku merindukannya.” Ucapan shin rin membuat aku menatap kearahnya. Aku berusaha tersenyum seolah tidak tahu apa yang sedang terjadi.

“hmm, jam berapa?” tanyaku tersenyum menaruh blazerku digantungan pakaian dan meletakannya didalam lemari.

“jam 9 malam ini, aku sudah merindukan doo joon kekasihku. Dua hari ini dia tidak membalas pesanku.” Jawab shin rin yang semakin menyulitkanku untuk berkata apapun. Aku tetap menahan posisiku untuk tidak menggubris tentang doo joon atau apapun yang berbau tentang dirinya. Bagiku, cukup jika aku dan dia bersama. Tidak lebih.

“eun young-ah, ponselmu terus berdering.” Ucap soo min masuk kedalam kamarku lalu memberikan ponsel biru itu kepadaku. Aku menerimanya tanpa berpikir apapun. Sebuah pesan singkat muncul dilayar ponselku. Aku membukanya sambil melirik kearah shin rin yang dari tadi memperhatikanku.

“siapa?” tanya shin rin dengan raut penasaran.

“aniyo, bukan siapa-siapa.” Jawabku memasukan ponselku kedalam saku celana tanpa membaca pesannya.

*

Tepat pukul 9 malam, aku baru saja bangun dari tidur siangku yang cukup nyenyak setelah dari pukul 10 pagi tadi spin berlatih untuk tampil besok. Aku keluar kamarku dengan perut terasa lapar. Aku berjalan menuju dapur untuk mencari sedikit makanan. Setelah mengambil sebuah makanan ringan, aku memperhatikan diruang tengah, shin rin dan soo min sudah duduk anteng didepan televisi. Aku melirik televisi yang sedna giklan itu.

“mana hye ra eonnie?” tanyaku memperhatikan mereka.

“ia menjadi DJ disukira malam ini.” Jawab soo min tersenyum.

“cepatlah duduk eun young-ah, beast segera tampil.” Suruh shin rin sambil menepuk lantai disebelahnya. Aku diam memperhatikannya, aku berjalan kebelakang mereka lalu duduk ditempat yang sedikit jauh dari mereka lalu bersandar ketembok.

Iklan masih berlangsung, pelan-pelan aku membuka ponselku membaca pesan singkat yang belum sempat kubaca tadi pagi.

‘kau sampai dengan selamat? Jujur aku masih merindukanmu.’ Tulis doo joon dari pesan singkat tersebut. Aku menghela nafas panjang lalu meletakan ponselku kembali disaku celanaku. Tepat setelah itu, beast benar-benar tampil membawakan lagu soom. Mereka benar-benar tampil memukau. Tanpa kusadari aku terbawa suasana dan ikut memperhatikan penampilan mereka.

“beruntungnya kau bisa mendapatkan hati doojoon.” Ucap soo min memuji shin rin dan menghancurkan semua lamunanku.

“ahh, aku tidak sabar besok. Besok kita bertemu dengannya dan doo joon pasti merindukanku.” Sahut shin rin terlihat sangat sumringah. Aku yang mendengarnya terasa aneh lalu bangkit tepat ketika beast selesai tampil.

“kau mau kemana?” tanya soo min.

“tiba-tiba aku mengantuk.” Jawabku berjalan masuk kedalam kamarku dan membantingkan tubuhku diatas tempat tidur.

Aku memikirkan sesuatu, terkadang aku merasa sangat bersalah ketika berpikir bahwa kenyataannya doo joon adalah kekasih shin rin. tapi kata-kata doo joon yang selalu terngiang ditelingaku bahwa dia selalu menjagaku dan mencintaiku, membuatku hanyut dan berpikir bahwa aku hanya satu-satunya milik doo joon. Ahhh, biarkan saja, aku tahu semua perkataan doo joon yang diucapkannya padaku adalah hal yang paling benar menurutku.

*

“apakah kalian sudah siap? 15 menit lagi kita tampil.” Tanya menejer jang ketika aku sedang membenarkan jaket hitamku didalam backstage bersama anggota spin yang lain. Beberapa artis juga hadir disini termasuk anggota f(x) dan sistar.

“lihat itu beast.” Ucap soo min sumringah tanpa sengaja aku langsung menengok kearah mereka. Tepat, doo joon pun sedang bersama mereka. Aku memperhatikan shin rin yang berjalan menghampiri doo joon.

“doo joon-ah, pogoshipo.” Ucap shin rin memeluk doo joon. Doo joon hanya tersenyum tanpa banya bicara lalu mencium kening shin rin. aku berusaha memalingkan pandanganku kearah cermin yang berdiir didepanku. Tapi pantulan wajah mereka tetap terlihat dari sana.

“eun young-ah, apa kabar?” yo seob menghampiriku membuat aku sedikit kaget dan membalikkan badanku.

“ahh yo seob, aku baik.” Jawabku sumringah menatap yo seob walaupun aku mencari pandangan kearah doo joon.

“baiklah spin, kalian akan tampil, lewat sini.” Seorang membawa earphone mengantarkan spin keatas panggung melewati rombongan beast yang berada didepan kami.

*

“ahhhh, akhirnya setelah bertemu doo joon perasaanku sangat lega.” Suara shin rin terdengar sayup oleh telingaku karena tertuutp musik kencang dari ipodku. Aku berusaha tidak menggubrisnya dan tetap fokus memperhatikan jalanan malam kota seoul. Ponselku berdering kembali. Nama doo joon tertera dilayarku memanggil. Aku sedikit takut memandang kearah tiga personil spin yang lain lalu mengangkatnya.

“yoboseyo? Oh maaf salah sambung.” Ucapku langsung menutup teleponku.

“siapa?” tanya shin rin penasaran ketika mobil sudah sampai didepan dorm spin.

“bukan urusanmu.” Sahutku sinis lalu berjalan memasuki dorm mendahului mereka.

“mungkin ia kelelahan.” Sahut hye ra penuh kedewasaan.

*

Aku bangun lebih awal dibanding shin rin, teman sekamarku pagi ini. Matahari belum sepenuhnya bersinar, tapi aku sudah duduk didepan jendela sambil memeriksa ponselku. Sebuah pesan suara muncul dilayar ponselku. Dengan cepat aku mengambil headsfree dan memakainya.

“jagiya, ada apa tadi? Aku ingin memandangmu tapi matamu menatap kearah lain. Aku merindukanmu, bukan shin rin. dan seharusnya yang aku peluk bukan shin rin tapi kau. Aku ingin bertemu denganmu minggu ini, kau harus mau.” Pesan suara dari doo joon itu selesai ketika shin rin berdiri dibelakangku. Aku tersentak lalu membuka earphoneku.

“ada apa?” tanyaku sedikit kaget.

“tidak, hanya ingin melihat kota seoul sepagi ini.” Jwab shin rin tersenyum menghela nafas panjangnya. Aku pun juga menghela napas panjang tanda lega karena shin rin belum tahu apapun tentang ini.

“bagaimana hubunganmu dengan doo joon?” tanyaku kepada shin rin sedikit memancing.

“aku baik-baik saja, hanya akhir-akhir ini kita jarang bertemu.” Jawab shin rin tersenyum tipis.

“sudah hampir 6 bulan kalian berpacaran, apa saja yang sudah kalian lakukan?” tanyaku memperhatikan sudut sudut kota seoul. Shin rin memandangku kaget lalu tersenyum.

“entahlah, sepertinya doo joon tidak berniat untuk itu, walau aku menginginkannya.” Jawab shinrin tersenyum. Aku sedikit kaget bercampur senang akan jawaban shin rin. karena itulah aku mulai percaya 100 persen akan ucapan doo joon.

*

“kau mau kemana malam-malam seperti ini?” tanya hye ra eonnie ketika melihat shin rin bergegas keluar dorm.

“aku ingin pergi kencan.” Jawab shin rin tersenyum lebar membuatku berpikir sesuatu.

“dengan doo joon?” tanyaku langsung ketopik permasalahan.

“hmmm, dengan kekasihku itu.” Jawab shin rin sumringah.

“baiklah, hati-hati. Jangan terlalu malam.” Sahut hye ra tersenyum melepas kepergian shin rin. aku hanya diam menganggap hal biasa sambil memakan sebuah donat diruang tengah.

“hari minggu ada acara?” tanya hye ra duduk disebelahku.

“minggu?” tanyaku berusaha berpikir.

“aniyo, weyo?” ucapku setelah berpikir cepat.

“aku ingin pergi saja denganmu, sudah lama kita tidak pergi bersama.” Ucap hye ra eonnie sambil tersenyum.

“baiklah, terserah kau saja.” Jawabku pelan meminum segelas teh diatas meja.

*

“malam sekali kau pulang?” tanya soo min membukakan pintu untuk shin rin.

“hmm, aku terlalu senang malam ini.” Jawab shin rin tersenyum lalu bercerita kepada soo min tentang kencannya bersama doo joon. Aku yang mendnegar perkataan itu dari kamar, tidak antusias sama sekali akan hal itu. Aku malah berniat untuk menelpon doo joon.

“jagiya..” sahut suara ditelepon.

“bagaimana kencanmu?” tanyaku menarik topik yang sedang dibicarakan shin rin dan soo min diruang tamu.

“kau cemburu?” tanya doo joon dengan nada mengejek.

“ne, aku sangat cemburu.” Jawabku dengan nada yang mengejek juga.

“jagiya, diriku hanya untukmu, camkan itu yaa...” sahut doo joon cepat.

“ara.” Sahutku pelan.

“hari minggu kau bisa kan?” tanya doo joon senang. Aku baru ingat aku baru saja menerima ajakan hye ra eonnie tentang pergi bersamanya hari minggu.

“ahh, sepertinya tidak bisa, tapi akan aku usahakan.” Jawabku penuh penyesalan.

“kau membiarkan kekasihmu ini berhari-hari merindukanmu?” tanya doo joon dengan sedikit merengek.

“doo joon-ah, aku bukan kekasihmu.” Sahutku cepat.

“ne ne, jagiya. Kau harus bisa hari minggu, aku menunggumu ditempat dan jam biasa. Kau harus datang.” Ucap doo joon pelan.

“baiklah, akan aku usahakan.” Jawabku mematikan ponselku. Aku meletakan ponselku dimeja kecil sebelah tempat tidurku lalu mencoba memejamkan mataku menyambut esok hari.

Disaat aku memejamkan mata, aku mengingat kejadian 6 bulan yang lalu. Tepat ketika aku tahu jika doojoon dan shin rin berpacaran. Jujur aku merasa biasa saja dan cukup senang karena sahabatku di spin sudah berpacaran dengan leader beast tersebut. Namun seminggu setelah kejadian itu, doojoon menyatakan perasaannya padaku dan menceritakan bahwa hubungannya dengan shin rin adalah sebuah permainan yang telah direncanakan oleh menejemen mereka atau bisa disebut sebuah taruhan besar antara SM dengan cube entertainment demi menaikan rating kedua pemain ini didrama terbaru mereka. Namun sayang, sampai saat ini shin rin dan anggota spin yang lain belum tahu kebenarannya dan berpikir kalu cinta doojoon benar-benar tulus.

