Laman

June 27, 2011

ONLY ONE (ONE SHOOT)


Aku melihatnya, perempuan yang sedang membaca buku dibawah pohon yang sangat rindang diawal musim semi ini. Matanya tidak berhenti dari garis-garis kata di dalam buku itu. Sesekali senyumnya tergurat namun sesekali pula ia memperhatikan beberapa orang yang lewat didepannya.

Niatku sangat besar untuk menghampirinya namun berat. Aku berusaha melangkahkan kakiku mendekatinya. Matanya menatapku, aku menghentikan langkahku tersenyum menatapnya. Perempuan itu menutup bukunya lalu berdiri melambaikan tangannya kearahku. Hampir saja aku melambaikan tanganku padanya namun aku urungkan ketika melihat perempuan lain menghampirinya. Mereka berdua terlibat pembicaraan sedang lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Aku berjalan lalu duduk ditempat yang perempuan itu duduki sambil membaca buku tadi. Masih terasa hangat ketika aku meraba kursi itu. Sebuah gelang terjatuh dari kursi itu mengenai tanganku. Aku mengambilnya dan menggenggam gelang itu. Aku ingat jelas ketika pertama kali aku memberikan gelang ini kepada perempuan itu. Wajahnya sangat senang ketika aku memakaikannya dipergelangan tangannya.

293005757.png“aku tidak akan melepaskannya, aku berjanji.” Ucapan perempuan itu masih terngiang jelas ditelingaku. Aku memasukan gelang itu kedalam kantong blazerku lalu pergi meninggalkan tempat itu ketika gerimis datang.

*

Sore ini, aku minum kopi disebuah cafe yang damai. Diluar gerimis yang datang tadi siang semakin membesar dengan datangnya hujan deras. Beberapa orang terlihat berteduh diluar cafe namun aku terjaga sambil memperhatikan layar ponselku. Foto perempuan itu masih terpampang dilayar ponselku. Semua terngiang lagi ketika perempuan yang hobi memotret itu selalu mengambil gambarku. Aku tidak pernah mengelak walau sesekali ingin sekali aku memotretnya.

Dia datang, baru saja ia masuk kedalam cafe yang sama denganku. Senyumnya tergurat lagi. Aku senang melihatnya, ia duduk tidak jauh dariku. Hanya berbeda 1 kursi denganku. Aku terus memperhatikannya ketika ia membuka buku yang sama seperti yang ia baca siang tadi. Ia mulai fokus kembali bahkan ia tidak memperdulikan seorang pelayan yang datang memberikan secangkir kopi yang ia pesan.

Aku bangkit dari tempat dudukku, niatku kali ini ingin mengembalikan gelang yang selalu ia pakai tiap hari. Namun ia langsung tersenyum ketika melihat temannya yang berambut pendek datang menghampirinya. Aku mengurungkan niatku lagi dan keluar dari cafe itu.

293005757.png*

Hari kembali berganti, cuaca cukup hangat untukku pergi menghirup udara segar sore ini. Aku berjalan sendiri melewati beberapa pertokoan yang belum terlihat ramai. Aku melihat perempuan itu lagi keluar dari sebuah supermarket. Perempuan yang aku cintai. Aku masih membawa gelang itu, aku memastikan agar aku bisa berbicara dengannya sore ini. Tepat, dia berjalan kearahku. Aku menghampirinya dan tersenyum.

“gelangmu.” Ucapku tersenyum menunjukan gelangnya.

“ahh, aku sudah mencarinya kemana-mana, aku kira hilang tapi ternyata ada didirimu.” Ucap perempuan itu meraba pergelangan tangannya. Aku hanya diam dan memakaikan gelang itu ditangannya lagi. “gomawo, gongchan.” Ucap perempuan itu tersenyum ketika aku sudah memasang gelang itu kembali. Kita terdiam hanya saling menatap. Hatiku terasa sakit ketika menatap matanya yang berbinar. Aku, aku memeluk perempuan itu. Perempuan itu hanya diam tidak membalas sama sekali.

293005757.png“kembalilah, aku merindukanmu.” Ucapku pelan didekat telinganya. Namun perempuan itu hanya diam. Ia melepaskan pelukanku namun wajahnya yang ceria langsung berubah ketika menatapku. Aku tahu aku salah memintanya untuk kembali, namun ingatanku selalu terarah padanya.

“soo bin-ahh.” Seorang lelaki memanggil perempuan itu. Perempuan itu memalingkan wajah kearah lelaki itu. Lelaki itu melambaikan tangannya sambil tersenyum.

“mian, gongchan. Aku harus pergi.” Perempuan itu tidak mengguratkan senyumnya sama sekali. Ia pergi, pergi menghampiri lelaki itu lalu menggandeng tangannya. Hatiku terasa sakit saat melihatnya. Aku berusaha mengikhlaskannya ketika aku melihat perempuan itu menggusap pergelangan tangan dan gelang yang pernah aku berikan padanya.

Aku membalikan badanku menghindari rasa sakit yang lebih dalam lagi. Aku mengingat semuanya, semua. Saat hari ulangtahunku ketika ia memberikanku sebuah jam tangan yang masih tersimpan didalam laci mejaku. Saat ia memotretku dipantai, tersenyum ketika menghiburku dan selalu memelukku disaat aku merasa jatuh. Semua itu berakhir, aku tidak akan mendapatkan itu semua lagi. Ahhh, sebodoh itukah aku? Aku masih benar-benar mencintainya. Dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya sebagaimana gelanng yang terus melingkar ditangannya.

*END*

June 26, 2011

non naui dongsaeng e e e (part. 7)

Bagaimana dengan hye jin??

Semenjak bertemu dengan kwang min ditempat berjualan ikan, ia semakin memikirkan lelaki itu. Kwang min pun begitu awalnya ia hanya ingin memastikan perkataan young min tentang pekerjaannya, namun semakin sering ia ketempat itu ia semakin sering bertemu dengan hye jin. Pernah suatu hari mereka berpapasan disebuah supermarket ketika hye jin membeli sebuah bumbu untuk menggoreng ikan.

“noona, kita bertemu kembali.” Ucap kwang min tersenyum. Namun saat itu hye jin tidak ingin dipanggil noona. Ia ingin kwang min memanggilnya hye jin.

