J
Hei chingudeul, bertemu lagi. Ada
fanfic lagi nih yang lama tapi baru sempet aku post. Gatau sih bagus atau
engga, karena aku butuh COMMENT kalian semua. Aku butuh kritik dan saran dari
kalian semua. So DON’T BE A SILENT READER YAA... jangan sungkan buat
commentnya. Heheheh. Daripada berlama lama, mendingan langsung aja baca yaa...
HAPPY READING@@
CAST:
KIM MYUNGSOO
KIM SUNGGYU
LEE SUNGJONG
LEE SUNGYEOL
LEE EUN YOUNG (author)
SANDARA PARK
*
Eun young terduduk disalah satu sudut kursi lusuh
penonton dilapangan basket dibelakang sekolahnya. matanya tak lepas dari buku
biru yang tebal ditangannya. Eun young tidak sedang membaca, tapi menatap sebuh
foto yang terselip dilembar tengah buku itu. sebuah foto kedua orang tuanya
yang terlihat tersenyum. Namun, jauh didalam hatinya, eun young merasakan suatu
getaran jiwa yang benar benar tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
“kau belum pulang?” seorang lelaki, myungsoo, sudah
duduk santai disebelah eun young entah dari kapan dia disana. Cepat, eun young
menutup bukunya lalu berusaha tersenyum kepada myungsoo, kekasihnya.
“sepertinya akan turun hujan, bagaimana jika kita pulang sekarang?” myungsoo
bangkit lalu meraih tangan eun young. Lagi-lagi, eun young hanya tersenyum
membiarkan myungsoo menggenggam tangannya.
Mereka berdua melangkah pelan menyebrangi lapangan
basket itu. perlahan pula, samar-sama suara ponsel yang ada disaku blazer
myungsoo berbunyi. Myungsoo mengangkat ponselnya dan berbicara sebentar.
Disaat myungsoo berkutat dengan pembicaraan
diponselnya, eun young memperhatikan sungjong, sungyeol, sunggyu, dan dara yang
keluar dari gedung sekolah sambil bercanda.
“ya! Eun young-ie, myungsoo-ya, kalian sedang apa?”
teriak sungyeol antusias menatap eun young diikuti lambaian tangan 3 temannya.
“ada masalah, detektif kim meminta kita kedaerah
gangnam. Ada kasus yang harus kita selesaikan.” Ucap myungsoo tergesa gesa lalu
menghampiri ketiga temannya dan menyampaikan informasi yang sama.
“gangnam...” gumam eun young pelan dengan wajah
memikirkan sesuatu.
*
“korbannya seorang perempuan, kim nara. Umur 32
tahun. Perempuan ini dibunuh diatas tempat tidurnya dengan 5 tusukan dan
seluruhnya di perut. Kami memanggil kalian kesini agar kalian dapat
menyelesaikan masalah ini dengan cepat. dan kami tahu kalian pasti akan
menyelesaikan kasus ini dengan baik seperti satu tahun yang lalu saat kalian
menyelesaikan kasus kematian anak gubernur yang meninggal dibunuh oleh pamannya
sendiri.” Akhir ucapan detektif kim membuat eun young sedikit mengalihkan
pandangan kearah lelaki berumur itu.
“baiklah, ada waktu setengah jam untuk kalian menyelidiki tempat ini.”
Detektif kim keluar dari ruangan itu.
Keenam remaja itu berdiri memperhatikan ruang tidur
itu yang belum tersentuh oleh tangan siapapun. Darah di tempat tidur, tembok dan
lantai juga belum hilang. Jendela yang kacanya pecah juga masih seperti awal
detektif kim menemukan perempuan itu tergeletak tak bernyawa.
“sungyeol-ah, foto semua sudut tempat ini!”
perintah myungsoo yang masih memperhatikan tempat tidur yang penuh dengan
darah.
“dara dan sungjong, kau cari barang yang
mencurigakan.” Lanjut myungsoo dilanjutkan oleh pergerakan dara dan sungjong.
