Hello, comeback lagi nih ^^ yang
penasaran sama sequel your expressions are amazing, ini dia part 2-nya. Happy reading
yaaa…
*
“sore ini, kita bisa pulang bersama?” tanyaku tersenyum sebelum ia pergi
meninggalkanku.
“aku ada urusan sore ini.” Jawaban dujun yang sudah bisa aku tebak.
“boleh aku tahu urusanmu?”
“aku benar-benar buru-buru, aku harus pergi.”
AUTHOR POV
Jam besar didinding perpustakaan menunjukan tepat pukul 12 siang. Ruang besar yang dipenuhi
buku itu terlihat sepi. Hanya diisi oleh beberapa mahasiswa yang masih sibuk
dengan tugas tugasnya. Dimeja disudut ruangan itu, jun ri duduk sendirian
sambil membaca sebuah buku. Bersamaan dengan itu, woohyun masuk dengan membawa
setumpuk buku dan langsung ia berikan pada pustakawati untuk ia kembalikan.
Setelah mengembalikan, woohyun tak langsung pergi, ia melihat jun ri
sedang konsentrasi membaca bukunya. Dengan senyum yang sedikit terkembang,
woohyun menghampiri jun ri dan langsung duduk didepan jun ri.
“kenapa ekspresimu begitu melihatku?” tanya woohyun bingung melihat
ekspresi kaget jun ri ketika ia duduk dihadapannya.
“a..ani.” jawab jun ri mengatur napasnya kembali.
“lelaki yang tadi pagi kekasihmu?” tanya woohyun mengambil buku diatas
meja besar dihadapannya.
“eo.”
“siapa namanya?” tanya woohyun dengan nada santai namun terkesan ingin
tahu.
“dujun-ssi.” Jawab jun ri singkat.
“kau kenapa? Apa diwajahku ada yang aneh? Kau jadi berubah aneh seperti
ini.” Tanya woohyun bingung menatap jun ri yang bersikap aneh.
“a..dujun-ssi menyuruhku agar tidak dekat denganmu.” jawab jun ri
terdengar polos.
“mwo? Memangnya aku sangat menyeramkan? Junri-ssi, aku bukan macan yang
kelaparan. Lagipula aku juga tidak akan merebutmu darinya. Ada-ada saja
kekasihmu itu.” ucap woohyun dengan nada yang sedikit keras membuat beberapa
orang diruangan itu menatap mereka.
“woohyun-ssi, pelankan suaramu.” Jun ri menepuk pelan lengan woohyun
dengan buku yang ada ditangannya.
“ahh, aku sudah biasa. Ohiya, aku sudah tidak ada pelajaran hari ini,
bagaimana denganmu? jika kau sudah tidak ada pelajaran lagi, kita bisa pulang
bersama, tapi... jika kau tidak pulang dengan si dujun dujun itu.” ajak woohyun
panjang lebar sambil merubah ekspresinya sedikit canggung. Woohyun terlihat kikuk
mengucapan kata kata terakhirnya.
“aku pulang sendiri hari ini.” Jawab jun ri tersenyum menerima ucapan
woohyun walau sebelumnya ia berpikir kalau woohyun sedikit banyak bicara.
*
LEE JUN RI POV
Malam telah larut, gemericik hujan terhenti ketika jendela kamar yang baru
aku tutup dipenuhi oleh butiran air hujan yang menyisakan jejaknya disana.
Lampu meja mencoba menerangi seluruh sudut kamarku walau itu tidak sedikit
berhasil. Aku masih duduk ditempat paling terang didepan meja belajarku walau
mataku sudah tak sanggup terbuka. Ponsel didepanku sunyi seperti daging basi
yang tidak disentuh sama sekali oleh srigala hutan.
Aku terus menatap kearah ponselku sambil menggosokan telunjukku
kepinggirnya walau tidak berdebu. Malam ini, aku menghawatirkannya. Sejak sore
tadi ia benar-benar tidak mengabari apapun tentang keadaannya. Apakah aku harus
menanyakannya lebih dulu. Kekasihku itu...........
Dengan perasaan campur aduk, aku membuka ponselku. Menuliskan pesan untuk
lelaki yang membuatku terperanjat ketika aku menatap matanya.