Sejak saat itu hye jin memikirkan segala cara agar ia bisa dekat dengan kwang min. Dan seluruh caranya pun berhasil, termasuk meminjam uang min jae untuk menraktir mereka semua. Hye jin juga sangat senang ketika kwang min mau mengantarnya pulang dan memayunginya jika hujan turun.

“kau menyukai perempuan penjual ikan itu?” tanya jong min kepada kwang min sekitar 2 minggu yang lalu. Kwang min hanya tersenyum dan mengangguk mennanggapi pertanyaan young min. “hahhh, dunia memang sudah aneh sekarang. Atau mungkin minggu depan young min akan berpacaran dengan gadis penjual daging.”

“maksudmu si kyun ja?? Tidak tidak, gadis gendut seperti itu,” sahut jong min cepat. disertai sahutan tawa mereka.

Dua hari setelah itu, kwang min menyatakan perasaannya kepada hye jin. Tepat, hye jin menerima cinta kwang min dengan sangat senang hati. Mereka menjalin hubungan sekarang. Namun, hubungan hye jin dengan kwang min tidak semulus hubungan min jae denganya. Semenjak ia berbohong untuk meminjam uang, hye jin tidak berani menegur min jae. Disekolah ataupun jika ia ingin kerumah minjae, ia cukup merasa bersalah dan bingung. Ia sangat tahu kalau temannya itu paling tidak suka dibohongi.

*

“mau apa kau kesini?” tanya min jae malam ini kepada hye jin yang berdiri didepan rumahnya.

“maafkan aku, aku mengaku salah telah berbohong padamu. Aku akan mengembalikannya. Ini, seluruh uang yang telah aku pinjam.” Hye jin mengeluarkan uangnya dari dalam tas.

“kau mencurinya?”

“tidak, aku tidak seberani itu. Ibuku baru saja mendapat pesanan ikan banyak, jadi aku diberikan beberapa ribu darinya.”

“simpanlah, aku sudah melupakannya. Aku dengar dari min woo kau sudah berpacaran dengan kwang min. Benarkah itu?” min jae menyuruh hye jin masuk kedalam rumahnya. Hye jin sumringah melihat temannya tersenyum kembali dan ia menceritakan semuanya tentang hubungannya dengan kwangmin.

“aku ikut senang.” Jawab min jae tersenyum.

*

Satu setengah tahun sudah berjalan, min jae kembali kekehidupannya. Ia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan lalu masuk kesebuah fakultas seni di universitas terkemuka dikorea. Hyunseong yang juga lulus meneruskan kesebuah universitas tak jauh dari tempat tinggalnya dengan min jae dan min woo. Ia sudah mempunyai kekasih sekarang, dan min jae sangat senang ketika mengetahui itu. Hye jin juga masih menjalin hubungannya dengan kwangmin. Ia berniat melanjutkan kuliahnya tahun depan karena sekarang ibunya punya restoran seafood didekat pantai. Kemajuan perdagangan ikannya melaju pesat sejak tahun lalu.

Sementara itu, min woo, jo twins dan jeong min juga masih menikmati masa sma mereka. Min woo kembali fokus dengan ekskul dancenya. Jeong min masih saja bertindak sebagai playboy sekolah, apalagi setelah ia naik kelas. Sementara jo twins masih terus mempromosikan ekskul vokal karena sempat turun pamor akibat sang leader si young min digosipkan berpacaran dengan si tukang daging. Siapa lagi yang menyebar gosip itu selain yeong min. Dan jika mendengar gosip itu yeong min pasti akan terus tertawa.

*

Sore ini min jae sedang sibuk mengerjakan tugasnya diruang tamu sendirian. Min woo sedang asik dikamarnya dan hyun seong belum kembali dari kampusnya. Pintu terdengar diketuk. Min jae pun langsung membukakan pintu itu.

“hai, apa kabar?” tanya seorang lelaki tersenyum padanya ditemani seorang perempuan dan seorang anak lelaki yang terlihat lucu.

“masuklah, senang bertemu kalian lagi. Ini anak kalian??” ucap min jae tersneyum memperhatikan keluarga kecil donghyun.

“hmm, umurnya baru satu tahun.” Jawab donghyun tersenyum.

“senang melihat kalian kembali dan terlihat bahagia.”

“mana min woo??” tanya donghyun. “aku disini hyung...” min woo berlari memeluk donghyun.

“min woo, kau tidak boleh seperti itu. Melihat kalian aku jadi iri.” Ucap min jae memperhatikan anak lelaki yang berada dipangkuan istri donghyun.

“apa kau sudah punya kekasih??” tanya perempuan itu tersenyum.

“hahah, untuk saat ini aku ingin fokus dengan kuliahku dan min woo, kau tahu min woo sangat manja.” Jawab min jae dnegan nada bercanda sambil melirik min woo.

“kau tahu hyung, sudah banyak yang menatakan perasaannya pada noona, tapi ia malah menolaknya. Sangat bodoh dia.” Ucap min woo menambahkan. Min jae langsung menutup mulut adiknya itu.

“aku yakin, noonamu adalah pemilih yang benar. Sebentar lagi juga ada lelaki yang beruntung mendapatkan hatinya.” Ucap donghyun melirik min jae disertai tawa yang lain.

*

Min jae benar-benar fokus dengan kuliahnya dan min woo. Min woo sudah mulai bisa berpikir dewasa walau terkadang tingkah kekanak kanakannya sering muncul. Min jae juga sudah menceritakan asal usul min woo padanya. Namun dengan pemikiran positif min woo hanya menjawab, “sampai kapanpun kau itu noonaku, noonaku yang bawel dan jika aku sedang tidak ingin tider sendiri aku akan selalu tidur denganmu. Sampai kau punya suami.” Itu yang membuat min jae mengalah dan selalu tersenyum menatap min woo.

“Min woo, mau kemana kau??” teriak min jae kepada min woo sore itu.

“seperti biasa noona, aku ingin kerumah jo twins hari ini, mungkin larut malam lagi aku pulang. Sampai jumpa.” Sahut min woo itu kepada kakaknya, tersenyum lalu pergi.