“sunggyu-ya, tolong kau periksa ruangan lain. Dan
eun young, kau tahu apa yang harus kau lakukan kan?” myungsoo menatap eun
young.
Eun young hanya diam, pikirannya jauh melayang
keudara. Ia memperhatikan seisi ruang tidur itu. pikirannya kembali kesituasi
tepat 1 tahun lalu, saat ia dan tim yang sama menyelidiki kasus anak gubernur
yang juga mati terbunuh dikamar tidurnya. Bukan kamar yang menjadi lokasi yang
sama yang membuat eun young terdiam, tapi...
“gwencanha?” myungsoo meraih pundak eun young
membuat sungjong, sungyeol dan dara memperhatikan mereka berdua.
“ah? Batre kameraku habis, aku akan menyelidiki
lewat kamera sungyeol saja.” Jawab eun young mengembalikan pikirannya.
*
“whoaa.. akhirnya kita mendapatkan kasus terbaru
lagi setelah 1 tahun kita tidak menerima kasus.” Ucap sunggyu senang diikuti
sungjong memasuk ruangan kecil yang hanya diisi 6 kursi melingkari meja sementara
tembaknya tertutup berbagai foto ‘menyeramkan’ bahan penyelidikan tim ini.
“daebaaakkk!!! Mana myungsoo? Sudah setengah 7
malam tapi dia belum datang.” Sungjong duduk disebelah sunggyu memperhatikan
jam yang melingkar ditangannya.
“ya! Aku yakin dia sibuk berpikir dulu.” Sahut
sunggyu tertawa bersamaan dengan eun young yang memasuki ruangan tersebut.
Tanpa suara, eun young membuka laptop dan memasukan
kabel usb yang tersambung dengan kamera milik sungyeol yang ia gunakan kemarin.
“mana myungsoo?” tanya sungjong kepada eun young.
“entahlah.” Jawab eun young yang matanya tertuju
pada layar laptop itu.
Selang beberapa menit, myungsoo, dara dan sungyeol
datang dan memulai penyelidikan mereka.
“apa yang kalian temukan dikamar tersebut? Dari
penjelasan detektif kim, tidak ada bekas apapun diruangan lain dirumah itu.
hanya kamar itu saja yang sepertinya dimasuki oleh pembunuh itu.” ucap myungsoo
memulai penyelidikannya. Eun young langsung menutup laptopnya dan memperhatikan
myungsoo.
“benar, diruangan lain tidak ada yang tersentuh,
tidak ada jejak kaki dan tidak ada sidik jari disana.” Sahut sunggyu membuka
buku catatannya.
“tapi, ada bekas jejak kaki kucing menuju jendela
yang kacanya pecah.” Sahut sungyeol.
“dan tepat dibawah ada kucing peliharaan wanita itu
mati dengan kepala yang berdarah.” Lanjut sunggyu.
“kucing?” gumam dara memperhatikan poto ruang kamar
itu lagi dengan seksama. “iya benar, jadi pada saat pembunuhan berlangsung,
kucing pemilik ada diruangan tersebut, lalu karena merasa terancam kucing tersebuk
kabur menembus kaca jendela dan jatuh mati bersimbah darah?” dara mulai
berpikir.
“sigh, tidak masuk akal. Kucing itu mungkin datang
ketika nyawa pemiliknya sudah tidak bernyawa lagi.” Ucap sungyeol sedikit
berpikir.
“kucing, darah, lalu bentuk tanda darah seperti
tanda plus ini? Apakah pembunuh punya maksud tersendiri?” sungjong memberikan
sebuah foto kepada myungsoo. Myungsoo diam memperhatikan foto itu.
“plus..”
“tanda itu..” eun young mulai bicara setelah ia
terdiam dengan pikirannya sendiri. “mungkin sama seperti tanda vertikal yang
ada di kamar anak gubernur satu tahun lalu.”