*

“hari minggu yang indah.” Ucap hye ra eonnie ketika kami berdua mengelilingi kota seoul yang terlihat sangat ramai.

“hmmm..” sahutku cepat sambil memikirkan cara untuk pergi menuju doo joon.

“bagaimana kabar ibumu?” tanya hye ra eonnie kepadaku. Aku menatapnya tajam lalu menjawab dengan santai, “dia masih belum sembuh total.”

“seminggu yang lalu kau kemana?” tanya hye ra eonnie membuatku sedikit kesal.

“aku sudah menceritakannya kan, tidak usah dibahas.” Sahutku kesal.

“kuharap kau tidak pergi dengan seorang pria.” Gumam hye ra eonnie membuatku menatapnya sinis.

“jika kau mengajakku pergi hanya untuk membicarakan ini, dari awal aku sudah menolaknya.” Tukasku menatapnya tajam.

“mian mian, aku tahu kau sedang tidak bisa mengatur emosimu akhir-akhir ini.” Sahut hye ra eonnie tersenyum. Aku melihat jam tangan menunjukan pukul 6 sore. Aku harus cepat cepat menghampiri doo joon karena aku tahu dia pasti sudah menungguku.

“eonnie, aku ingin kerumah sakit menjenguk temanku yang sedang sakit. Aku akan pulang cukup larut. Jadi jangan mencemaskanku.” Ucapku kepada hye ra eonnie.

“baiklah, hati-hati.” Sahut hye ra eonnie langsung mengijinkanku pergi. Aku pun melangkah cepat menuju sebuah rumah kecil disebuah sudut kota seoul.

*

“kau terlambat setengah jam, jagiya.” Ucap doo joon sedang menyalakan lilin disebuah meja bundar yang diselingi dua kursi dan dua gelas beserta wine. Aku berjalan menghampirinya.

“ada apa?” tanyaku bingung. Aku memperhatikan ruangan kecil bernuansa coklat putih soft dilengkapi sebuah tempat tidur besi dilengkapi kelambu putih transparan.

“duduklah.” Suruh doo joon mengeser kursinya untukku. Aku tersenyum lalu duduk dihadapannya.

“kau terlalu berlebihan.” Ucapku tersenyum memperhatikan doojoon yang terlihat tampan dengan setelan blazer biru disetai dalaman kaus putih.

“aku hanya ingin melewati malam ini denganmu.” Ucap doojoon menggenggam tanganku erat. Sekali lagi aku tersenyum menatapnya.

“kau tidak merindukanku?” tanya doojoon tersenyum.

“aku merindukanmu.” Jawabku pelan menatap kearah matanya yang berbinar.

“jangan tinggalkan aku.” Ucap doo joon mengusap jemari tanganku. Aku hanya diam mendengarnya.

“waktuku hanya sampai jam 11 malam ini.” Ucapku pelan.

“wei?” tanya doojoon terlihat tidak terima.

“menejer jang akan menghukumku jika aku tidak pulang tepat waktu.” Jawabku pelan. Doo joon pun menghela napas panjang lalu berdiri menghampiriku.

“aku mencintaimu.” Ucap doo joon mencium tanganku lalu tersenyum. Dia menarikku mendekati tubuhnya. Aroma tubuhnya benar-benar harum saat itu. Detakan jantungnya benar-benar terdengar ketika aku merapatkan telingaku kedadanya.

“aku mencintaimu doojoon.” Ucapku pelan membalas pelukannya. Doo joon hanya tersenyum melepaskan pelukanku. Ia menatapku penuh kasih sayang lalu mencium bibirku dengan sangat hangat. aku benar-benar merasakan kehangatan bibirnya. Tangannya terus menempel dibelakang kepalaku memaksa agar aku tidak segera melepaskan ciumannya.

“wei?” tanyanya pelan ketika dengan terpaksa aku melepaskan ciuman hangatnya.

“aniyo.” Jawabku menunduk. Doo joon menarikku kepinggir tempat tidur. Aku duduk diatas tempat tidur masih menggenggam tangan doojoon yang berdiri dihadapanku erat. Lagi-lagi doo joon tersenyum lalu mencium bibirku mesra. Aku pun merangkul punggungnya yang sekarang hanya memakai kaus putih.

Setelah itu, kami berdua sudah berada diatas tempat tidur besi itu. Doo joon memainkan rambutku sementara aku menggenggam tangannya. Aku menatap kearah matanya, doo joon hanya tersenyum lalu mencolek hidungku.

“weiyo?” tanyaku tersenyum menggenggam erat tangannya.

“kau terlihat cantik.” Jawabnya tersenyum sangat manis. Aku pun tersipu akan ucapannya.

“jangan pernah pergi dengan shin rin lagi.” Ucapku menepuk-nepukan tangannya.

“aniyo.” Jawab doo joon mencium keningku hangat. Aku hanya tersenyum dan berusaha untuk tidur dipelukannya malam itu.

*

“kau tidak pulang dengan hye ra eonnie semalam, kau pergi kemana?” tanya soon mi ketika spin selesai latihan vokal.

“bukankah hye ra eonnie sudah memberitahumu?” aku berbalik bertanya pada soon mi.

“eun young menjenguk temannya dirumah sakit semalam.” Sahut hye ra eonnie keluar dari arah kamarnya.

“ahhh, siapa temanmu yang sakit?” tanya soon mi sedikit penasaran.

“bukan siapa-siapa.” Sahutku cepat.

“tidak semua teman eun young, kau kenal soon mi.” Sahut hye ra melirik kearahku. Aku sedikit aneh tentang ulah hye ra eonnie akhir-akhir ini, apalagi setelah ia berkata ttg teman laki-laki kemarin.

“mana shin rin?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“aku disini....” sahut shin rin baru masuk kedalam dorm.

“darimana saja kau?” tanyaku sinis padanya.

“aku habis berbelanja tadi.” Jawab shin rin polos. Aku hanya menghela napas lalu kembali kekamar.

“spin libur sampai minggu depan kan?” tanya soo min kepada hye ra selaku leader spin.

“nee, begitu juga beast.” Sahut shin rin cepat.

“bisakah untuk tidak membicarakan beast disini?” teriakku kepada shin rin kembali keluar dari kamarku.

“wei?” tanya shin rin pelan, terlihat ketakutan. Aku mengatur nafasku dan berpikir untuk tidak meneruskan perkataanku.

“aniyo, mian.” Jawabku pelan lalu masuk kedalam kamarku lagi. Sebegitu bodohnya aku berbicara seperti itu.

*

Jam didinding tepat menunjukan pukul 8 malam. Aku baru saja selesai makan malam, sementara yang lain sedang asik menonton televisi diruang tengah. Aku mendengar pintu depan dormku diketuk. Karena kulihat ketiga member yang lain tidak mendengarnya, aku berniat untuk membukakn pintunya.

“eun young-ahhh...” teriak yo seob menagetkanku tepat setelah pintu dorm aku buka. Keenam member beast berdiri dihadapanku dan tersenyum menatapku yang terlihat kaget saat itu. Termasuk doo joon yang memakai setelan kaus hijau dan celana jeans panjang.

“ada apa?” tanyaku tersenyum menyambut mereka.

“acara beast kali ini adalah bermain didorm spin, kami diterima kan?” ucap yo seob terlihat sangat senang malam itu. Belum aku menjawab, soo min datang dan langsung menyuruh mereka masuk dan duduk diruang tengah. Shin rin yang kaget jika beast dan doo joon datang langsung tersenyum dan menerima mereka khususnya doo joon dengan senang hati.

“dorm kalian sangat rapi.” Gumam kikwang memperhatikan sekelilingnya. Aku hanya berdiri menganggap hal ini adalah hal yang biasa.

“siapa yang paling rajin membersihkan dorm?” tanya hyun seung.

“shan ni yang paling rajin membersihkan dorm biasanya, namun akhir-akhir ini ia sering pulang malam, jadi aku yang menggantikannya.” Sahut hye ra eonnie menatap kearahku. Aku hanya tersenyum mengiyakan perkataan eonnie-ku itu walau aku tahu ada maksud tersendiri dia mengatakan itu.

Setelah spin dan beast berbincang bincang tentang dorm dan kesibukan, yo seob mengajak aku dan semua orang yang ada disitu bermain.

“kita main truth or dare saja, khusus untuk personil beast, kalian harus memilih dare!” ucap yo seob disertai tampang kesal member yang lain. “bagaimana dengan spin, apa kalian akan memilih dare juga?” celetuk junhyung menatap tajam kearah hye ra.

“kami jujur saja.” Sahutku cepat sebelum hye ra eonnie menjawab sambil menyiapkan segelas sumpit diatas meja. Doo joon sekilas menatapku lalu memalingkan wajahnya lagi ketika hye ra eonnie menatapnya.

Kami pun memulai permainan, orang pertama yang mendapat hukuman adalah dongwoon, dongwoon pun dihukum untuk mengikuti music video dari lee hyo ri. Sementara orang kedua yang mendapat hukuman adalah yo seob sendiri, ia pun disuruh meminum sebuah jus yang terbuat dari bawang merah. Aku masih merasa lega saat itu, namun ketika sumpit berujung merah diambil oleh doo joon, hatiku bergetar.

“doo joon hyung, kau harus mendapat hukuman.” Teriak yo seob sangat senang. Doo joon hanya tersenyum meletakan sumpitnya diatas meja.

“kami ingin kau mencium shin rin.” setelah berembuk beberapa menit, anggota beast membuat keputusan yang membuatku sangat kaget. Aku menatap kearah shin rin yang duduk disebelahku dengan tatapan tidak percaya.

“tapi kenapa harus itu?” tanya doo joon kaget.

“disini yang berpasangan adalah kau dan shin rin, jadi kami ingin melihat ciuman kalian, aku pikir anggota spin juga setuju. Bagaimana?” ucap dongwoon tersenyum menatap kearah aku dan hye ra. Aku hanya diam namun hye ra eonnie menganggut senang.

“hanya 5 menit hyung.” Pinta hyun seung menahan senyumnya.

“3 detik, aku terima.” Ucap doo joon menatapku. Aku hanya memalingkan wajahku kearah soo min yang sumringah duduk disebelah kiri shin rin.

“baiklah, 3 detik. Dimulai dari sekarang.” Ucap yo seob. Perlahan tapi pasti mereka berciuman. Benar-benar hanya tiga detik setelah yo seob menghitunya. Wajah shin rin menjadi merah setelah melakukan ciuman itu. Hatiku semakin panas melihatnya. Aku ingin pergi dari tempat itu namun hye ra eonnie menahan tanganku. Aku hanya menatapnya sinis lalu mengalihkan pandanganku darinya.

“eun young-ah, kau lihat, akhirnya aku berciuman dengan kekasihku.” Ucapan shin rin yang mengarah kepadaku membuat aku semakin panas.

“chukae.” Ucapku cepat sambil memkasakan tersenyum. Aku tahu saat itu doo joon menatap kearahku dengan tatapan meminta maaf. Tapi aku tidak menggubrisnya sama sekali.