*END*

non naui dongsaeng e e e (part. 6)

“yaa, sebenarnya appa juga mau menjelaskan sesuatu padamu.” Sahut ayah min jae ketika selesai mendengar cerita min jae tentang golongan darah. “min woo sebenarnya bukan adik kandungmu, semenjak melahirkanmu, ibumu divonis tidak bisa hamil kembali. Padahal saat itu, ia ingin sekali anak laki-laki. Ia berpikir keras hingga akhirnya ia berniat mengambil min woo dari panti asuhan ketika min woo baru saja berumur 3 bulan.” Mata min jae mulai berkaca-kaca. “maafkan appa, menurut appa itu hal yang tidak penting untuk kalian ketahui. Dan, karena itulah appa tidak ingin kalian selalu tidur bersama.”

“gomapda appa, kau telah memberitahuku saat ini. Tapi kenapa kau tidak pernah bilang jika dia sakit...”

“dari umur 3 bulan itu memang dia sudah memiliki penyakit ini, tapi ternyata min woo tidak pernah merasakan sakitnya. Jadi appa tidak mau membuatnya memikirkan penyakit itu.”

*

Operasi berhasil, min woo sudah melewati masa kritisnya. Ia juga sudah sadar walau masih terlihat sedikit lemah. Wajahnya juga masih terlihat pucat.

“kau sedang apa?” tanya min jae yang baru datang ketika min woo sedang terdiam diatas tempat tidurnya.

“noona, bagaimana kabarmu? Kau tahu aku merindukanmu. Aku sudah bosan tidur sendiri disini. Kapan aku bisa pulang??” pertanyaan minwoo menyerbu min jae. Min jae menjawabnya dengan senyum sambil menghampiri minwoo. Dia langsung memeluknya dengan sangat erat sampai hampir menangis.

“kau kenapa noona?? Apa aku membuatmu sedih?” tanya min woo bingung ketika seluruh temannya termasuk donghyun dan hyunseong memasuki kamarnya. Min jae melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya. Ia tersenyum lalu pergi membiarkan mereka bercengkrama.

*

Sudah satu bulan dari kesembuhan min woo. Pastinya dia sudah kembali kerumah yang biasa ia tempati. Aktifitasnya juga sudah berlangsung seperti biasa kembali. Sampai saat ini, ia juga belum memberitahukan kenyataan tentang siapa min woo sebenarnya.

Pagi ini adalah hari libur bagi mereka bertiga. Hyunseong yang pagi ini mempunyai jadwal memasak sedang berkutat dengan wajan didapur. Sementara min jae terlihat bersiap pergi.

“kau mau kemana sepagi ini?” tanya hyunseong yang memperhatikannya dari tadi.

“noona~ mau kemana kau??” sambung minwoo yang baru saja keluar dari kamarnya.

“aku harus kesuatu tempat hari ini, kalian tetap dirumah yaa, sepulang nanti aku akan memberikan kalian oleh-oleh. Sampai jumpa.” Ucap min jae tersenyum kepada keduanya. Min woo yang bingung hanya melambaikan tangannya sementara hyunseong melanjutkan memasak.

*

Min jae sampai disebuah rumah yang cukup megah tapi tidak semegah rumah yang ia tempati. Ia masuk kedalam gerbang tembok dan mengetuk pintu rumah itu. Seorang perempuan berambut panjang. Wajahnya nampak asing bagi min jae, namun ia pernah melihatnya sebelumnya.

“kau?? Sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana?” ucap perempuan itu seolah berpikir.

“donghyun ada?”

“ohh, masuklah. Akan aku panggilkan.”

Perempuan itu meninggalkan min jae sendirian. Min jae memperhatikan sekelilingnya, terlihat sepi. Pikirannya kembali melayang, ‘mereka belum menikah tapi sudah tinggal berdua.’ Tapi semuanya terpecahkan ketika ia melihat ibu donghyun keluar dari dapur menuju kamarnya tanpa melihatnya.

“tunggu sebentar yaa, donghyunnya sedang mengganti pakaian.” Perempuan itu menampakan dirinya lagi. Sedikit kaget min jae karena perempuan itu terlihat datang mendadak. “kalau aku boleh tahu, siapa namamu?”

“min jae, no min jae.” Jawab min jae singkat masih memperhatikan perempuan ini.

“ohhh, aku sering mendengar namamu sering disebut donghyun.”

“min jae, ikut aku.” Sahut donghyun yang turun dari kamarnya menghampiri min jae.

“kenapa harus dikamar, kenapa tidak bicara disini saja? Agar kita bisa lebih dekat.” Tanya perempuan itu terlihat tidak menerima jika min jae diajak donghyun.

“jangan banyak bicara.” Donghyun menarik tangan min jae menuju kamarnya.

*

“aku kesini hanya untuk memberikan ini padamu. Sepertinya aku tidak pantas memakainya lagi.” Min jae mengeluarkan sebuah kalung berbandul kura-kura yang sering ia kenakan kemanapun ia pergi. Donghyun memperhatikan kalung itu sebentar lalu menatap min jae tidak percaya. “kau pernah bilang padaku, aku harus menjaga ini namun jika ada situasi yang membuat diantara kita pergi, aku harus mengembalikannya padamu. Sekarang, situasinya sudah terlanjur berubah. Kau bisa memberikan ini kepada wanita itu. Sepertinya wanita itu lebih pantas mengenakannya.” Mata min jae terlihat berkaca-kaca. Donghyun diam sebentar.

“kau sudah mengetahui semuanya dari hyun seong?? Maafkan aku tidak memberitahumu dari awal. Aku memang pecundang.”

“hyunseong adalah orang yang memberitahuku tentang dirimu seluruhnya, aku sangat senang karena dia aku mengetahui semua tentang dirimu.” Min jae berusaha tersenyum.

“pergilah dengan hyunseong.” Ucapan donghyun membuat min jae menatapnya aneh.

“kau memberikan aku padanya?”

“itu karena aku mencintaimu, dan... hyunseong lebih baik dariku 1000kali.”