“jadi menurutmu, ada maksud tersendiri. Pada waktu
kakak dari gubernur membunuh keponakannya, ada tanda vertikal, dia bilang tanda
itu punya maksud bahwa ia ingin gubernur menganggapnya sebagai adik karena
gubernur tidak pernah memandang kakaknya yang miskin itu? tapi kalau plus?”
sungjong mencoba menebaknya.
“tanda plus, kucing yang mati, dan... tipe
pembunuhan apa ini...” hati eunyoung bergumam sendiri.
*
“sungyeol besok akan kerumah sakit memeriksa mayat
perempuan itu.” ucap myungsoo setelah rapat penyelidikan mereka hari ini. Entah
kenapa tatapan mata eun young langsung tertuju pada myungsoo.
“myungsoo-ya.” Panggil eun young pelan. Myungsoo
tersenyum menatap eun young. “aku pikir, hubungan kita berakhir disini saja.”
Eun young menatap mata myungsoo yang seketika raut wajahnya berubah.
“mwo? Wae? Ada yang salah denganku? Kau...”
myungsoo kehabisan kata kata seakan mendengar sesuatu yang menggetarkan
perasaannya.
“mian, tapi, aku hanya tidak ingin merepotkanmu
lagi. Setelah penyelidikan ini, aku juga akan keluar dari tim. Aku tidak ingin
kejadian 3 tahun lalu terulang lagi, jadi, aku akan berusaha keras menguak
kasus ini, lalu pergi darimu, mungkin ini lebih baik.” Jelas eun young yang
matanya berbinar menahan air matanya agar tidak jatuh.
“tapi, eun young-ie, aku.. aku mencintaimu, dan kau
tahu itu.” suara myungsoo mulai
terdengar berat.
“tapi sekarang aku sudah tidak mencintaimu.” Eun
young tersenyum membohongi hatinya sendiri dan berbalik meninggalkan myungsoo
yang terdiam mencerna perkataan eun young. “ah, besok aku akan ikut sungyeol ke
rumah sakit.” Eun young berbalik sebentar lalu melanjutkan langkahnya.
Myungsoo menatap kepergian eun young, semua cinta
dihatinya seakan runtuh mendengar seluruh ucapan kekasihnya itu. kekesalan pada
dirinya sendiri membuatnya menyesal akan dirinya.
*
“mayat perempuan ini diperkirakan mati 3 hari
sebelum ditemukan pertama kali diatas tempat tidurnya. Hanya ada 5 tusukan yang
semuanya diperut. Tidak ada luka lain ataupun lebam ditubuhnya. Sepertinya si
pembunuh membunuhnya waktu ia sedang tidur, sehingga terlihat tidak ada
perlawanan dari korban.” Penjelasan seorang dokter identifikasi kepada sungyeol
dan eun young ketika mereka berada dikamar mayat rumah sakit. Sungyeol
mengangguk pelan mendengarkan perkataan itu sambil memperhatikan mayat itu baik
baik.
“sepertinya ia menggunakan pisau besar atau
sejenisnya.” Ucap sungyeol sedikit memperhatikan luka diperut mayat tersebut.
Eun young diam memperhatikan mayat itu dari ujung
rambut hingga ujung kakinya. Benar benar sempurna, tidak ada sidik jari atau
bekas apapun ditubuh korban.
“apakah tidak ada keluarga yang menanyakannya?”
sungyeol mencoba bertanya kepada dokter identifikasi itu diikuti tatapan mata
eun young yang tertuju pada dokter itu.
“dari keterangan warga setempat, perempuan ini baru
saja menikah dijepang sekitar 1 bulan yang lalu. Sebelum menikah, ia tidak
memiliki pekerjaan tetap. Ia pernah bekerja sebagai bartender disalah satu bar tapi
tidak lama, ia juga pernah bekerja direstoran dan juga keluar. Kira-kira sejak
3 bulan sebelum meninggal ia tidak bekerja. Sementara suaminya yang kudengar
punya perusahaan di jepang dan ketika kami hubungi dia setuju jika mayat
istrinya diperbolehkan diidentifikasi dan dia juga menyuruh kami agar segera
mencari pelakunya.” Dokter identifikasi itu membaca sedikit tumpukan kertas
ditangannya.
