Laman

June 27, 2011

ONLY ONE (ONE SHOOT)


Aku melihatnya, perempuan yang sedang membaca buku dibawah pohon yang sangat rindang diawal musim semi ini. Matanya tidak berhenti dari garis-garis kata di dalam buku itu. Sesekali senyumnya tergurat namun sesekali pula ia memperhatikan beberapa orang yang lewat didepannya.

Niatku sangat besar untuk menghampirinya namun berat. Aku berusaha melangkahkan kakiku mendekatinya. Matanya menatapku, aku menghentikan langkahku tersenyum menatapnya. Perempuan itu menutup bukunya lalu berdiri melambaikan tangannya kearahku. Hampir saja aku melambaikan tanganku padanya namun aku urungkan ketika melihat perempuan lain menghampirinya. Mereka berdua terlibat pembicaraan sedang lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Aku berjalan lalu duduk ditempat yang perempuan itu duduki sambil membaca buku tadi. Masih terasa hangat ketika aku meraba kursi itu. Sebuah gelang terjatuh dari kursi itu mengenai tanganku. Aku mengambilnya dan menggenggam gelang itu. Aku ingat jelas ketika pertama kali aku memberikan gelang ini kepada perempuan itu. Wajahnya sangat senang ketika aku memakaikannya dipergelangan tangannya.

293005757.png“aku tidak akan melepaskannya, aku berjanji.” Ucapan perempuan itu masih terngiang jelas ditelingaku. Aku memasukan gelang itu kedalam kantong blazerku lalu pergi meninggalkan tempat itu ketika gerimis datang.

*

Sore ini, aku minum kopi disebuah cafe yang damai. Diluar gerimis yang datang tadi siang semakin membesar dengan datangnya hujan deras. Beberapa orang terlihat berteduh diluar cafe namun aku terjaga sambil memperhatikan layar ponselku. Foto perempuan itu masih terpampang dilayar ponselku. Semua terngiang lagi ketika perempuan yang hobi memotret itu selalu mengambil gambarku. Aku tidak pernah mengelak walau sesekali ingin sekali aku memotretnya.

Dia datang, baru saja ia masuk kedalam cafe yang sama denganku. Senyumnya tergurat lagi. Aku senang melihatnya, ia duduk tidak jauh dariku. Hanya berbeda 1 kursi denganku. Aku terus memperhatikannya ketika ia membuka buku yang sama seperti yang ia baca siang tadi. Ia mulai fokus kembali bahkan ia tidak memperdulikan seorang pelayan yang datang memberikan secangkir kopi yang ia pesan.

Aku bangkit dari tempat dudukku, niatku kali ini ingin mengembalikan gelang yang selalu ia pakai tiap hari. Namun ia langsung tersenyum ketika melihat temannya yang berambut pendek datang menghampirinya. Aku mengurungkan niatku lagi dan keluar dari cafe itu.

293005757.png*

Hari kembali berganti, cuaca cukup hangat untukku pergi menghirup udara segar sore ini. Aku berjalan sendiri melewati beberapa pertokoan yang belum terlihat ramai. Aku melihat perempuan itu lagi keluar dari sebuah supermarket. Perempuan yang aku cintai. Aku masih membawa gelang itu, aku memastikan agar aku bisa berbicara dengannya sore ini. Tepat, dia berjalan kearahku. Aku menghampirinya dan tersenyum.

“gelangmu.” Ucapku tersenyum menunjukan gelangnya.

“ahh, aku sudah mencarinya kemana-mana, aku kira hilang tapi ternyata ada didirimu.” Ucap perempuan itu meraba pergelangan tangannya. Aku hanya diam dan memakaikan gelang itu ditangannya lagi. “gomawo, gongchan.” Ucap perempuan itu tersenyum ketika aku sudah memasang gelang itu kembali. Kita terdiam hanya saling menatap. Hatiku terasa sakit ketika menatap matanya yang berbinar. Aku, aku memeluk perempuan itu. Perempuan itu hanya diam tidak membalas sama sekali.

293005757.png“kembalilah, aku merindukanmu.” Ucapku pelan didekat telinganya. Namun perempuan itu hanya diam. Ia melepaskan pelukanku namun wajahnya yang ceria langsung berubah ketika menatapku. Aku tahu aku salah memintanya untuk kembali, namun ingatanku selalu terarah padanya.

“soo bin-ahh.” Seorang lelaki memanggil perempuan itu. Perempuan itu memalingkan wajah kearah lelaki itu. Lelaki itu melambaikan tangannya sambil tersenyum.

“mian, gongchan. Aku harus pergi.” Perempuan itu tidak mengguratkan senyumnya sama sekali. Ia pergi, pergi menghampiri lelaki itu lalu menggandeng tangannya. Hatiku terasa sakit saat melihatnya. Aku berusaha mengikhlaskannya ketika aku melihat perempuan itu menggusap pergelangan tangan dan gelang yang pernah aku berikan padanya.

Aku membalikan badanku menghindari rasa sakit yang lebih dalam lagi. Aku mengingat semuanya, semua. Saat hari ulangtahunku ketika ia memberikanku sebuah jam tangan yang masih tersimpan didalam laci mejaku. Saat ia memotretku dipantai, tersenyum ketika menghiburku dan selalu memelukku disaat aku merasa jatuh. Semua itu berakhir, aku tidak akan mendapatkan itu semua lagi. Ahhh, sebodoh itukah aku? Aku masih benar-benar mencintainya. Dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya sebagaimana gelanng yang terus melingkar ditangannya.

*END*

No comments:

Post a Comment