“aku tidak mencintainya, aku hanya menganggapnya seorang sahabat yang bisa aku ajak bercerita tentang apapun. Yaa, walaupun sulit untuk aku katakan tapi aku masih sulit untuk melupakanmu. Butuh waktu lama, tapi aku akan berusaha.” Min jae menunduk tanpa menatap donghyun. Lagi lagi donghyun diam.

“maafkan aku..” min jae mengusap lembut punggung donghyun. Seketika perempuan itu masuk kedalam kamar sambil membawa nampan berisi dua gelas minuman dan beberapa makanan. Perempuan itu melihat semua apa yang terjadi. Namun min jae yang terlihat kaget langsung melepaskan tangannya dari pundak donghyun.

“baiklah, aku harus pergi. Hiduplah lebih baik dari sebelumnya, dan jaga dia baik-baik.” Min jae bergegas pergi walau rasa ingin menangis tidak ingin pergi dari dirinya.

Donghyun masih duduk dikamarnya. Ia menatap perempuan itu sinis lalu bangkit dan berlari mengejar min jae. Perempuan itu mengikutinya.

“min jae-ahh...” panggil donghyun kepada min jae yang berjalan tidak terlalu jauh darinya. Min jae hanya menghentikan langkahnya. Donghyun menghampirinya lalu memeluk min jae dengan hangat. Perempuan itu memperhatikannya tak jauh dari mereka. “berjanjilah untuk hidup lebih baik demi diriku, kau masih punya min woo adik kesayanganmu dan kau masih punya masa depan yang sangat cerah. Aku mencintaimu, tapi aku yakin suatu saat pasti ada yang lebih mencintaimu dibanding diriku. Sekali lagi maafkan aku.” Air mata min jae mulai menetes ketika mendengar perkataan donghyun. Ia menangis dipundak donghyun.

“aku berjanji, jaga dirimu dan calon istrimu. Aku yakin kau akan mempunyai anak-anak yang lucu nantinya. Jangan khawatirkan aku, kau tahu aku kuat kan.” Min jae melepaskan pelukan donghyun dan tersenyum. “dan kau, aku titipkan donghyun padamu. Sayangi dia.” Min jae yang dari tadi melihat kehadiran perempuan itu memandang perempuan itu. Perempuan itu hanya mengangguk sementara min jae mengusap pipi donghyun lalu pergi.

*TBC*

non naui dongsaeng e e e (part. 5)

“min jae!!!” hyun seong mengetuk keras pintu kamar min jae. Dengan langkah malas, min jae membuka pintu kamarnya.

“ada apa? Wajahmu aneh.”

“min woo, hidung min woo kembali mengeluarkan darah dan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Sepertinya kita harus membawanya kerumah sakit sekarang.”

“cepat..” min jae mengambil blazernya sementara hyun seong menggendong min woo masuk kedalam mobilnya.

*

“kenapa tidak melakukan pencegahan dini?? Pembengkakan selaput otaknya sudah semakin parah. Kita hanya butuh operasi untuk menyembuhkannya. Namun kesempatan itu juga hanya 1:10.” Ucap dokter membuat air mata min jae mulai menetes. Hyun seong yang duduk disebelahnya terlihat sedih bercampur kaget, karena baru pertama kali ia melihat min jae menangis dihadapannya.

“berusahalah dok, min woo adalah anak yang kuat. Aku yakin dia bisa melewatinya.” Pinta min jae terisak.

“malam ini kami akan menyiapkan meja operasi dan besok pagi dia segera masuk meja operasi.”

*

“min woo, dia adalah anak yang ceria. Selalu kabur jika aku menyuruhnya pulang ketika masih kelas 1 sd. Dia sering sekali pergi ke lapangan basket sebelah rumah hanya untuk memperhatikan beberapa orang bermain basket, katanya ia ingin sekali menjadi pemain basket. Namun mimpinya berubah ketika ia masuk smp, dia ingin menjadi dancer terkenal katanya. Saat itu ketika aku hampir tertabrak sebuah bus, dia menangis, sambil terisak ia berkata ia berjanji akan selalu menjagaku. Bahkan disaat sma nanti dia ingin aku satu sekolah dengannya. Setelah sma, dia sangat senang ketika ia bisa satu sekolah denganku apalagi ketika ia tahu aku berpacaran dengan donghyun, teman berkumpulnya. Dia sebenarnya tidak pantas menjadi adikku. Dia lebih pantas menjadi kakakku. Dia selalu berusaha melindunngiku walaupun akhirnya kami berdua sama sama terluka.” Min jae menceritakan itu kepada hyun seong dengan mata berkaca-kaca. Hyun seong meraih kepala minjae dan meletakannya dipundaknya. “tapi kenapa dia jadi seperti ini? Dia bukan lelaki yang lemah tapi kenapa penyakit ini merenggut kebahagiannya??”

“aku yakin min woo bisa melewatinya.” Ucap hyun seong menabahkan min jae.

*

Matahari mulai menjelang kembali, semalaman min jae tertidur di pundak hyun seong. Donghyun yang mendengar kabar jika min woo sakit datang pagi ini. Ia melihat min jae yang terlelap dipindak hyun seong hanya diam menatap mereka.

“masuklah..” ucap hyun seong pelan membiarkan donghyun masuk kekamar min woo.

“ehmm, ada siapa? Ahh aku tertidur disini.” Min jae mulai terbangun dari tidurnya dan langsung masuk kedalam kamar min woo. Min jae melihat donghyun yang berdiri disebelah tempat tidur min woo. Namun ia menyadari kehadiran min jae yang beridir dibelakangnya.

“terimakasih kau sudah datang.” Ucap min jae pelan berdiri disebelah donghyun sambil memperhatikan min woo yang masih terlelap. Donghyun tersenyum menatap min jae. Sementara min jae memalingkan matanya kearah min woo.

Min woo baru saja bangun ketika ia melihat noonanya dan donghyun berdiri bersamaan memperhatikannya. Min woo menahan senyumnya ketika dokter bersama dua orang perawat memasuki ruangan itu.

“kau harus operasi sekarang.” Ucap dokter tersebut penuh dengan wibawa. Kedua perawatnya mendorong tempat tidur min woo keluar.

“kau harus kuat, kau pasti bisa.” Min jae menyemangati min woo dengan mata berkaca-kaca sementara donghyun mengusap pelan punggung min jae.