“apa perusahaan suaminya?” eun young buka suara
melirik kewajah mayat perempuan itu.
“sebuah perusahaan konstruksi di jepang.”
“ah, baiklah dokter. Kami sudah mengambil gambarnya
untuk keperluan kami, keteranganmu sangat membantu. Kamsahamnida.” Ucap
sungyeol meletakan kameranya kedalam saku jaketnya lalu diikuti eun young
keluar dari kamar mayat tersebut.
*
“bagaimana kabar ibumu? Masih sakit-sakitan seperti
dulu?” tanya sungyeol disela perjalanan mereka berdua setelah dari rumah sakit.
“dia tinggal dengan nenekku sekarang, pikirannya
masih belum tenang setelah bercerai dengan ayah.” Jawab eun young menatap jauh
kelangit sore yang berubah jingga.
“lalu ayahmu? Dia masih menghubungimu?” sungyeol
kembali bertanya.
“entahlah, dia sudah hidup dengan dirinya sendiri.”
Eun young berkata lirih.
“kau ikut berubah sejak ayah dan ibumu berpisah,
eun young-ie.” Sungyeol tersenyum menghabiskan soda ditangannya. Eun young
hanya diam menatap sungyeol lalu menatap langit lagi.
*
Tepat hari ketujuh investigasi tim, myungsoo dan
dara sedang bersama diruangan mereka. Tangan myungsoo menggerak gerakan mouse
yang terhubung dengan laptop dihadapannya. Masih memperhatikan 3 buah jejak
kaki kucing di dekat jendela.
“ah, aku mengerti.” Ucap myungsoo pelan. Dara yang
daritadi sedang menulis menghampiri myungsoo. “kucing ini, mungkin mengenal si
pelaku.”
“bagaimana kau bisa mengiranya?” tanya dara bingung
memperhatikan mayat kucing diterang rumah lewat foto yang ia pegang.
“saat kejadian, detektif kim mengatakan padaku
bahwa pintu tidak tertutup rapat. Kucing itu bisa saja masuk kedalam dan
melihat pelaku membunuh korban, lalu pelaku kaget mendengar suara kucing lalu
pergi melompat melalui jendela dan si kucing mengejarnya, namun kucing ini
malah jatuh dan sengaja dibunuh oleh pelaku.” Cerita myungsoo sambil sesekali
berpikir.
“jadi, bukan kucing itu mati terjatuh?” tanya dara
lagi dengan raut yang bingung.
“dara-ya! Mana ada kucing jatuh dengan ketinggian
yang kurang dari 5 meter.setidaknya kucing itu hanya patah kaki, tapi ini,
lihat, kepalanya hampir putus.” Myungsoo menunjukan foto itu pada dara.
“jendela itu tidak besar, myungsoo-ya, hanya
60cmx80cm. Apa pelakunya seorang perempuan?” ucapan dara tidak disahut oleh
myungsoo ketika sunggyu, sungyeol, sungjong dan eun young memasuki ruangan
mereka. Tatapan mata eun young dan myungsoo bertemu, namun eun young langsung
mengalihkan pandangannya dan duduk dikursinya.
“apa yang kalian temukan? Aku menemukan sesuatu yg
baru.” Ucap sunggyu yang langsung sumringah. Dara menceritakan jika dia dan
myungsoo baru saja menemukan beberapa fakta baru. Eun young tidak mendengarkan
penjelasan dara namun matanya menatap layar laptop dengan gerakan tangan
terlihat malas.
“pelaku pembunuhan masuk melalui pintu utama rumah
itu dan masuk melalui pintu kamar tanpa merusak kedua pintu itu. sepertinya dia
juga tidak keruangan lain sehingga satu satunya niat pelaku yaitu membunuh
korban.” Sunggyu menceritakannya dengan wajah serius.