“doojoon-ssi ^_^
waktu sudah sangat malam,
diluar juga sangat dingin. Jika kau masih sibuk dengan urusanmu, jangan lupa
memakai pakaian tebal dan minumlah coklat hangat sebelum tidur. Aku akan tidur
sekarang, jaljayo~”
Aku mengirimnya, laporan pengiriman tertera dilayar ponselku. Aku menatap
tempat tidur yang tepat berada disebelah jendela kamarku. Aku berjalan lalu
duduk diatas tempat yang paling nyaman dikamarku. Mencoba membuka korden coklat
pastel dan memperhatikan embun yang berhasil masuk kejendela. Tanpa kusadar aku
menulis namanya diatas embun itu menggunakan
telunjukku dengan harapan dia membaca pesan singkatku walau aku tahu
dia tidak akan membalasnya.
DUJUN POV
Jam berdentang dua kali. Pukul dua pagi dan aku masih berkutat didepan
komputerku. Aku masih mengerjakan urusanku, mengedit foto-foto yang terlalu
banyak dan sulit aku pilih yang mana yang paling indah karena semua foto yang
harus aku edit adalah foto yang indah.
Sudah seharusnya aku tidur, aku menyimpan seluruh foto foto itu lalu
mematikan komputerku. Aku memperhatikan hujan yang kembali turun dari balik
kain tipis didepan jendelaku. Aku berdiri memperhatikan hujan dengan coklat
hangat ditangan kananku yang sudah beranjak dingin. Aku ingat, dua jam yang
lalu ponselku berdering. Aku mengambil ponsel dari atas meja dekat komputerku
dan membuka beberapa pesan yang masuk. Tidak ada yang penting, tapi, ada satu
pesan yang membuat jantungku berdetak ketika aku membacanya.
*
AUTHOR POV
Hari sangat cerah ditemani kilauan matahari pagi yang menyegarkan. Masih
didaerah hongdae, beberapa orang menikmati hari minggu mereka. Termasuk
woohyun, hari ini ia ada janji dengan jun ri direstoran untuk memintanya
membantu mengerjakan tugas kuliahnya. Woohyun melangkah cepat agar ia tidak
terlambat dan membuat jun ri yang menurutnya bodoh itu menunggunya untuk yang
keduakalinya.
Woohyun memperhatikan seluruh wanita yang melewatinya walau earphonenya
menempel ditelinganya. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang
lelaki yang wajahnya ia kenal sedang memperhatikan sesuatu didepan sebuah toko
hadiah.
“itu kan dujun. Sedang apa dia?” tanya woohyun pada dirinya sendiri sambil
terus memperhatikan dujun yang terlihat sedang melihat lihat berbagai hadiah
yang dipajang didalam toko tersebut. “kenapa dia sedang memperhatikan hadiah
hadiah itu, dia kan bukan perempuan.” Gumam woohyun lagi bersamaan dengan
deringan ponselnya. Nama lee jun ri muncul dilayar ponselnya. Woohyun menggeser
tembol hijau lalu melanjutkan perjalanannya.
*
“aku terlambat?” tanya woohyun duduk didepan jun ri yang sedang membaca
buku yang sama ketika mereka bertemu di perpustakaan beberapa hari yang lalu.
“5 menit.” Jawab jun ri menutup bukunya dan tersenyum seperti biasa.
Woohyun sedikit menghela napas lega lalu mengeluarkan bukunya dan memberikannya
pada junri. Mereka terlibat perdebatan kecil dengan topik tugas woohyun yang
belum selesai.
“oh iya, aku hampir lupa. Tadi aku melihat kekasihmu, dujun sedang berdiri
didepan toko hadiah. Sepertinya ia sedang memilih-milih hadiah. Apa kau akan
merayakan ulangtahun?” tanya woohyun ketika makanan yang mereka pesan datang.
“a..ani. kau melihatnya? Dengan siapa?” jun ri melebarkan matanya antusias
lalu berbalik bertanya.
“kenapa kau jadi bersemangat?” gumam woohyun sedikit kesal. “honja. Dia
terlihat sendirian.” Jawab woohyun menyuapi makanannya sendiri walau matanya
melirik jun ri yang menghela napas tanda ia lega. “boleh aku bertanya sesuatu,
jun ri-ssi?”
“hem.” Jun ri mengangguk senang.
“waktu kita pertama bertemu, kau bilang kau sudah terbiasa menunggu. Apa
maksudnya? Apa kau setiap hari menunggu seseorang hingga lebih dari 1,5 jam?”
wajah woohyun terlihat serius walau ucapannya tidak terdengar jelas karena ia
terus menyunyah makanannya.
“oh, tidak. Aku hanya... aku hanya tidak suka saja jika orang lain yang
menungguku.” Jawab jun ri sedikit berpikir.