*

Selang satu jam, min jae serta donghyun dan hyun seong menunggu didepan ruang operasi. Wajah min jae sangat cemas menunggu hal itu. Sementara donghyun hanya memperhatikannya dengan bersandar disebelah pintu ruang operasi. Hyun seong duduk dihadapan donghyun sambil meletakan kedua tangannya didepan keningnya.

“kau mau kemana?” tanya donghyun kepada min jae yang hendak pergi. Hyun seong langsung menatap min jae.

“aku harus membeli makanan kesukaan min woo, aku akan segera kembali.” Min jae pergi meninggalkan kedua lelaki itu.

*

“yang ini biar aku yang teraktir..” ucap hye jin di cafe tempat anak-anak berkumpul. Disana ia ditemani jo twins dan jong min. Mereka terlihat sangat senang walau sesekali wajah hye jin terlihat memerah ketika menatap wajah kwang min.

Min jae yang baru saja masuk kedalam cafe itu mendengar ucapan hye jin. Ia menatapnya sinis lalu menghampiri mereka. “jadi kau benar-benar membohongiku saat ini?? Kembalikan uangku!! Kau memakai uang ku untuk menraktir mereka semua. Dasar kau pembohong!!”

“noona, kenapa kau datang datang seperti ini?” tanya jong min kesal menatap min jae.

“jadi kalian bersenang senang seperti ini tanpa tahu teman kalian sedang berada dimeja operasi sekarang?” tatapan mata ketiganya berubah termasuk hye jin.

“apa maksudmu??” tanya young min bingung.

“min woo, dia sedang berada dimeja operasi sekarang dia sakit dan seharusnya kalian tahu itu karena min woo menghabiskan waktu lebih banyak dengan kalian.” Jawab min jae kesal. Tanpa banyak bicara, min jae langsung meninggalkan tempat itu untuk kembali kerumah sakit.

“min woo tidak pernah bercerita tentang penyakit.” Gumam jong min bingung.

“Sebaiknya kita kesana sekarang.” Kwang min bangkit dari tempat duduknya. “kau mau ikut?” tanya kwang min kepada hye jin.

“tidak, aku yakin min jae marah sekali padaku.” Sahut hye jin cepat.

*

“maaf, disini siapa yang saudara dengan min woo? Dia butuh banyak darah sekarang golongan darahnya AB.” Seorang suster keluar dari ruang operasi.

“AB?? Aku O.” Ucap min jae sedikit bingung.

“biar aku saja, aku AB.” Hyun seong mengikuti arah suster berjalan.

“tunggu sebentar, mungkin saat itu aku salah mengecek. Aku ikut.” Min jae mengikuti suster dan hyunseong pergi.

Donghyun menunggu sendirian didepan ruang operasi hingga tiga orang tman min woo datang. Mereka terlihat kaget ketika melihat wajah donghyun disana. Selang beberapa menit kemudian, ayah min woo juga datang tepat hyun seong dan min jae mendonorkan darahnya.

“tidak mungkin golongan darah kita berbeda. Appa juga O dan eomma itu B tapi kenapa min woo AB??” gumam min jae pelan kepada hyun seong namun berhenti ketika melihat banyak orang diruang tunggu.

“appa, kau datang.” Ucap min jae terlihat senang menatap ayahnya.

“hmm, bagaimana keadaan adikmu?” tanya appa tenang.

“dia terlihat sehat walau aku yakin sangat sakit baginya.” Jawab min jae pelan. “bisakah kita bicara berdua appa?”

*TBC*

non naui dongsaeng e e e (part. 5)

“min jae!!!” hyun seong mengetuk keras pintu kamar min jae. Dengan langkah malas, min jae membuka pintu kamarnya.

“ada apa? Wajahmu aneh.”

“min woo, hidung min woo kembali mengeluarkan darah dan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Sepertinya kita harus membawanya kerumah sakit sekarang.”

“cepat..” min jae mengambil blazernya sementara hyun seong menggendong min woo masuk kedalam mobilnya.

*

“kenapa tidak melakukan pencegahan dini?? Pembengkakan selaput otaknya sudah semakin parah. Kita hanya butuh operasi untuk menyembuhkannya. Namun kesempatan itu juga hanya 1:10.” Ucap dokter membuat air mata min jae mulai menetes. Hyun seong yang duduk disebelahnya terlihat sedih bercampur kaget, karena baru pertama kali ia melihat min jae menangis dihadapannya.

“berusahalah dok, min woo adalah anak yang kuat. Aku yakin dia bisa melewatinya.” Pinta min jae terisak.

“malam ini kami akan menyiapkan meja operasi dan besok pagi dia segera masuk meja operasi.”

*

“min woo, dia adalah anak yang ceria. Selalu kabur jika aku menyuruhnya pulang ketika masih kelas 1 sd. Dia sering sekali pergi ke lapangan basket sebelah rumah hanya untuk memperhatikan beberapa orang bermain basket, katanya ia ingin sekali menjadi pemain basket. Namun mimpinya berubah ketika ia masuk smp, dia ingin menjadi dancer terkenal katanya. Saat itu ketika aku hampir tertabrak sebuah bus, dia menangis, sambil terisak ia berkata ia berjanji akan selalu menjagaku. Bahkan disaat sma nanti dia ingin aku satu sekolah dengannya. Setelah sma, dia sangat senang ketika ia bisa satu sekolah denganku apalagi ketika ia tahu aku berpacaran dengan donghyun, teman berkumpulnya. Dia sebenarnya tidak pantas menjadi adikku. Dia lebih pantas menjadi kakakku. Dia selalu berusaha melindunngiku walaupun akhirnya kami berdua sama sama terluka.” Min jae menceritakan itu kepada hyun seong dengan mata berkaca-kaca. Hyun seong meraih kepala minjae dan meletakannya dipundaknya. “tapi kenapa dia jadi seperti ini? Dia bukan lelaki yang lemah tapi kenapa penyakit ini merenggut kebahagiannya??”

“aku yakin min woo bisa melewatinya.” Ucap hyun seong menabahkan min jae.

*

Matahari mulai menjelang kembali, semalaman min jae tertidur di pundak hyun seong. Donghyun yang mendengar kabar jika min woo sakit datang pagi ini. Ia melihat min jae yang terlelap dipindak hyun seong hanya diam menatap mereka.