*

Dua hari setelah kedatangan beast didormku, doojoon kembali mengajakku bertemu. Kali ini bukan disebuah tempat yang penuh dengan sepi dan hanya kita berdua. Doo joon hanya mengajakku berkeliling kota seoul sekitar pukul 2 pagi. Dari awal perjalanan genggaman tangannya tak pernah lepas dari tanganku. Aku tahu itu adalah caranya meminta maaf atas kejadian dua hari yang lalu yang menyebabkan hatiku terasa bergetar dan terluka.

“cukup sampai disini doo joon-ah, sepertinya hye ra eonnie sudah tahu semuanya.” Ucapku melepaskan genggaman tangannya yang hangat.

“aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku.” Ucap doo joon memeluk erat tubuhku. Aku hanya diam ingin menagis tapi menahannya.

“cukup antarkan aku pulang malam ini.” Ucapku menarik tangannya berbalik kembali menuju dormku.

“kau tidak akan meninggalkanku?” tanya doo joon menghentikan langkahnya. Aku hanya tersenyum menatapnya lalu melanjutkan langkahku pelan.

*

Aku masuk kedalam dorm dan mengira bahwa semua penghuninya lasih terlelap dalam mimpi mereka.

“darimana kau eun young?” shin rin menjatuhkan tamparanku ketika aku baru saja masuk kedalam dorm itu. Aku melihat seluruh member spin dan menejer jang sudah duduk diruang tamu bersofa biru tersebut. Aku tidak menggubris shin rin yang air matanya terus turun mengalir dipipinya. Aku menghampiri menejer jang yang duduk menutup wajahnya. Diatas meja diruang tamu itu, berjajar foto-foto aku dengan doo joon. Foto-foto yang aku tahu kapan dan dimana kami mengambilnya. Bahkan foto berciuman aku dan doojoon juga ada disana. Aku memperhatikan foto yang lainnya, tepat foto yang aku perhatikan adalah foto yang baru saja aku lakukan.

“hye ra eonnie, kau yang mengambil foto ini?” tanyaku menunjuk kedua foto yang sepertinya baru diambil tadi. Hye ra eonnie hanya mengangguk pelan.

“tolong telepon doojoon dan suruh ia kemari.” Perintah menejer jang. Aku langsung mengeluarkan ponselku mencoba menghubungi doo joon.

“bukan kau, aku menyuruh hye ra. Cepat telepon dia sekarang.” Menejer jang sedikit membentak membuat hye ra eonnie bergegas mengambil ponselnya. Aku memperhatikan shin rin yang sekarang menangis dipelukan soon mi. Soon mi hanya menatapku sinis seakan marah besar padaku. Aku berusaha tidak mengubris apa yang sedang mereka lakukan. Aku pun berjalan menuju kamarku dengan langkah biasa.

“tetap disini eun young.” Perintah menejer jang menyuruhku tetap diruangan yang panas menurutku. Aku pun membalikan badan lalu menyandarkan badanku ketembok.

Selang 20 menit kemudian, doo joon beserta menejer beast datang kedorm spin. Wajahnya terlihat biasa namun berubah setelah melihat foto dirinya bersama denganku.

“apakah ini kau doojoon?” tanya menejer jang menatap kearah doojoon yang duduk dihadapannya. Doojoon menatapku sekilas lalu memperhatikan foto-foto itu lagi.

“ne, itu aku.” Jawab doo joon tenang.

“dan apakah perempuan yang ada disini adalah kau eun young?” menejer jang sedikit membentakku.

“ne..” jawabku singkat. Tangisan shin rin kembali keras.

“kenapa kau melakukan itu eun young??” tanya shin rin terisak keras. Aku hanya diam tidak menggubrisnya. Menejer jang dan menejer beast hanya diam.

“kenapa kalian hanya diam? Kalian tidak menjelaskan ini semua?” teriak soo min memeluk shin rin.

“tidak ada yang perlu dijelaskan.” Sahutku cepat. doo joon hanya menatapku.

“kau!! Sebenarnya teman macam apa?? Kau menghancurkan perasaan sahabatmu sendiri eun young!” teriak soo min menghujatku namun aku tetap diam tidak mendengarkan ocehan soo min.

“soo min, diamlah!! Sekarang sudah pukul 7 pagi. Kalian harus latihan vokal, pergilah sementara aku dan eun young akan menyusul.” Ucap menejer jang mengusir ketiganya. Aku hanya tersenyum.

“ta...tapi...” sahut soo min seperti tidak menerima perintah menejer jang.

“pergilah dan jangan menguping!!” peritah menejer jang dengan keras. Ketiganya pun keluar dari dorm bersamaan dengan shin rin yang masih terisak.

“eun yung, duduklah.” Menejer jang menyuruhku duduk disebelahnya berhadapan dengan dongwoon.

“kalian tahu, seharusnya kalian tidak melakukan ini. Tapi mengapa kalian melakukannya?” tanya menejer jang lembut menatap kearahku. Aku hanya diam menunduk.

“tolong, SM tidak akan mau menerima ini. Drama kau dan shin rin masih berjalan, Kau tahu kan doojoon. Jadi menurutku, katakanlah pada shin rin kau masih mencintainya agar shin rin pun tidak memojokan eun young lagi..” ucapan menejer jang membuat aku kaget.

“dan, mulai hari ini dan kedepannya, tolong jauhi eun young.” Ucapan menejer jang membuatku menatap kearahnya.

“tapi, menejer..” sahutku penuh tidak percaya.

“ini demi spin dan hubunganmu dengan shin rin lebih membaik.” Menejer jang menatap kearahku.

“tidak adakah cara lain?” doo joon menyaut pelan.

“maaf doojoon, untuk saat ini, itulah cara terbaik.” Ucap menejer jang menatap kearah doo joon. Aku merasa ingin menangis menatap kearah doojoon. Doojoon hanya menunduk lemas mendengar keputusan itu.

“baiklah, urusan kita selesai. Aku berani jamin tidak ada satu infotainment yang mengetahui foto ini.” Ucap menejer jang menyimpan kembali foto itu didalam amplop coklat dan meletakan kesaku celananya.

“baik, terimakasih tuan jang.” Ucap menejer beast itu sambil menunduk. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat itu, doojoon melepasku dengan senyuman yang terlihat terpaksa saat itu. Aku tidak membalasnya dengan apapun, aku hanya mengikuti langkah menejer jang pergi ketempat latihan vokal hari ini, walaupun langkahku terasa berat saat itu.

*

“doojoon bilang padaku kalau foto-foto itu adalah bohong. Sementara foto-foto yang dipotret hye ra eonnie itu adalah jalan-jalan biasa. Aku sangat senang sekarang.” Suara shin rin terdengar jelas dari kamarku. Aku tidak menggubrisnya dan tetap mencari ponselku yang aku lupa meletakkannya dimana. Aku mulai pusing mencari ponselku dikamar, aku pun keluar kamar.

“kau mencari ini?” tanya hye ra eonnie menunjukan sebuah ponsel biru ditangannya.

“darimana kau dapatkan itu?” tanyaku sinis.

“tasmu, ini aku kembalikan.” Ucap hye ra tersenyum mengembalikan ponselku. Dengan cepat aku langsung mengeceknya. Tepat, nomorku sudah diganti dengan nomor yang baru. Sementara semua kontak dan foto-foto pribadiku semuanya tidak ada.

“aku menggantinya dengan memory card yang baru dan kartunya pula.” Ucap hye ra tersenyum. Aku menatapnya sinis lalu masuk kedalam kamar dan mencari sesuatu dilaci sebelah tempat tidurku.

“aku sudah mengeledah kamarmu, dan membuang barang barang yan menimbulkan bnyak kenangan dirimu tentang doojoon.” Uca hyera eonnie berdiri didepan kamarku.

“pergilah.” Ucapku mengunci pintu kamarku. Dengan cepat aku mengambil sebuah celana pendek dari dalam lemariku dan mengambil sebuah kertas kecil dari dalam sakunya.

“mianhae, doojoon. –eun young-” Ketikku diponsel lalu mengirim kenomor yang ada dikertas kecil tersebut dan meletakan kertas itu didalam saku celana itu lagi.

*

Sudah lebih dari dua bulan aku tidak bertemu dengan doojoon sama sekali. Bahkan menejer jang benar-benar membatalkan acara spin jika satu panggung dengan beast. Aku berusaha menerima ini, tapi hatiku berkata lain. Hatiku hanya tetap ingin bertemu doojoon dan melakukan apa yang sebelumnya sering kita lakukan.

Malam ini, aku hanya tinggal didorm berdua dengan hye ra eonnie. Aku menghampirinya yang sedang asik membaca buku diruang tamu.

“aku ingin bicara.” Ucapku pelan menatapnya. Hye ra eonnie langsung tersenyum menatapku dan menutup bukunya.

“kau sudah tahu ini semua dari awal kan?” tanyaku duduk dihadapannya.

“maksudmu hubungan terlarangmu dengan doojoon?” hye ra eonnie malah berbalik bertanya. Aku hanya diam sementara ia tersenyum kecil.

“semenjak dua minggu setelah kejadian itu, tingkahmu berubah. Kau sering pulang malam, selalu diam dan hanya mengobrol jika waktunya memungkinkan untukmu. Aku sedikit aneh akan hal itu hingga akhirnya aku memutuskan mengikutimu ketika kau pergi meninggalkan dorm malam kali pertama itu. Malam itu aku kehilangan jejak, namun setelah aku bertanya kepada seseorang, dia melihatmu masuk kedalam hotel bersama seorang lelaki malam itu. Aku sedikit kaget mendengar itu, saat itu aku berpikir tidak mungkin jika adik ketigaku dispin berbuat seperti itu. Lalu aku pergi kerumah ibumu memastikan apa yang telah kau katakan sebelum pergi kepada kami, benar, ibumu tidak bertemu denganmu malam itu sama sekali. Aku semakin yakin jika kau benar-benar pergi kehotel tersebut, aku pun menasaran dengan lelaki yang bersamamu malam itu...” ucapan panjang lebar hye ra eonnie tiba-tiba berhenti.

“lalu?” tanyaku dingin.

“aku mengajakmu hari minggu itu pergi juga karena aku ingin menyelidiki sesuatu yang sama. Benar tebakanku saat itu, kau pergi kembali dengan alasan berbeda dan malam sebelum itu aku menyelinap kekamarmu untuk mencaritahu lewat ponselmu. Dan aku kaget saat aku tahu bahwa yang mengajakmu pergi setiap malam adalah doojoon. Tapi aku hanya diam sampai waktu lalu aku memberikan foto-fotomu yang aku ambil dari folder rahasia diponselmu. Maaf, tapi aku bukan bermaksud untuk menjatuhkanmu.” Ucap hye ra eonnie menatapku. Aku hanya diam.

“hubungan sebenarnya shin rin dan doojoon yang sebenarnya aku juga sudah tahu.” Ucap hye ra kembali membaca bukunya.

“terimakasih.” Ucapku pelan lalu beranjak pergi meninggalkannya.

“bersenanglah, karena hubungan mereka akan berakhir setelah drama mereka juga berakhir minggu depan.” Ucap hye ra eonnie membuka lebar kesempatanku lagi.