Woohyun menatap jun ri bingung. Ada pikiran menggantung diotaknya tentang
keanehan jawaban perempuan yang dianggapnya bodoh ini.
“mari kita teruskan.” Ajak junri kembali membuka buku mencoba mengalihkan
woohyun yang terus memandanginya bingung.
*
LEE JUN RI POV
“tidak pergi dengan lelaki yang waktu itu lagi?” pertanyaannya membuat
hatiku sedikit bergetar. Nada bicaranya terkesan datar dan ada gurat kesal
ketika aku menatap wajahnya.
“nam.. woohyun?” tanyaku mencoba memastikan.
“iya, dua hari yang lalu kau pergi dengannya kan, kau makan dengannya
direstoran?” dujun menghentikan langkahnya menatap wajahku ketika kami sampai
didepan rumahku. Aku semakin tidak berani menatap wajahnya yang menyeramkan
menurutku. Kenapa dia tahu jika aku pergi dengan woohyun hari itu. apa dia
melihatku, ah, tidak mungkin.
“aku mulai tidak percaya padamu.” Ucap dujun lagi membuatku ingin
menangis.
“aku hanya....” ucapku hampir tidak terdengar.
“jika kau ingin menjelaskannya, besok temui aku ditempat biasa jam 7. Aku
ingin kau menjelaskannya. Hari ini aku ingin kembali kerumah, beristirahat.”
Dujun melangkahkan kakinya meninggalkanku tanpa meninggalkan jejak bibirnya
dikeningku.
*
Sudah setengah 8, aku melangkahkan kakiku menuju kursi putih yang masih
kosong. Aku menyengajakan datang terlambat dengan harapan dujun sudah
menungguku disana. tapi, harapanku pupus ketika aku melihatnya tidak ada
disana.
Aku duduk memperhatikan hongdae yang tidak terlalu ramai malam ini. Aku
mencoba menghubungi lelaki itu tapi tidak ada jawaban sama sekali. Aku mencoba tersenyum
menghibur hatiku walau aku masih mengingat kata katanya yang membuat hatiku
remuk saat itu.
Satu jam sudah berlalu, jam diponselku sudah menunjukan pukul sembilan.
Aku mulai bosan walau aku masih duduk dikursi putih ini dengan tatapan ketanah.
Aku melihat sepasang kaki berdiri dihadapanku.
“kau da...tang.” ucapan antusiasku berubah pelan ketika orang yang tidak
aku tunggu berdiri dihadapanku.
“ini yang kau sebut menunggu? Kau sudah satu jam disini. Ini sudah malam,
hari sudah semakin dingin, kau harus pulang!” woohyun memarahiku tanpa sebab
lalu menarik lenganku.
“woohyun-ssi, aku baru menunggunya satu jam.” Ucapku mencoba tersenyum.
“satu jam kau sebut baru? Kau menunggu orang yang salah jun ri-ssi!”
ucapan woohyun semakin keras.
“aku menunggu kekasihku.”
“dia bukan kekasihmu! Dia tidak akan membiarkanmu menunggu selama ini jika
dia menganggapmu kekasihnya.”
“Woohyun-ssi, ucapanmu.” Ucapku hampir menangis.
“jangan terlalu bodoh, jun ri-ssi! Apa kau tidak pernah berkata padanya
kau selalu menunggunya berjam-jam, apa kau pernah bertanya padanya apa yang dia
lakukan selama kau menunggunya? Apa kau tidak pernah berpikir hal yang buruk
terjadi ketika kau menunggunya? Dia pergi dengan perempuan lain mungkin. Kau
tidak pernah tahu kan. Kau itu polos atau bodoh? Hah?”
Kata kata woohyun membuatku menjatuhkan tetesan air mataku. Ucapannya
membuat aku mengingat ketika aku menunggu dujun saat pertama kali, kedua kali,
hingga yang terakhir saat itu. bahkan di inbox ponselku hanya dua pesan dari
dujun. Apa aku benar benar bodoh seperti yang diucapkan woohyun.
“sudahlah, biar kuantar kau pulang.” Woohyun menarik tanganku tanpa aku
tolak. Aku hanya ingin cepat kembali kerumah dan mengis sepuasku.
*TBC*
Penasaran sama sequel terakhirnya? hayoo apa yang sebenernya dujun lakukan ke junri selama junri menunggu? semuanya bakal terungkap di part 3 so, keep reading ya dan ditunggu kelanjutannya... ppyong!