“masuklah..” ucap hyun seong pelan membiarkan donghyun masuk kekamar min woo.

“ehmm, ada siapa? Ahh aku tertidur disini.” Min jae mulai terbangun dari tidurnya dan langsung masuk kedalam kamar min woo. Min jae melihat donghyun yang berdiri disebelah tempat tidur min woo. Namun ia menyadari kehadiran min jae yang beridir dibelakangnya.

“terimakasih kau sudah datang.” Ucap min jae pelan berdiri disebelah donghyun sambil memperhatikan min woo yang masih terlelap. Donghyun tersenyum menatap min jae. Sementara min jae memalingkan matanya kearah min woo.

Min woo baru saja bangun ketika ia melihat noonanya dan donghyun berdiri bersamaan memperhatikannya. Min woo menahan senyumnya ketika dokter bersama dua orang perawat memasuki ruangan itu.

“kau harus operasi sekarang.” Ucap dokter tersebut penuh dengan wibawa. Kedua perawatnya mendorong tempat tidur min woo keluar.

“kau harus kuat, kau pasti bisa.” Min jae menyemangati min woo dengan mata berkaca-kaca sementara donghyun mengusap pelan punggung min jae.

*

Selang satu jam, min jae serta donghyun dan hyun seong menunggu didepan ruang operasi. Wajah min jae sangat cemas menunggu hal itu. Sementara donghyun hanya memperhatikannya dengan bersandar disebelah pintu ruang operasi. Hyun seong duduk dihadapan donghyun sambil meletakan kedua tangannya didepan keningnya.

“kau mau kemana?” tanya donghyun kepada min jae yang hendak pergi. Hyun seong langsung menatap min jae.

“aku harus membeli makanan kesukaan min woo, aku akan segera kembali.” Min jae pergi meninggalkan kedua lelaki itu.

*

“yang ini biar aku yang teraktir..” ucap hye jin di cafe tempat anak-anak berkumpul. Disana ia ditemani jo twins dan jong min. Mereka terlihat sangat senang walau sesekali wajah hye jin terlihat memerah ketika menatap wajah kwang min.

Min jae yang baru saja masuk kedalam cafe itu mendengar ucapan hye jin. Ia menatapnya sinis lalu menghampiri mereka. “jadi kau benar-benar membohongiku saat ini?? Kembalikan uangku!! Kau memakai uang ku untuk menraktir mereka semua. Dasar kau pembohong!!”

“noona, kenapa kau datang datang seperti ini?” tanya jong min kesal menatap min jae.

“jadi kalian bersenang senang seperti ini tanpa tahu teman kalian sedang berada dimeja operasi sekarang?” tatapan mata ketiganya berubah termasuk hye jin.

“apa maksudmu??” tanya young min bingung.

“min woo, dia sedang berada dimeja operasi sekarang dia sakit dan seharusnya kalian tahu itu karena min woo menghabiskan waktu lebih banyak dengan kalian.” Jawab min jae kesal. Tanpa banyak bicara, min jae langsung meninggalkan tempat itu untuk kembali kerumah sakit.

“min woo tidak pernah bercerita tentang penyakit.” Gumam jong min bingung.

“Sebaiknya kita kesana sekarang.” Kwang min bangkit dari tempat duduknya. “kau mau ikut?” tanya kwang min kepada hye jin.

“tidak, aku yakin min jae marah sekali padaku.” Sahut hye jin cepat.

*

“maaf, disini siapa yang saudara dengan min woo? Dia butuh banyak darah sekarang golongan darahnya AB.” Seorang suster keluar dari ruang operasi.

“AB?? Aku O.” Ucap min jae sedikit bingung.

“biar aku saja, aku AB.” Hyun seong mengikuti arah suster berjalan.

“tunggu sebentar, mungkin saat itu aku salah mengecek. Aku ikut.” Min jae mengikuti suster dan hyunseong pergi.

Donghyun menunggu sendirian didepan ruang operasi hingga tiga orang tman min woo datang. Mereka terlihat kaget ketika melihat wajah donghyun disana. Selang beberapa menit kemudian, ayah min woo juga datang tepat hyun seong dan min jae mendonorkan darahnya.

“tidak mungkin golongan darah kita berbeda. Appa juga O dan eomma itu B tapi kenapa min woo AB??” gumam min jae pelan kepada hyun seong namun berhenti ketika melihat banyak orang diruang tunggu.

“appa, kau datang.” Ucap min jae terlihat senang menatap ayahnya.

“hmm, bagaimana keadaan adikmu?” tanya appa tenang.

“dia terlihat sehat walau aku yakin sangat sakit baginya.” Jawab min jae pelan. “bisakah kita bicara berdua appa?”

*TBC*

non naui dongsaeng e e e (part. 4)

“sudah pergilah sekolah sana.” Seorang perempuan tua mengusir hye jin dari lapak penjualan ikannya.

“ini hari minggu eomma, aku tidak sekolah. Sudah sana beristirahat saja kau kan sakit.” Sahut hye jin keras kepala. Dengan perlahan perempuan tua itu mundur dan membiarkan anaknya yang menjual ikan ikan itu.

Sudah biasa memang, di setiap hari minggu atau hari libur lain hye jin membantu ibunya menjual ikan yang baru saja didapat dari laut. Ia sangat menyukainya dan berusaha menikmati pekerjaannya itu.

“aku ingin beli ini.” Suara seorang lelaki sambil menunjuk sebuah ikan.

“iya, kau mau beli berapa kilo?” hye jin menatap lelaki itu lalu diam tidak ada suara sama sekali dari bibirnya. Matanya menatap lelaki itu, jantungnya berdetak kencang.

“kau temannya min woo noona kan ? hhh, berjualan disini rupanya.” Sahut lelaki itu tersenyum.

“ehmm, begitulah.” Jawab hye jin bingung matanya tidak terlepas dari lelaki itu.

“kau tidak melayaniku?? Cepatlahh aku beli 1 kilo saja.” Ucap lelaki itu yang ternyata adalah kwang min. Tanpa banyak bicara hye jin melayaninya dengan cepat. “kau terlihat gugup.” Sahut kwang min bingung.