*

Tidakkan semua orang berpikir bahwa terkadang teman dekat kita pun bisa menyakiti kita lebih dari musuh kita. Aku melakukannya sekarang. Walaupun sampai sekarang aku tidak merasa aku menyakiti perasaan temanku, aku hanya berpikir bahwa temanku terlalu bodoh untuk dibohongi oleh sahabatnya sendiri.

Pikiranku berkutat dilingkaran itu, sementara langkahku terus berjalan dimalam yang sangat dingin ini. Aku berjalan-jalan menikmati malam yang terlihat indah walaupun tanpa bintang. Tak jauh tatapanku memandang kearah seorang lelaki didepan sebuah jembatan putih dekat sebuah bangunan megah yang berdiri disebrang jembatan itu. Aku memperhatikan lelaki itu, wajahnya terlihat masam. Aku pun memaksakan langkahku menghampiri lelaki itu.

Aku sampai tepat dibelakang lelaki itu berdiri. Tangannya menggenggam erat jembatan tersebut. Aku berjalan mendekatinya lalu berdiri disebelahnya.

“kau menangis?” tanyaku memperhatikan wajahnya. Matanya meneteskan air mata. Aku mengusap punggungnya halus.

“aku merindukanmu.” Ucapnya menatap jauh kedepan jembatan tersebut.

“aku juga merindukanmu.” Jawabku pelan menggenggam tangannya yang terasa dingin dari telapak tanganku. Doo joon menatapku tajam.

“jangan menangis karenaku.” Ucapku berusaha tersenyum menatapnya. Doo joon ikut tersenyum menatapku lalu mencium keningku hangat.

*

Tepat seminggu setelah malam itu, drama shin rin dan doo joon berakhir. Perasaanku sangat senang hari itu, namun ada sesuatu yang mengganjalku saat itu. Akankah shin rin mau memutuskan hubungannya dengan doojoon.

Aku keluar kamar ketika shin rin baru pulang malam ini. Wajahnya terlihat sumringah. Aku menatapnya sinis ketika ia tersenyum kepadaku.

“hari ini 10 bulan hubunganku dan doojoon sudah aku jalani.” Ucapnya menatap kearahku.

“lalu??” tanyaku menatap kearahnya.

“aku kasihan padamu, carilah lelaki lain yang lebih baik dari doojoon, yaahh, walaupun aku tahu pasti sulit.” Ucap shin rin tersenyum sinis menatap kearahku.

“jaga omonganmu shin rin.” hye ra keluar dari kamarnya dan melerai kami. Aku terdiam. Aku seolah sadar apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku sudah merebut kekasih dari temanku sendiri, dan aku baru sadar sekarang.

“jangan selalu membicarakan hal itu disini, kau tahu kan gara-gara doojoon kalian berdua bertengkar hingga kini.” Ucap hye ra lagi. Dengan cepat, aku mengambil blazer hitam dan tas putihku lalu pergi keluar dorm yang membuat aku ingin menagis malam itu.

Aku berjalan keluar dorm hye ra eonnie sempat memanggilku namun aku tidak menggubrisnya sama sekali. Air mataku terus menetes sementara langkah kakiku tidak tahu akan membawaku kemana. Aku terus menangis malam itu, pikiranku campur aduk dan terus terngiang perkataan shin rin yang seakan aku ingin membunuhnya.

“temui aku ditempat biasa, sekarang...” ucapku terisak dari ujung ponselku lalu menutupnya kembali. Aku pun berjalan lagi menuju ketempat tujuan dari langkahku.

*

“ada apa?” suara doojoon masuk kedalam rumah yang sering kami kunjungi malam itu. Suaranya yang khas membuatku menatap kearahnya ketika aku sedang menangis memeluk lutut dipinggir tempat tidur putih yang tidak pernah kusam.

“kau kenapa?” tanya doo joon menghampiriku lalu memelukku. Aku semakin terisak ketika ia memelukku.

“berhentilah menangis, aku sudah ada bersamamu dan jika aku sudah berada disampingmu, aku tidak akan meninggalkanmu.” Ucap doojoon mengusap rambutku. Aku melepaskan pelukannya lalu menatap kematanya yang terlihat sayu.

“kau hanya milikku doojoon.” Ucapku kembali terisak memeluknya. Doo joon tersenyum mengusap rambutku. Doo joon membangunkanku lalu menidurkanku diatas tempat tidur putih tersebut. Ia hendak menyelimutiku, namun aku menghentikannya dengan menggenggam lengannya.

“tidurlah denganku malam ini.” Pintaku menghapus air mataku. Doo joon hanya tersenyum lalu pergi kesebelahku. Ia bersandar santai disebelahku sambil sesekali membelai rambutku. Aku hanya tersenyum menatapnya.

“mengapa kau menangis?” tanyanya pelan masih membelai rambutku.

“aku takut kehilanganmu.” Jawabku pelan memainkan jarinya. Doo joon hanya tersenyum mencium rambutku. Aku membalas senyumanya terbangun lalu duduk. Doo joon terlihat bingung lalu ikut bangun.

“waeiyo?” tanyanya memeluk tubuhku dari belakang. “sudah lama aku merindukan hal ini.” Ucapnya mencium leherku. Aku memegang belakang kepalanya lalu mengusapnya.

“aniyo.” Jawabku pelan. Doo joon melepaskan pelukannya lalu menggenggam erat tanganku. Senyumannya membuat aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memaksaku untuk menikmati bibirnya lagi untuk yang kesekian kalinya. Dan untuk yang kesekian kalinya aku juga menikmatinya.

Beberapa menit kemudian, secara tiba-tiba, ia melepaskan bibirnya yang terlihat basah. Aku bingung melihatnya, namun ia tersenyum padaku. Aku hanya menunduk pelan. Tangannya perlahan membuka kancing-kancing kemeja putihku.

“izinkan aku melakukannya untuk malam ini saja.” Ucapnya tersenyum. Aku tersenyum menghentikan tangannya didepan kancing ketiga kemejaku. Dengan cepat aku memeluknya.

“tidak untuk malam ini doo joon.” Ucapku pelan. Doo joon melepaskan pelukanku.

“kenapa? Shin rin?” tanyanya menatapku tajam. Aku hanya mengangguk pelan.

“hubunganku dengan dirinya sudah berakhir setengah jam yang lalu.” Ucap doo joon mengecup keningku. Entah perasaan apa yang bergelayut didadaku malam ini. Perasaanku terasa lega mendengar ucapan doo joon seketika. Aku menatapnya lalu mencium bibirnya dengan hangat.

*

Malam terdengar sepi. Hanya terdengar suara detik jarum jam yang terus berputar mengelilingi pinggirnya. Mataku perlahan terbuka. Samar-samar aku lihat tepat didepanku, jam masih menunjukan pukul 2 pagi. Aku menatap seorang lelaki tampan yang tertidur pulas disebelahku. Wajahnya seperti seorang malaikat yang selalu melindungiku. Aku sedikit menyentuh hidungnya dan bibirnya yang terlihat sangat indah.

“aku mencintaimu, doo joon.” Ucapku sedikit mendekat kearahnya lalu memejamkan mataku lagi. Pelukannya terasa semakin hangat ketika mataku terpejam kembali.

*tamat*

December 29, 2010

ff just for love and my best friend (part.3 end)

nah ini part terakhirnya, hahaa. lanjutkan yaaa bacanya. ^^

“masuklah.” Suruh shan ni menyuruh lelaki itu. Hyun seung pun masuk kedalam apartemen shan ni yang terlihat rapi dan bernuansa coklat itu.

“kau orang pertama yang datang kesini.” Ucap shan ni memberikan segelas coklat hangat kepada hyun seung.

“hye ra belum pernah kesini?” tanya hyun seung bingung. Shan ni hanya menggeleng lalu duduk disebelah hyun seung.

“ada yang ingin kau bicarakan?” tanya shan ni tersenyum menatap hyun seung.

“hmmm?” shan ni menatap hyun seung penuh pertanyaan.

“kau masih mencintai yo seob?” tanya hyun seung serius. Shan ni menatap hyun seung kaget lalu tertawa agak senang.

“andwae.” Ucap shan ni membaca bukunya lagi.

“aku menyukaimu, shan ni.” Ucap hyun seung pelan.

“aku juga menyukaimu.” Balas shan ni tersenyum menatap hyun seung. Hyun seung tersentak. “semua orang pasti menyukaimu hyun seung.” Ucapan shan ni membuat hyun seung sedikit menyesal.

“aku mencintaimu, shan ni.” Ucap hyun seung menatap dalam shan ni. Shan ni diam lalu menatap hyun seung.

“aku benar-benar mencintaimu.” Ucap hyun seung dan dalam sekejap bibir hyun seung sudah mencium bibir shan ni. Shan ni terdiam terlihat sedang memikirkan sesuatu.

“mianhae, hyun seung.” Shan ni melepaskan bibirnya dari bibir hyun seung. “aku tidak mau membuat masalah ini lebih rumit.”

“ta..tapi.” hyun seung mencoba mengelak.

“kau tidak ingin hubunganmu dengan yo seob kembali retak hanya karena diriku kan?” shan ni berusaha tersenyum menatap hyun seung dalam. “dengan berteman saja, kita sudah cukup dekat. Lagipula kita juga sering pergi bersama. Tidak apa-apa kan?”

“hmm, ara.” Hyun seung tersenyum mengusap rambut shan ni. Shan ni tersenyum puas.

Sementara ditempat lain malam itu, tepatnya disebuah markas geng motor. Hye ra sedang berjalan bersama seorang lelaki.

“ada apa?” tanya lelaki itu yang ternyata adalah jun hyung.

“bagaimana kau tahu semua akan hal tadi?” hye ra terus melangkah sambil menahan emosinya terhadap jun hyung.

“perusahaan ayahku lah yang meminjamkan hutang perusahaan ayahmu.” Jawab jun hyung dengan santai.

“jangan ungkit itu didepan orang lain, aku malu!” pinta hye ra menatap jun hyung.

“walaupun didepan sahabatmu itu?” junhyung bertanya pelan. Hye ra hanya mengangguk.

“baiklah, baiklah. Aku mengerti.” Ucap junhyung tersenyum lebar.

*

Hari-hari yang dingin berlalu seakan sangat cepat. shan ni dan hye ra sangat jarang bersama akhir-akhir ini. Shan ni sibuk dengan tugas kuliahnya, sementara hye ra sekarang sedang dekat dengan jun hyung. Beberapa kali, hye ra menelpon shan ni hanya untuk bercerita tentang junhyung. Sebagai teman yang baik, shan ni pun mendengarkannya dan memberikan saran yang baik.

Pagi ini, shan ni bersiap untuk pergi kuliah. Sebelum ia mengambil tasnya, ponselnya berdering. Ibunya menelpon, dengan cepat ia mengangkatnya.

‘yoboseyo, omma’

‘shan ni-ahh, apa kabar?’

‘aku baik, eomma sendiri?’

‘aku baik anakku, ada yang ingin eomma bicarakan.’

‘apa itu?’

‘begini shan ni, eomma tidak akan memberikan jatah uang bulananmu mulai bulan ini.’