“jadi menurutmu, pelakunya adalah orang dekat, apa
mungkin orang itu tau semua tentang perempuan itu?” sungjong berpikir meletakan
pulpennya dikening.
“aku sudah mencari data siapa saja orang yang
ditemui korban satu minggu sebelum ia terbunuh. Ini datanya.” Sungjong
memberikannya kepada myungsoo. “aku akan mulai mewawancari mereka sore ini.”
“ya! Apa yang kau temukan? Kau tidak berniat
menyelesaikan kasus ini dengan cepat?” sunggyu yang terlihat tidak suka kepada
eun young sedikit sinis membuat mata seluruh ruangan menatap eun young. Eun
young menatap sunggyu datar lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
“itu jejak kaki kucing palsu. Ini yang asli.” Eun
young menunjukan kertas putih yang diatasnya ada jejak kucing berwarna merah.
“aku mencobanya dengan kucing milik pemilik toko daging didekat rumahku.”
Myungsoo dan ketiga temannya membedakan jejak
kucing yang dimiliki eunyoung dan yang ada di tempat kejadian. Hampir mirip,
tapi memang berbeda.
“yang disini sangat simetris.” Gumam dara
memperbesar foto dilaptop yang dihadapan myungsoo.
“dan, jendela itu sengaja dipecahkan agar polisi
terkecoh karena sebenarnya pelaku datang dan pergi lewat pintu yang sama. Tidak
ada bekas kucing di kamar, bulu atau apapun tidak ada. Dan kucing itu mati
ditangan pelaku tanpa terjatuh lebih dulu.” Lanjut eun young.
“tapi, jika kucing ini tidak mengganggu pelaku,
kenapa pelaku membunuh kucing itu?” dara kembali bertanya.
“kucing ini tidak sengaja terinjak ketika pelaku tergesa
keluar dari rumah korban. Seperti yang kita tahu, korban membiarkan kucingnya
bebas dirumah itu dan secara kebetulan lokasi kucing tersebut ketika terinjak sangat
dekat dengan jendela kamar korban.”
“lalu...” sunggyu hampir mengeluarkan kata-kata.
“entah apa jenis sepatu yang dipakai pelaku,
sehingga tidak ada bekas sama sekali.” Ucapan terakhir eun young membuat seisi
ruangan hening sejenak. Tatapan mata myungsoo terus tertuju pada eun young.
Entah kenapa ada perasaan kagum dalam hatinya kepada eun young.
“tapi aku tetap yakin pelakunya perempuan.” Ucapan
dara membuat sungjong dan eun young menatapnya secara bersamaan. “yaaa, aku
juga tidak tahu dia memecahkan kaca dengan apa, barang bukti juga tidak ada,
pisau yang pelaku pakai juga tidak ada. Ahhh, kepalaku pusing.” Dara kembali
duduk dikursinya.
“sungjong-ah, pergilah sekarang, temui keempat
orang ini.” Myungsoo memberikan list nama orang yang ditemui korban. Sungjong
mengangguk lalu meninggalkan ruangan itu lebih dulu.
“aku akan kembali kerumah itu.” dara mengambil
tasnya lalu pergi.
“aku harus mencetak foto korban saat dirumah sakit
kemarin, kau mau ikut gyu-ya?” ajak sungyeol merapikan bukunya.
“aku ikut.” Sahut sunggyu keluar ruangan lalu
diikuti sungyeol.
Eun young dan myungsoo terpaku dalam diam diruangan
yang hanya mereka berdua disana. Eun young mengalihkan pandangannya keluar
jendela.
“gomawo, kau telah membantuku.” Myungsoo membuka
pembicaraan mereka.
“hem, aku harus pergi.” Eun young menutup laptopnya
lalu meninggalkan myungsoo yang sekarang sendirian diruangan itu.