“ahh, tidak tidak.” Hye jin memberikan sebungkus ikan itu.

*

“donghyun hyung kemana?? Tidak pernah ngumpul sekarang?” tanya young min melepas earphonenya. Min woo menatapnya lalu menyandarkan punggungnya.

“mungkin sedang ada masalah dengan orang tuanya lagi.” Sahut jongmin santai.

“selalu bermasalah hidupnya, kemarin aku ajak dia untuk kerumahmu tapi dia malah berkata kalau dia sibuk. Apa sebenarnya maunya??” young min menatap min woo.

“sudahlahh, mungkin dia butuh sendiri.” Sahut min woo santai. Young min menatap kearah pintu masuk tempat mereka biasa berkumpul, seorang perempuan masuk kedalam cafe. Mata young min menatap minwoo dan memberi arah agar min woo ikut menatapnya.

“tumben noonamu kesini?” tanya kwang min menahan tawanya. Min woo menatap bingung kearah noonanya yang menghampiri mereka.

“kenapa kalian menatapku seperti itu?? Apa aku salah jika aku datang kesini?” tanya min jae terlihat kesal. “aku tidak akan mengganggu kalian disini, tenang saja.

“noona, kau lucu.” Sahut young min tertawa lepas.

“kau tahu donghyun hyung dimana sekarang?” tanya kwang min cepat. “hmm, dia tidak pernah berkumpul dengan kita lagi.” Sahut young min cepat.

“apa yang kalian tanyakan, noona lebih baik kita pulang sekarang.” Min woo menarik tangan min jae. Min jae yang diam menatap kwang min seakan ingin menangis mendengar kata kata donghyun disebutkan dari bibir mereka.

“ada apa memang? Aku hanya ingin pergi dan bersantai disana, kenapa kau malah mengajakku pulang??” tanya min jae kesal.

“noona, aku tahu kau tidak ingin mengingat lelaki itu lagi, tapi jangan pergi ketempat itu.” Pinta min woo sama kesalnya.

“ahh, sudahlah. Aku ingin pulang sendiri saja.” Min jae meninggalkan min woo yang masih berdiri didepan cafe tersebut.

“noona.. noona...” panggil min woo pelan.

“jangan memanggilku, kembali saja sana.” Sahut min jae tanpa menatap adiknya itu.

“noona....” min woo masih memanggil noonannya.

“ada apa??” min jae membalikan badannya dan terlihat kaget ketika menatap min woo dan hidungnya yang mengeluarkan darah. “min woo, kau kenapa?”

Min woo tetap diam ketika min jae memapahnya duduk didekat cafe tersebut. Min jae mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan membersihkan darah yang terus keluar dari hidung adiknya. Min woo hanya diam membiarkan kakaknya membersihkannya.

“sebenarnya sudah lebih dari 3 kali aku seperti ini, noona.” Ucap min woo pelan.

“kenapa kau tidak memberitahuku dari awal?? Kau nakal, kau ingin membuatku khawatir hah??” min jae sangat marah dengan sikap min woo. Matanya memerah hampir menangis.

“aku tidak mau menambah bebanmu lagi.” Sahut min woo pelan.

“kita ke dokter sekarang.” Min jae menarik tangan min woo. Min woo menolaknya lalu tersenyum “aku tidak apa-apa noona, tenang saja. Mungkin hanya kelelahan.” Min jae menatapnya penuh dengan kasihan.

*

“Min woo sudah tidur?” tanya hyun seong ketika ia baru saja keluar kamarnya bersamaan dengan min jae yang keluar juga dari kamarnya. Min jae hanya mengangguk. “kau kenapa?”

“sepertinya dia sakit,” ucap min jae berjalan menuju dapur diikuti hyun seong. Hyun seong mendengarkan dengan seksama apa yang tadi siang terjadi.

“kau sudah membawanya kerumah sakit?”

“hmm, dia menolaknya. Dari dulu memang dia benci rumah sakit.”

“aku yakin dia tidak apa-apa.” Hyun seong menepuk pundak min jae lalu kembali kekamarnya.

*

“boleh pinjam uang lagi??” hye jin menghampiri min jae yang baru saja keluar dari kamar mandi. “aku benar-benar membutuhkannya kali ini.”

“kau memang selalu membutuhkannya kan??” ucap min jae mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam saku blazernya lalu memberikannya kepada hye jin.

“gomawo, minggu depan aku akan menggantinya.” Hye jin senang meninggalkan min jae.

*

“min woo tidak sekolah hari ini?” tanya hyun seong ketika pulang bersama min jae. Min jae hanya mengangguk pelan lalu menghentikan langkahnya ketika melihat sesuatu tak jauh didepannya. Hyun seong sedikit bingung namun langsung mengerti ketika melihat apa yang dilihat min jae.

“perempuan yang bersamanya itu, adalah perempuan yang akan dinikahi donghyun tahun depan. Mereka dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Awalnya donghyun tidak menyetujuinya sama sekali, tapi karena paksaan ayah dan kebosanan dia dengan pertengkaran keluarganya, ia akhirnya terpaksa menerimanya walau sampai sekarang hatinya belum sepenuhnya menerima itu semua.” Cerita hyun seong panjang lebar.

“kau mengenal donghyun?” tanya min jae hampir menangis.

“hmm, dia temanku waktu kita di jepang beberapa tahun lalu. Selama disana, dia selalu bercerita tentang dirimu. Dan satu tahun setelah kita kembali ke seoul, kita masih saling berinteraksi dan dia menitipkanmu padaku. Untuk itu aku sangat menerima tawaran ayahmu untuk tinggal dirumahmu.”

“perempuan itu sangat cantik.” Ucap min jae tersenyum pasrah. Langkahnya berat namun ia paksakan untuk berjalan meninggalkan tempat itu.

*TBC*

non naui dongsaeng e e e (part. 3)

Sore ini hye jin terlihat tergesa masuk kedalam rumah min jae. Ia langsung menuju kekamar min jae dan memperhatikan min jae yang sedang asik mendengarkan musik lewat ipodnya.