‘hah? Waeyo?’

‘kau sudah dewasa sekarang, sudah seharusnya kau mencari uang sendiri. Tidak bergantung pada eomma. Eomma ingin melihat usahamu, kerja kerasmu agar kau bisa hidup lebih mandiri.’

‘tapi eomma!’

‘kau harus berusaha nak, eomma yakin kau bisa. Mengerti?’

‘ar...arra.’

‘baiklah, pekerjaan eomma disini banyak, jaga dirimu, sampai jumpa’

Shan ni menutup ponselnya dengan wajah lesu. Dengan langkah malas ia keluar apartemennya berjalan menuju kampusnya.

*

“anyeong shan ni.” Sapa hye ra kepada shan ni yang baru saja selesai mengikuti jam kuliahnya. Shan ni hanya diam dan terus melangkah.

“ada apa?” hyun seung datang menghampiri hye ra.

“entahlah, ada apa dengannya?” hye ra memperhatikan shan ni yang pergi meninggalkannya sambil bertanya kepada hyun seung.

“ada masalah mungkin, kejarlah.” Suruh hyun seung kepada hye ra.

“aku akan jalan dengan jon hyung hari ini, jadi aku harus cepat. kau saja yang mengejarnya.” Ucap hye ra buru-buru pergi meninggalkan hyun seung. Hyun seung menghela nafas panjang lalu menghampiri shan ni yang sedang berdiri memperhatikan lapangan yanng hampir tertutup salju dari kaca besar disudut gedung kampusnya.

“ada masalah?” tanya hyun seung berdiri disebelah shan ni.

“nan gwencanha.” Jawan shan ni tersenyum simpul sambil melihat jam tangannya. “aku harus pergi hyun seung, jika ingin bercerita, sms ke ponselku saja.” Ucap shan ni menepuk pundak hyun seung lalu pergi meninggalkan hyun seung sendirian.

*

Malam yang dingin shan ni duduk dilantai depan meja ruang tamunya. Diatas meja tersebut terdapat bertumpuk-tumpuk kora yang sudah dicorat-coret bagian iklannya. Sesekali ia meminum segelas coklat hangat disebelahnya. Matanya terlihat memerah. Ia pun menyandarkan tubuhnya kekaki kursi yang terlihat tidak terlalu tinggi. Ia menghela napas panjang lalu mengambil ponsel biru mudanya. Ia terlihat mengetik nomor hye ra dan berusaha menelponnya. Tapi sepertinya tidak ada jawaban dari hye ra.

“kemana dia?” gumam shan ni sendirian lalu menutup ponselnya lagi dan terus mencari sebuah pekerjaan dari bertumpuk-tumpuk koran diruang tamu apartemennya.

Sementara ditempat lain malam itu, tepatnya disebuah taman bermain dipinggir kota seoul. Sepasang anak manusia sedang bersama malam itu. Junhyung dan hye ra sedang menikmati indahnya malam dimusim dingin hari itu.

“kau lebih sering sendiri akhir-akhir ini.” Ucap junhyung bersandar dimotornya sambil menatap langit yang sepi.

“hhmmm, entahlah shan ni sering pulang lebih dahulu setelah kuliah, jadi kami jarang bersama akhir-akhir ini.” Jawab hye ra ikut memperhatikan langit.

“akhir-akhir ini kesepianku terobati karena dirimu.” Ucap hye ra tersenyum menatap junhyung.

“gomawo.” Ucap junhyun tersenyum mencium kening hye ra. Malam terasa sangat hangat ketika junhyung memeluk shan ni.

*

Pagi ini shan ni tidak ada jadwal kuliah. Ia pun pergi keluar apartemennya untuk mencari pekerjaan yang sesuai untuknya. Berbagai toko ia masuki tapi tidak ada yang membuka lowongan pekerjaan untuk hari ini. Termasuk sebuah restoran besar diujung jalan meninggalkan kota seoul. Tidak gentar ia mencari pekerjaan, ia pun memasuki sebuah supermarket yang tidak terlalu besar disebelah sebuah restoran china.

“anyeonghaseyo.” Ucapnya menundukan badan kepada seorang lelaki setengah baya disupermarket itu.

“ada yang bisa saya bantu, nona?” tanya lelaki itu dengan ramah.

“apakah supermarket ini butuh pekerja? Aku bisa bekerja apapun.” Ucap shan ni penuh harapan.

“apa yang kau bisa lakukan?” tanya lelaki itu tersenyum.

“jika kau butuh kasir, aku bisa menjadi kasir disini. Atau apapun yang penting bisa menghasilkan uang.” Jawab shan ni tenang.

“baiklah, karena sepertinya kemauanmu sangat kuat. Aku menerimamu bekerja dsini. Mulai besok kau bisa kerja dsini.” Ucap lelaki itu tersenyum lebar.

“ahh, kamsahamnida ajjushi.” Ucap shan ni menundukan badannya lalu tersenyum senang.

“mulailah bekerja besok mulai pukul 6 sore.” Suruh lelaki itu. Shan ni tersenyum tanda terimakasih lalu keluar dari supermariket tersebut.

“bruukkk~” seorang lelaki menabraknya ketika ia baru keluar dari supermarket tersebut. Lelaki itu terjatuh, tas yang ia bawa juga terjatuh.

“gwencanha?” tanya shan ni memperhatikan lelaki itu yang berusaha berdiri.

“nan gwencanha, mianhamnida.” Ucap lelaki itu tersenyum kepada shan ni lalu berjalan lagi. Shan ni sejenak memandang lelaki itu, lalu pergi kesuatu tempat menggunakan mobilnya.

*

“shan ni tidak kuliah?” tanya hyun seung kepada hye ra yang sedang membaca sebuah surat kabar didepannya.

“sepertinya ia tidak ada jadwal hari ini.” Jawab hye ra malas.

“aneh dia akhir-akhir ini.” Ucap hyun seung mengecek ponselnya.

“biarkan saja.” Sahut hye ra cepat.

*

“shan ni, kau datang?” ucap seorang lelaki paruh baya menghampiri shan ni yang sedang duduk disebuah ruang tamu rumah yang terlihat sangat besar.

“appa-shi.” Ucap shan ni menundukan kepalanya.

“maafkan ayahmu karena sudah menelantarkan kau dan ibumu selama ini, ayah merasa bersalah nak.” Ucap lelaki yang menyebutkan bahwa dirinya adalah ayah shan ni tersebut memluk shan ni.

“appa ini rumah siapa?” tanya shan ni memperhatikan sekitar.

“ini rumah istri appa yang baru. Sungguh sangat menyesal melihat ibumu telah menikah lagi, appa pun sempat sadar dan terpuruk, tapi appa berusaha bangkit untuk ini.” Appa menceritakan semuanya kepada shan ni.

“itu istri appa.” Appa menunjuk seorang perempuan yang cantik berjalan bersama seorang lelaki menghampiri mereka. Shan ni memberikan salam dengan menunduk kepada perempuan itu.

“ini anakmu, yeobo?” tanya perempuan itu.

“iya, dia bernama geum shan ni. Dan shan ni, dia adalah son dongwoon. Anak dari istri appa dari pernikahannya yang pertama.” Jawab appa sekaligus memperkenalkan lelaki tampan yang berdiri disebelah ibunya.

“anyeonghaseyo.” Sapa shan ni memperhatikan lelaki itu. Lelaki itu hanya menundukan badannya.

“jadi begini shan ni, waktu itu aku menelponmu karena aku ingin kau tinggal lagi bersama keluarga ayah yang baru.” Ucap ayah shan ni memulai pembicaraan serius. Shan ni terdiam terlihat memikirkan sesuatu.

“kau mau kan tinggal dengan appa lagi?” tanya ayah shan ni dengan senyum wibawanya.

“mian appa, aku tidak bisa.” Ucap shan ni pelan.

“weiyo?” tanya ayah shan ni sedikit kaget.

“aku ingin hidup lebih mandiri saat ini, aku sudah memulainya appa. Jadi tolong biarkan anakmu ini belajar untuk mandiri agar bisa belajar dari kehidupannya sendiri.” Jelas shan ni panjang lebar. Ayahnya hanya diam terpukau.

“aku salut padamu.” Ucap perempuan yang dari tadi antusias mendengarkannya.

“tapi kan kau bisa belajar mandiri dirumah ini..” ayahnya terlihat memaksa.

“sudahlah yeobo, itu kemauannya, lagipula tidak ada salahnya kan.” Saran istri ayah shan ni itu sambil tersenyum.

“ba..baiklah, tapi jika kau punya masalah datanglah kemari, ayah selalu ada untukmu.” Ucap ayah shan ni dengan mata berkaca-kaca. Shan ni hanya mengangguk tersenyum.

**

“shan ni-ahh..” hye ra menghampiri shan ni yang sedang membaca buku dikantin kampusnya. Shan ni hanya tersenyum melihat sahabatnya itu.

“sudah berapa minggu kita tidak bertemu, kemana saja kau?” ucap hye ra memanyunkan bibirnya.

“sekarang kita bertemu kan?” tanya shan ni tersenyum. “bagaimana kabar junhyungmu? Ada kemajuan?” tanya shan ni lagi.

“terakhir bertemu dengannya sekitar 3 hari yang lalu. Dia mencium keningku. Tapi setelah itu tidak ada kabar sama sekali. Bahkan nomor ponselnya sudah tidak aktif.” Jawab hye ra dengan wajah sebal.

“benarkah?” tanya shan ni dengan wajah tidak percaya. Hye ra hanya mengangguk cepat.

“lalu bagaimana dengan persta ulangtahunmu lusa? Kau sudah mempersiapkannya?” tanya shan ni memakan burger dihadapannya.

“sengil?? Aku lupa.” Teriak hye ra sambil memukul kepalanya.

“babo.” Celetuk shan ni menahan tawanya.

“ahh, tidak ada yang mengingatiku bahkan aku pun lupa akan hal itu, ahhh, gomawo chingu. Kau memang temanku yang terbaik.” Hye ra berusaha memeluk shan ni. Shan ni berusaha mengelak.

“aku pasti akan membuat pesta yang meriah. Dan bagaimana jika kau yang jadi DJ-nya? Kau hebat dibidang itu.” Tawar hye ra kepada shan ni.

“kau akan membayarku?” tanya shan ni menatap hye ra tajam.

“pasti..” ucap hye ra cepat lalu mereka tertawa bersama-sama.

*

Malam ini shan ni sedang bekerja disupermarket tersebut. Ia terlihat senang melayani para pembeli yang datang kesupermarket tersebut.

“anyeonghaseyo.” Ucapnya ketika seorang lelaki dengan blazer hitam masuk kedalam supermarket tersebut.

“kau?” ucap shan ni pelan.

“geum shan ni? Kau bekerja dsini?” tanya lelaki itu menghampiri dirinya.

“ne, seharusnya sudah tutup, kau pelanggan terakhir.” Jawab shan ni melepaskan seragamnya dan meletakannya disebuah gantungan hitam.

“aku hanya ingin membeli ini.” Ucap lelaki itu memberikan sekaleng kopi lalu membayarnya.

“bagaimana bisa ibumu bertemu dengan ayahku?” tanya shan ni ketika ia dan dongwoon duduk berdua dikursi depan supermarket tersebut.

“mereka ikut kerjasama sebuah perusahaan lalu bertemu.” Jawab dongwoon menggoyang goyangkan kaleng minumannya. Shan ni hanya diam.

“kau bekerja disini? Untuk apa?” tanya dongwoon menatap shan ni.

“aku ingin hidup lebih mandiri.” Jawab shan ni pelan.

“banyak cara orang untuk menjadi mandiri.” Ucap dongwoon menghela napas panjang.

“kau benar.” Sahut shan ni mengangguk.

“lalu kau tinggal dimana?” tanya dongwoon penasaran.

“aku tinggal diapartemen dekat sini.” Jawab shan ni cepat.

“jika aku jadi kau, aku tidak akan menolak ayahmu untuk tinggal dirumah ibuku.” Ucap dongwoon menyandarkan tubuhnya.

“sayangnya aku bukan kau” sahut shan ni cepat.

*

“shan ni-ahh, kau sedikit terlambat. Tapi tidak apa-apa, pestanya baru saja dimulai.” Ucap hye ra ketika shan ni baru saja memasuki ruangan yang penuh dengan hiasan pesta disertai lampu disko dan musik yang menggema.

“saengil chukae, chingu.” Ucap shan ni memeluk hye ra.

“gomawo.” Hye ra memeluk shan ni. Shan ni berjalan memperhatikan sekitarnya.

“kau datang?” hyun seung menghampirinya. Shan ni hanya tersenyum mengangguk. Shan ni masih memperhatikan sekelilingnya. Matanya berhenti seketikan ketika ia melihat seorang lelaki sedang asik menDJ.

“Oohh itu doo joon, dia disewa ibuku. Kajja, kita kesana. Kau harus menDJ untukku.” Hye ra menarik tangan shan ni menuju meja DJ itu.

“doo joon-ah, bisakah kau berhenti sebentar. Sahabatku, shan ni ingin mempersembahkan sebuah musik untukku.” Ucap hye ra kepada doo joon. Doo joon sebentar memperhatikan shan ni lalu memberikan earphonenya kepada shan ni. Shan ni menerima earphone-nya lalu memainkan musik beat yang terdengar sangat pas untuk dimainkan.

Setelah memainkan itu, shan ni memberikan earphone-nya kembali kepada doo joon.

“gomawo.” Ucap shan ni kepada doo joon.

“kau jago juga.” Sahut doo joon tersenyum. Shan ni hanya diam lalu pergi meninggalkan meja DJ tersebut.

“sekali lagi selamat ulangtahun hye ra.” Ucap shan ni menghampiri hye ra lalu tersenyum.

*

‘mianhae, aku sudah pergi tanpa kabar darimu. Tapi aku mengalami masa-masa buruk akhir-akhir ini. Aku sedikit ingin pergi dari ini, tapi tidak mungkin. Ayahku marah besar padaku. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, tapi ini sudah berakhir. Aku tahu ini semua perbuatanku, tapi aku pun ingin meminta maaf padamu. Mungkin kau berpikir aku mempermainkan hatimu, tapi sebenarnya tidak. Aku menghilang pun bukan karena aku sudah tidak menyukaimu, tapi karena masalah lain, aku sudah menikah dengan orang lain karena kesalahanku sendiri. Maafkan aku sekali lagi, aku pun mendekatimu bukan karena aku suka padamu. Tapi sahabatmulah yang membuat aku dekat denganmu. Jujur, aku menyimpan rasa terhadap sahabatmu. Jadi, jangan salahkan sahabatmu itu, aku lah yang seharusnya salah dan tolong jangan beritahu ini kepada siapapun, karena ini akan mempermalukan perusahaan ayahku. Aku percaya padamu hye ra. Junhyung.’ Sebuah pesan e-mail terpampang dilayar laptop hye ra. Hye ra yang membacanya terlihat berkaca-kaca matanya. Perasaanya campur aduk malam itu. Tapi ia berusaha tenang dan berpikir untuk tidak mengingat junhyung lagi.

*

Pintu apartemen shan ni terdengar diketuk oleh seseorang. Dengan langkah gontai, shan ni membukakan pintunya. Hye ra sedang berdiri dedepannya.

“ada apa? Kau tahu darimana tempat tinggalku?” tanya shan ni santai.

“hyun seung.” Jawab hye ra cepat memasuki apartemen shan ni. Shan ni hanya menyeringaikan bibirnya lalu duduk disebuah kursi dan memainkan ponselnya.

“kata temanku kau sedang dekat dengan seorang lelaki ya?” tanya hye ra cepat. shan ni melirikan matanya kearah hye ra.

“siapa?” tanya shan ni, namun “ohh, hahaha. Dia dongwoon” Shan ni mmengerti.

“dongwoon?” hye ra bertanya.

“hmm, kau mau dengannya? Dia lelaki yang baik menurutku. Dia juga sangat dewasa, dan satu lagi. Dia tampan, kau tidak mungkin menolaknya.” Ucap shan ni dengan antusias. Hye ra diam.

“baiklah, besok akan aku kenalkan kau dengan dia.” Ucap shan ni sibuk dengan ponselnya kembali.

*

Hye ra berjalan ditengah sore yang dingin. Ia berhenti disebuah mesin minuman didekat supermarket. Hye ra hendak mengambil minuman tersebut, seorang lelaki datang menghampirinya. Lalu mrmadukan koin dan mengambil minumannya. Hye ra memperhatikan lelaki itu dalam-dalam.

“kau kenapa?” tanya lelaki itu. Hye ra sedikit kaget.

“aniyo,” hye ra lalu pergi meninggalkan lelaki itu.

*

Shan ni sedang menutup supermarketnya malam itu. Beberapa orang lalu lalang melewatinya. Sementara itu seorang lelaki terlihat sedang duduk ditaman depan supermarket tersebut. Shan ni memperhatikannya, lalu diam dan pergi ketika lelaki itu menatapnya. Shan ni pun berjalan pelan lalu duduk dipinggir air mancur ditengah taman sambil mengambil earphone dari dalam tasnya.

“kau sendirian?” tanya seorang lelaki duduk disebelahnya. Shan ni terlihat kaget ketika mendengar suara lelaki itu.

“kau ingat aku?” tanya lelaki itu lagi. Shan ni hanya diam memandang lelaki itu.

“baiklah jika tidak ingat, aku doo joon. Pertama kali kita bertemu adalah saat aku menabrakmu, dan ketika aku menjadi DJ diulangtahun hye ra, kita juga bertemu. Dan sekarang kita bertemu lagi.” Ucap doo joon memainkan jarinya. Shan ni hanya tersenyum memperhatikan doo joon yang terlihat senang itu.

Mereka terdiam dalam diam beberapa menit. Sementara doo joon memperhatikan shan ni sesekali.

“kau marah padaku?” tanya doo joon bingung.

“Aniyo.” Jawab shan ni pelan.

“lalu kenapa kau diam?” tanya doo joon lagi.

“kau aneh doo joon.” Ucap shan ni menahan tawanya. Doo joon tersenyum mendengarnya.

*

Beberapa hari kemudian. Shan ni sedang duduk dirumah ayahnya bersama dengan dongwoon. Mereka saling berbincang-bincang sambil meminum teh hangat yang disediakan disana.

“kau sudah punya kekasih?” tanya shan ni meneguk teh hangatnya.

“kekasih? Kenapa?” dongwoon menatap shan ni berbalik bertanya.

“aniyo, jika belum punya aku akan mengenalkannmu dengan temanku.” Jawab shan ni tersenyum memperhatikan dongwoon.

“teman?” tanya dong woon lagi.

“kajja, akan aku perkenalkanmu dengan dia.” Shan ni menarik tangan dongwoon dan membawa dongwoon kesuatu tempat.

“dia sudah menunggu kami malam ini.” Ucap shan ni tersenyum senang.

Mereka berdua pun pergi ketempat yang sudah dijanjikan shan ni dengan hye ra. Setelah beberapa menit, mereka pun sampai disebuah restoran china yang terlihat sangat ramai saat itu.

“kajja, itu dia sudah menunggu.” Ucap shan ni menunjuk seorang perempuan memakai plato oranye yang sedang duduk sendiri dikursinya. Shan ni pun berjalan menghampiri hye ra dikuti oleh dongwoon dibelakangnya.

“anyeong.” Sapa shan ni tersenyum kepada hye ra sambil menunjuk dongwoon yang berdiri dibelakangnya.

“neon??” hye ra kaget ketika melihat wajah dongwoon. Begitupula dongwoon sedikit tersentak ketika melihat wajah hye ra. Mereka ingat kejadian malam itu, saat mereka bertemu didepan mesin minuman.

“kalian saling kenal?” tanya shan ni duduk dikursi depan hye ra.

“aniyo.” Jawab hye ra gagap menatap wajah dongwoon yang terlihat tampan dengan baju hangat hitamnya.

“ini dongwoon, lelaki yang waktu itu aku ceritakan padamu.” Ucap shan ni memperkenalkan dongwoon kepada hye ra. Hye ra hanya tersenyum lalu mengucapkan namanya.

Sepanjang malam mereka pun berbincang-bincang membicarakan suatu hal yang ringan. Sesekali dongwoon menatap hye ra penuh arti. Shan ni yang sadar akan hal itu, hanya tersenyum puas karena ia berpikir perkenalan dongwoon dengan hye ra akan berlanjut kejenjang selanjutnya.

*

“terimakasih telah mengantarku pulang.” Ucap hye ra kepada dongwoon dan shan ni ketika sampai didepan rumahnya. Dongwoon hanya tersenyum lalu mengemudikan kendaraannya pergi dari rumah yang cukup besar itu.

“kelihatannya kau senang.” Ucap shan ni memperhatikan keluar jendela dengan titik-titik salju.

“dia perempuan yang manis.” Ucap dongwoon tersenyum.

“lalu?” tanya shan ni menatap dongwoon. Dongwoon hanya tersipu mendengar pertanyaan shan ni. “gomawo.” Sahut dongwoon pelan. Lagi-lagi shan ni hanya tersenyum memperhatikan jalanan dimalam itu.

*

Siang ini, salju tidak turun. Hari terasa tidak terlalu dingin seperti biasanya. Walaupun dijalan-jalan salju tipis masih menutupi beberapa tempat. Hye ra sedang berjalan meninggalkan kampusnya hendak menuju sebuah toko permen dan manisan dipojok jalan dekat sebuah jembatan.

Hye ra memasuki toko yang terlihat sepi tersebut dan langsung menuju kederetan rak yang menampilkan lollipop. Ia memilah-milih permen tersebut. Dan mengambilnya beberapa permen yang menurutnya cocok.

“kau suka lollipop?” seseorang mengagetkan hye ra dengan menunjukan sebuah lollipop besar dihadapan hye ra. Hye ra pun membalikkan badannya dan menghadap kelelaki itu.

“dong woon-ahh, kau mengagetkaknku.” Ucap hye ra tersipu malu.