“min jae-ahh..” panggil hye jin pelan berjalan menghampiri min jae. Min jae menatapnya lalu duduk dipinggir tempat tidur. “bisakah aku meminjam uang darimu? Aku butuh uang untuk pengobatan ibuku.”

“kau jangan bohong padaku. Aku mau meminjamkan uang untukmu tapi jangan berbohong dengan alasan aneh.” Sahut min jae yang sudah tahu tentang teman sekelasnya itu.

“aku serius, kau tahu kan aku tidak pernah membohongimu sama sekali. Please, ayahku benar-benar meninggalkanku dan ibuku karena semalam ibuku tidak memberikan uang hasil penjualan ikan kepada ayah.” Jelas hye jin panjang lebar. “akan aku ganti minggu depan.”

“ini, aku percaya padamu. Anggap saja ini pemberianku untuk ibumu.” Min jae memberikan beberapa lembar uang kepada hye jin.

“terimakasih banyak.” Hye jin memeluk min jae senang. “ehmm, berisik sekali diluar. Ada apa?”

“seperti biasa, min woo dan yang lain sedang berkumpul.” Sahut min jae membuka pintu kamarnya diikuti hye jin. Tepat dari depan kamar mereka kkwang min dan jongmin keluar dari kamar min woo. Hye jin menatap antusias kehadiran mereka berdua. Jantungnya terus berdebar ketika menatap wajah tampan keduanya.

“hai..” sapa min jae santai kepada mereka berdua. Kedua anak kembar itu tersenyum membalasnya sementara hye jin masih terdiam menatap keduanya. “ayo cepat..” ajak min jae menarik tangan hye jin.

*

“kenapa kau tidak pernah bilang kalau mereka sering main kerumahmu? Jika aku tahu aku kan bisa main setiap hari kerumahmu.” Celetuk hye jin ketika min jae meletakan bukunya kedalam lokernya. Min jae hanya diam sibuk dengan perbuatannya. “tapi, kenapa kemarin tidak ada donghyun? Bukanya mereka biasanya selalu bersama?”

“diamlah, aku buru-buru sekarang.” Min jae menutup lokernya lalu pergi meninggalkan hye jin sendirian.

*

“perempuan yang kemarin kita lihat dirumah min woo sangat aneh saat melihat kita?? Kau tahu kenapa?” tanya kwang min kepada young min.

“hmmm, entahlahh, aku juga bingung.” Sahut young min santai.

“memang siapa perempuan itu?” jongmin menyaut cepat.

“kalau tidak salah namanya hye jin. Teman dari min woo noona.” Jawab young min sambil berpikir.

“ohh, dia kan anak tukang ikan dipantai, ibunya berjualan ikan disana.” Sahut jong min santai. Kedua anak kembar hanya mengangguk tanda mengerti.

*

Malam ini hujan turun dengan sangat deras, min jae sedang asik mengajarkan min woo diruang tamu ketika melihat hyunseong baru saja masuk kedalam dengan basah kuyup.

“kau darimana? Baru pulang selarut ini?” tanya min jae memperhatikan hyun seong.

“ada tambahan pelajaran tadi, ini untuk kalian.” Hyun seong meletakan sebuah kantong berisi kimchi lalu pergi menuju kamarnya.

“dia sangat perhatian pada kita noona, dia juga langsung dekat dengan teman-temanku kemarin.” Bisik min woo kepada min jae. Min jae hanya diam mendengar perkataan min woo.

*

Masih dimalam yang sama, donghyun yang sudah tidak lagi berkumpul atau sejenak bermain dengan min woo dan teman-temannya yang lain mengurung diri dikamarnya. Ia terbaring sambil membayangkan sesuatu. Tidak seperti biasanya ia seperti ini, masalah keluarga yang biasa ia hadapi tidak pernah sesulit ini. Raganya terasa tidak kuat menopang ini semua. Ia merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa ia jadikan tempat curhat untuknya. Kecuali hatinya sendiri.

*

Sore ini, min jae pulang dengan hyun seong karena min woo sedang ada latihan dance disekolahnya. Rasanya memang sedikit aneh karena ini kali pertamanya pulang dengan lelaki lain selain min woo dan donghyun, apabila donghyun menjemputnya. Tak jauh dari depan gerbang sekolah itu, sebuah mobil berwarna biru muda terparkir disana, didalamnya donghyun duduk memperhatikan min jae dan hyun seong berjalan bersama.

“aku merindukannya.” Gumam donghyun dalam hati.

Sementara didalam sekolah, tepatnya diruang seni, min woo sedang asik meliukan tubuhnya seketika hye jin masuk kedalam ruang tersebut. Dia telat 20 menit seperti biasa. Dan seperti biasanya pula ketua selalu memarahinya.

“kau mengulanginya lagi.” Ucap min woo pelan.

“yaa~ apa kabar temanmu? Si kembar..” tanya hye jin sedikit berbisik.

“kau menyukai yang mana memang??”

“ehmmm, entahlahh, aku juga bingung.” Sahut hye jin pelan.

“pilih salah satunya, jika kau sudah menetapkan pilihan aku akan membantumu.” Min woo memfokuskan latihannya sementara hye jin tersenyum senang.

*

“aku akan tidur dengan hyung malam ini, kau tidak apa-apa tidur sendirian?” tanya min woo memperhatikan min jae yang sedang asik membaca sebuah bukunya dikamar.

“bagus itu, pergilah...” sahut min jae sangat senang.

“noona, seharusnya kau sedih. Aku hanya semalam tidur dengannya, besok aku akan tidur denganmu lagi.” Ucap min woo tersenyum.

“pergilah....” pinta min jae cepat. min woo tersenyum menatap noonanya itu.

*

“aku ingin bercerita denganmu min woo.” Ucap hyunseong pelan ketika min woo hampir terlelap disebelahnya. “sebenarnya aku mengenal donghyun.”

“mwo?”

“hmm, aku juga tahu kenapa ia memutuskan hubungannya dengan kakakmu, tapi aku tidak bisa menceritakannya saat ini. Suatu saat kakamu pasti akan aku beritahu.”

“noona sangat mencintai donghyun hyung. Tapi karena akhirnya begini, mendengar kata donghyun pun dia tidak mau.” Sahut min woo pelan.

*TBC*