“hh, wajahmu memerah seperti lollipop ini, kenapa? Kau kedinginan?” sahut dongwoon tersenyum menunjuk sebuah lollipop kecil lalu mengusap pipi hye ra yang memerah. Hye ra pun kembali tersipu malu saat itu.

“kau sedang apa disini?” tanya hye ra tersenyum.

“hanya ingin mencari sesuatu yang manis disini.” Jawab dongwoon berjalan pelan mencari sesuatu.

“manis?” tanya hye ra bingung.

“ya, ini.” Jawab dong woon mengambil dan menunjukan sebuah manisan mangga ditangannya.

“kau suka itu?” tanya hye ra mengikuti dongwoon berjalan menuju kasir.

“semenjak usiaku 3tahun, aku sudah menyukainya.” Jawab dongwoon menunggu hye ra membayar belanjaannya. Mereka pun keluar bersama.

“aku ingin mengajakmu pergi lusa, kita bertemu ditaman pusat kota yaa.” Ucap dongwoon tersenyum lalu memasuki mobilnya. Percaya tidak percaya, hye ra menahan senyumnya dan berpikir sejenak. Beberapa detik kemudian ia terlihat sangat senang dan memakan lollipopnya.

*

“malam ini salju akan turun dengan kapasitas yang lebih besar dibanding biasanya....” suara berita cuaca dari televisi didalam supermarket menemani shan ni yang terlihat sedang beres-beres.

“anyeong,” terlihat doo joon masuk kedalam supermarket tersebut.

“ada apa?” tanya shan ni memperhatikan doo joon.

“menemanimu.” Jawab doo joon tersenyum.

“aku sedang sibuk, pulanglah, lain kali kita bertemu.” Pinta shan ni tetap fokus membereskan barang yang terlihat berantakan.

“baiklah, sampai jumpa.” Ucap doo joon keluar supermarket itu. Shan ni terdiam memperhatikan doo joon. Ia merasakan ada hal aneh dalam dirinya ketika ia melihat kearah doo joon. Dengan cepat, ia pun kembali bekerja dan mempersiapkan dirinya untuk pulang, jam didinding supermarket itu sudah menunjukan pukul 10 malam.

Sebelum keluar supermarket itu, shan ni hendak menelpon hye ra untuk bercerita tentang suatu hal. Namun untuk yang kesekian kalinya, hye ra tidak mengangkat teleponnya.

“mungkin ia sudah tidur.” Gumamnya pelan lalu berjalan keluar supermarket itu.

“kau sudah pulang?” tanya seorang lelaki yang duduk dikursi sebelah supermarket tersebut. Shan ni menatap lelaki itu lalu menghampirinya.

“sepertinya kau lelah.” Ucap lelaki itu memberikan kopi hangat kepada shan ni yang langsung duduk disebelahnya. Shan ni hanya diam disebelah doo joon. Dengan tiba-tiba, shan ni mulai menangis dan sedikit terisak.

“kau kenapa?” tanya doo joon menatap dalam wajah shan ni.

“apa aku tidak pantas untuk punya sahabat?? Aku butuh itu sekarang.” Ucap shan ni masih terisak. “disaat aku membutuhkannya dia selalu tidak ada, hehhh, aku lelah.”

“kadang kehidupan itu memang kejam, tapi tergantung cara menjalaninya. Kuyakin, kau masih punya banyak orang yang bisa diajak bercerita. Termasuk aku.” Ucapan doo joon membuat shan ni menatap kearahnya.

“aku akan selalu ada untukmu.” Ucap doo joon mendekatkan wajahnya kewajah shan ni. Dimalam yang dingin itu, shan ni dan doo joon berciuman. Shan ni yang hanya diam pelan-pelan memejamkan matanya.

“entahlah, kenapa aku tidak bisa mengelak.” Ucapnya dalam hati.

*

“kau akan pergi dengannya?” tanya shan ni kepada dongwoon ketika mereka sedang menemani kedua orangtuanya disebuah toko buku.

“hmm, doakan aku berhasil besok.” Ucap dongwoon tersenyum kepada shan ni yang sedang memilih sebuah buku.

“dongwoon-ah..” panggil shan ni cepat. dongwoon menengok kearahnya.

“aku pikir kau dan hye ra adalah pasangan yang paling serasi.” Ucap shan ni pelan didekat kuping dongwoon. Dongwoon hanya tersenyum menatap shan ni yang berjalan menuju ayahnya yang sedang berbicara dengan ibunya.

*

Pagi itu, dongwoon sedang duduk disebuah taman dipusat kota. Janjinya mengajak hye ra bertemu hari ini sudah siap terlaksana. Beberapa saat kemudian, shan ni datang menghampirinya hendak menuju kekampusnya.

“ini, fighting.” Ucap shan ni memberikan segelas coklat hangat kepada dongwoon.

“gomawo.” Ucap dongwoon tersenyum menerima coklat hangat tersebut.

“tunggu sebentar.” Hye ra datang ketika shan ni hendak pergi menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat itu. Shan ni menghentikan langkahnya lalu tersenyum kearah hye ra. Sementara tidak jauh dari tempat itu, doo joon sedang melewati tempat itu dan melihat shan ni.

Seketika tanpa basa-basi, hye ra menampar shan ni cukup keras. Shan ni yang diam memegangi pipinya. Sementara dongwoon terlihat kaget akan ulah hye ra.

“jadi ini yang kau lakukan selama ini?? Hah? Berusaha mendekatkanku dengan dongwoon tapi ternyata kau yang terlihat lebih sering bersamanya. Apa kau mau menusukku dari belakang? Hah? Kau mau mengganggu hubunganku? Setelah junhyung, sekarang kau ingin mendekati dongwoon, itukah yang kau mau??” perkataan hye ra dan perbuatannya membuat langkah doo joon berhenti.

“junhyung?” ucap shan ni tidak mengerti.

“ya, asal kau tahu, junhyung itu sebenarnya menyukaimu, bukan menyukaiku. Dan asal kau tahu, aku menyesal telah menyukainya. Teman macam apa kau??” lanjut hye ra lagi.

Shan ni terdiam menahan emosinya. Lalu dengan tatapan kaget, dongwoon melihat shan ni menampar hye ra. Hye ra terlihat kesakitan memegangi pipinya. Air matanya pun menetes.

“sebenarnya siapa teman yang jahat?? Hah? Yang kau pikirkan adalah lelaki saja, kapan kau pernah memikirkan sahabatmu ini? Aku selalu mencarimu hye ra, aku selalu ada untukmu tapi kenapa kau selalu tidak pernah ada disaat aku membutuhkanmu? Bahkan aku bekerja disupermarket pun aku yakin kau tidak tahu kan?? Sekarang pikirkan siapa yang pantas disebut teman.” Ucap shan ni memandang sinis kearah hye ra. Hye ra terdiam menahan tangisannya.

“sekarang pikirkanlah, apakah perbuatanmu itu benar selama ini.” Lanjut shan ni terus memandang hye ra.

“argghh, aku muak padamu shan ni.” Hye ra sudah tidak sanggup berbuat apa-apa lalu pergi meninggalkan shan ni dan dongwoon.

“kau tidak apa-apa?” tanya dongwoon menghampiri shan ni.

“kejarlah hye ra, katakan yang sebenarnya agar dia tidak salah paham lagi.” Suruh shan ni mengambil tasnya.

“tapi kau??” dongwoon masih tidak tega meninggalkan shan ni yang terlihat terluka dipinggir bibirnya.

“cepatlah..” suruh shan ni sedikit marah pada dongwoon. Dongwoon pun mengalah kepada shan ni lalu pergi mengejar hye ra. Shan ni pun duduk dikursi taman tersebut.

“gwencanha? Ahh, kau terluka.” Ucap doo joon memeriksa pipi shan ni.

“nan gwencanha.” Ucap shan ni memegang tangan doo joon lalu tersenyum.

“kau, benar-benar wanita yang kuat.” Ucap doo joon pelan memandang shan ni. Shan ni hanya tersenyum menatap kearah doo joon.

“sedang apa kau disini?” tanya shan ni kepada doo joon.

“aku? Aku selalu ada jika kau membutuhkanku.” Jawab doo joon menggaruk kepalanya.

“ada-ada saja kau.” Celetuk shan ni tersipu.

Sementara itu, dongwoon masih mencari hye ra. Ia berlari hingga masuk kesebuah komplek perumahaan dengan gang yang hanya cukup dilewati satu mobil. Ia melihat perempuan yang sepertinya kelelahan sedang berjalan pelan didepannya.

“hye ra-ah, tolong berhenti dan dengarkan aku sebentar.” Teriak dongwoon terengah-engah. Hye ra menghentikan langkahnya. Dan menatap kearah dongwoon dengan mata berkaca-kaca.

“apa yang ingin kau katakan? Semua sudah jelas, semalam ketika ditoko buku, shan ni terlihat sangat dekat denganmu.” Isak hye ra pelan. Dong woon pun berjalan pelan menghampiri hye ra. Ia menatap tajam kearah hye ra yang berlumuran air mata.

“aku hanya mencintaimu seorang.” Ucap dongwoon lalu mencium mesra bibir hye ra. Hye ra terlihat canggung namun berusaha menikmatinya.

*

“mengapa kau tidak menceritakan itu dari awal?” tanya hye ra ketika mendengar seluruh cerita dari dongwoon tentang hubungannya dengan shan ni diatas sebuah jembatan siang itu.

“menurutku itu hal yang tidak penting untuk dibicarakan saat aku dan kau sedang bersama.” Jawab dongwoon tersenyum. Hye ra hanya diam merasa bersalah telah menampar shan ni tadi.

“kuharap kau segera berbaikan dengan shan ni.” Ucap dongwoon menggenggam tangan hye ra erat. Hye ra hanya tersenyum mendengar perkataan dongwoon tersebut.

*

Malam ini, shan ni dan doo joon terlihat sedang berjalan berdua menikmati indahnya seoul diakhir-akhir musim dingin. Shan ni terlihat menikmati hidupnya yang baru dengan doo joon tanpa hye ra yang masih terlihat belum meminta maaf padanyanya walau dongwoon telah menjelaskannya panjang lebar.

“mau kemana kita malam ini?” tanya shan ni kepada doo joon.

“aku ingin kau ikut aku ketempat kerjaku.” Jawab doo joon tersenyum.

“tempat kerja?” tanya shan ni bingung.

“memangnya hanya kau saja yang bisa kerja paruh waktu, aku juga bisa..” ucap doo joon tersenyum lebar. Shan ni mengikuti langkah doo joon walau pikirannya bingung tentang pekerjaan doo joon.

“tadda, masuklah. Ini tempat kerjaku.” Ucap doo joon ketika mereka berhenti disebuah bar. Shan ni bingung.

“kau bekerja apa disini?” tanya shan ni berjalan masuk mengikuti doo joon.

“aku menjadi DJ disini, itu kan kerja sambilanku selama ini.” Jawab doo joon pergi kemeja DJ-nya lalu memulai pekerjaannya. Shan ni memperhatikan sekelilingnya lalu terdiam memperhatikan doo joon yang penampilannya sangat memukau dengan berbagai musik yang ia mainkan.

“kemarilah.” Suruh doo joon kepada shan ni yang daritadi terdiam memperhatikannya. Shan ni pun berjalan menghampirinya.

“bagaimana kalau kita berduet?” ajak doo joon tersenyum.

“hah?” shan ni terlihat kaget ketika doo joon mengajaknya.

“ayolahh.” Doo joon memakaikan satu earphone lagi kekepala shan ni. Shan ni yang terlihat mengalah akhirnya berduet dengan doojoon malam itu di bar yang sangat ramai.

*

“kau senang?” tanya doo joon tepat pukul 12 malam. Shan ni hanya mengangguk.

“besok, setelah pulang kuliah, mampirlah keapartemenku.” Ajak doo joon kepada shan ni.

“dimana apartemenmu?” tanya shan ni kepada doo joon. Doo joon tersenyum lalu menunjuk kesebuah bangunan tinggi tepat 3 bangunan dari bar tersebut. Shan ni memperhatikan gedung apartemen tersebut.

“baiklah.” Ucap shan ni menghentikan sebuah taksi didepannya.

“sampai jumpa.” Ucap doo joon kepada shan ni yang memasuki taksi tersebut. Shan ni hanya tersenyum melepas kepergiannya.

Sementara dikamarnya, hye ra terlihat sedang memikirkan sesuatu sambil membaringkan badannya.

“apa aku salah??” gumamnya sendirian. Hye ra pun menghela nafasnya dan berusaha memejamkan matanya.

*

“waww.. kau suka hal berbau seni juga?” tanya shan ni memperhatikan berbagai lukisan ketika memasuki apartemen doojoon.

“hmm, aku suka semua yang berbau seni.” Jawab doojoon tersenyum. “duduklah.” Suruh doojoon kepada shan ni yang memperhatikan sebuah piano putih ditengah ruang tengah tersebut.

“ada apa kau menyuruhku kesini?” tanya shan ni duduk ditempat yang diperintahkan doojoon.

“hanya ingin pergi dari sebuah keramaian kota bersama dirimu.” Jawab doojoon berjalan menghampiri shan ni. Shan ni hanya menatapnya sinis.

“aku menyukaimu.” Ucap doojoon pelan menatap hye ra tajam. Hye ra yang terdiam terus memandang kearah doojoon.

“cukupkah perasaanku ini menetap dihatimu?” tanya doojoon lagi. Shan ni hanya mengangguk pelan menatap doojoon. Doojoon yang masih berdiri dihadapan shan ni tersenyum lalu menyentuh leher shan ni dan mencium bibirnya. Shan ni hanya memejamkan matanya dan memegang pipi doojoon. Mereka pun terlihat menikmati kemesraan mereka.

*

Pagi ini hye ra sedang duduk diperpustakaan dikampusnya. Ia sedang sibuk membaca sebuah buku dan terlihat sedang tidak ingin diganggu.

“hye ra.” Panggil seorang lelaki dengan suara pelan. Lelaki itu lalu duduk didepan hye ra.

“neon?” ucap hye ra kaget ketika menatap kearah lelaki itu.

“aku ingin minta maaf kepadamu.” Ucap lelaki itu dengan wajah lesu.

“wei? Kau menyesal telah menghianatiku saat itu?” tnya hye ra menatap tajam kelelaki tersebut.

“aku sangat menyesal.” Ucap lelaki itu pelan. “aku ingin kita memulainya dari awal lagi.”

“mian ki kwang, aku sudah memiliki seseorang yang benar-benar mencintaiku.” Ucap hye ra menatap kearah lelaki itu.

“tapi..” sahut ki kwang pelan.

“maafkan aku, tapi kau pasti akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku. Percayalah.” Ucap hye ra mengusap pipi ki kwang lalu pergi meninggalkan ki kwang sendirian.

Sementara di pintu keluar kampus tersebut, hyun seung dan shan ni sedang berjalan bersama meninggalkan kampusnya.

“aku ingin memberikan ini untukmu.” Ucap hyun seung memberikan sebuah amplop coklat kepada shan ni.

“apa ini?” tanya shan ni bingung.

“semua yang sudah kau berikan kepadaku aku kembalikan.” Jawab hyun seung tersenyum ketika shan ni memegang amplop itu.

“sudah kubilang kan, anggap saja aku memberikannya untukmu.” Ucap shan ni memberikan amplop itu lagi lalu berjalan pelan.

“besok aku akan pergi.” Ucapan hyun seung menghentikan langkah shan ni. Shan ni pun berbalik menghadap kearah hyun seung.

“ayahku mengajakku pergi ke incheon, ia sudah dapat proyek kerja disana. Dan aku akan pindah membantu ayahku dan kuliah disana.” Hyun seung memberitahu kepada shan ni.

“secepat itu kah?” tanya shan ni menghampiri hyun seung. Hyun seung hanya mengangguk.

“maka dari itu, aku mengembalikan semua uangmu, ayahku menyuruhnya untuk mengembalikannya, aku juga tahu kau bekerja tiap malam disupermarket agar kau dapat uang, aku merasa berdosa jika aku tidak mengembalikannya. Terimalah.” Pinta hyun seung kepada shan ni.

“aku akan merindukanmu.” Ucap shan ni memeluk erat tubuh hyun seung.

“pasti, aku juga akan merindukanmu. Salam untuk doo joon.” Ucap hyun seung menatap shan ni. Shan ni menatapnya bingung.

“aku temannya semenjak pesta ulangtahun hye ra, dia sangat baik dan dia sering bercerita tentangmu.” Ucap hyun seung tersenyum. Shan ni hanya tersenyum manis. Mereka pun berjalan meninggalkan kampus mereka bersama.

*

Seminggu setelah kepergian hyun seung ke incheon, shan ni terlihat lebih sering berjalan sendiri. Sampai saat ini, hye ra dengan dirinya pun belum sama sekali berbaikan. Sementara hye ra lebih sering menghabiskan waktu dengan dongwoon, walaupun terkadang dongwoon sibuk dengan pekerjaannya diperusahaan milik ibunya.

Suatu hari diawal musim semi, shan ni sedang duduk disebuah taman sambil membaca sebuah buku dan mengenakan earphone-nya. Ia terlihat menikmati bacaannya itu.

Dari kejauhan terlihat hye ra datang menghampirinya dengan menggunakan kacamata hitam.

“bisakah kita bicara sebentar?” tanya hye ra berdiri dihadapan shan ni. Shan ni membuka earphone-nya lalu menatap kearah hye ra.

“kita pergi kerestoran disana.” Ucap hye ra menunjuk sebuah bangunan hijau dipinggir jalan.

“aku tidak punya banyak waktu, kita bicarakan disini saja.” Ucap shan ni memasukan earphonenya kedalam tas coklatnya.

“baiklah, aku ingin minta maaf padamu. Aku tahu aku salah, tapi aku ingin kau lebih bisa diajak bicara lagi.” Ucap hye ra menundukan kepalanya. “aku tahu selama ini aku pergi menuju dirimu hanya untuk menceritakan masalahku, sementara jika dirimu membutuhkanku, aku tidak pernah ada disampingmu. Aku minta maaf.”

Shan ni menatap hye ra tajam, “jadi kau sudah sadar?”

“hmm, sekali lagi aku minta maaf, kau masih jadi sahabatku kan?” tanya hye ra tersenyum kepada shan ni. Shan ni membalas senyuman hye ra.

“sampai kapanpun kau tetap sahabatku.” Ucap shan ni memeluk hye ra. Mata hye ra berkaca-kaca dipelukan shan ni.

“baiklah, kita kerestoran saja. Aku yang teraktir.” Ucap hye ra menarik tangan shan ni. Shan ni tersenyum lalu berjalan mengikuti shan ni.

*

“ada apa kau mengajakku kesini?” tanya hye ra kepada dongwoon disebuah restoran mewah diseoul.

“aku hanya ingin mengajakmu kesuatu tempat yang tidak mungkin kau lupakan selamanya.” Ucap dongwoon tersenyum menggenggam tangan hye ra. Hye ra hanya tersipu menatap dongwoon dalam.

“kau mau menikah denganku??” tanya dongwoon mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah yang berisi cincin. Hye ra terlihat kaget saat melihat kekasihnya memakaikan cincin dijari manisnya. Hye ra pun menangis terharu.

“aku mencintaimu selamanya.” Ucap dongwoon tersenyum.

*

Diapartemennya, shan ni baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia melihat doojoon sedang memilah-milih foto diruang tamunya.

“sudah malam, kau tidak pulang?” tanya shan ni menghampiri doo joon yang terlihat sibuk. Doo joon hanya mengusap pipi shan ni dan tersenyum.

“aku mengantuk, aku mau tidur.” Ucap shan ni tersenyum lalu masuk kedalam kamarnya. Doo joon hanya tersenyum lalu membereskan foto-foto yang berantakan dimeja ruang tamu tersebut.

Setelah membereskan foto-fotonya, doo joon lalu masuk kedalam kamar shan ni. Shan ni yang belum tidur melihat kearah doo joon.

“ada apa?” tanya shan ni tersenyum. Doo joon hanya tersenyum lalu berbaring disebelah shan ni.

“aku akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa terhadapmu.” Ucap doojoon tersenyum memandang kearah kekasihnya itu. Shan ni hanya tersenyum menatap doojoon lalu memejamkan matanya.

*

Hari berganti hari, tahun pun sudah berganti. Hangat dan nyaman cuacanya saat itu. Shan ni tidak lagi menjadi kasir disupermarket. Sekarang, ia bekerja diperusahaan ayahnya sebagai direktur keuangan. Sementara hye ra sebentar lagi akan menjadi nyonya son, karena sebentar lagi, ia akan menikah deongan dongwoon.

Sore itu, shan ni dan hye ra sedang berdiri dipinggir jembatan memperhatikan pantulan sinar matahari dari air sungai yang terlihat jernih.

“bagaimana kabarmu?” tanya hye ra memandang terus kedepan.

“aku baik-baik saja, turut senang atas hubunganmu dengan dongwoon.” Jawab shan ni tersenyum.

“terimakasih untuk semuanya, shan ni.” Ucap hye ra. Shan ni menengok kearahnya.

“semuanya?” tanya shan ni bingung.

“hmm, aku sekarang mengerti akan arti kedewasaan.” Jawab hye ra tersenyum. “dewasa tidak memandang usia, dewasa bergantung kepada sikap kita. Dan aku belajar darimu shan ni.selama ini, aku masih seperti anak kecil, dan berkat kau aku bisa merubahnya.” Shan ni hanya tersenyum.

“yang jelas, selama kedewasaan itu masih ada, aku akan selalu hidup dan membantu seluruh orang disekitarku. Dan yang paling penting, aku akan menyayangi orang yang menyayangiku dan aku tidak akan melupakan sahabatku sampai kapanpun.” Ucap hye ra merangkul shan ni.

“aku juga tidak akan melupakanmu.” Ucap shan ni tersenyum. Sore itu terlihat sangat indah dan hangat. *tamat*

abisss..

selesai deh ffnya, makasih buat nurul setya anggraini yang udah ngedoain jadinya ff. heheheh. ini saya persembahkan 90% buat dia. heheeh. 10%nya buat gw laahh. heheh