*
Sore ini, sungjong benar benar sibuk menemui empat
orang yang ada dikertas yang ia pegang. Pertama-tama ia menemui seorang
pengantar pizza yang sempat mengantar pizza kerumah korban. Pengantar pizza itu
hanya berkata jika korban membeli 1 buah pizza dan langsung membayarnya. Dan
pengantar pizza itu juga mengatakan ia hanya satu kali mengantarkan pizza
kerumah itu.
Orang kedua yang sungjong temui adalah seorang
penjual sayuran dan seorang bartender dibar yang juga tercatat sebagai teman
dari korban. Saat bercerita pada sungjong, perempuan yang bekerja sebagai
bartender itu menangis tidak sanggup menahan kesedihannya. Dan orang terakhir
yang ditemui sungjong adalah pengantar susu.
Sementara dilain tempat, sungyeol dan gyu sibuk
dikamar sungyeol menunggu hasil cetak foto dari kamera sungyeol.
“tidak kusangka eun young sehebat itu.” ucap
sunggyu mengambil komik dilemari milik sungyeol.
“dia memang pintar.” Sahut sungyeol santai.
“tapi kenapa otaknya tidak ia gunakan saat
penyelidikan satu tahun lalu.” Ucap gyu lagi.
“entahlah.”
*
Dikelas, eun young memang lebih banyak diam
dibanding temannya yang lain. Ia sibuk menatap langit dari jendela dikelasnya
sementara myungsoo memperhatikannya lalu mengalihkan pandangannya pada sebuah
foto ditangannya. Sebuah foto tanda plus yang ada ditembok kamar korban.
“plus....” gumamnya lirih diikuti suara bel pulang.
Seisi kelas riuh redam oleh siswa yang perlahan keluar dari kelas.
Myungsoo berdiri ingin keluar namun menatap eun
young yang masih diam menatap keluar.
“aku tunggu diruangan tim.” Ucap myungsoo
meninggalkan eun young yang tidak menjawabnya.
Myungsoo berjalan melewati koridor kelas masih
memperhatikan foto yang ada ditangannya. Namun langkahnya seketika berhenti
melihat loker siswa yang ada disebelah kirinya. Myungsoo melihat sebuah buku
yang bertulis “kimsunggyu” diatas loker tersebut.
“kenapa ia meninggalkan bukunya disini?” myungsoo
membuka buka buku milik sunggyu itu. tepat dilembar terakhir, ada tanda yang
sama dengan tanda yang ada difoto yang ia pegang. “apa ini?” myungsoo membawa
buku itu lalu dengan langkah cepat pergi menuju ruangan tim mereka.
Tak jauh dari loker tersebut, eun young melihat
myungsoo bergegas pergi. Dan dengan langkah pelan eun young ikut meninggalkan
koridor menuju ruangan yang sama dengan myungsoo.
*
“aku menemukan sesuatu kemarin.” Ucap dara membuat
eun young yang baru masuk kedalam ruangan menghentikan langkahnya. “ini.” Dara
mengeluarkah kantong plastik yang berisi sebuah jepitan jarum yang sudah
diluruskan. Mata eun young melebar sementara 3 pasang mata lainnya menatap
kantong plastik itu.
“aku menemukannya didekat keset didepan pintu dan
kemungkinan ini terjatuh, dan aku yakin ini pelaku gunakan utuk membuka pintu.”
Ucap dara dengan sangat bangga. “dan ini membuatku yakin pelakunya seorang
perempuan.”
“aku juga menemukan ini.” Myungsoo menunjukan buku
sunggyu.
“itu kan bukuku, kau menemukannya dimana?” tanya
sunggyu langsung kaget melihat bukunya yang sekian lama menghilang muncul kembali
ditangan myungsoo.
“tanda yang sama ada disini.” Myungsoo kembali
membuka bagian belakang buku tersebut.
Seluruh ruangan hening tiba-tiba, termasuk eun
young yang diam berusaha berpikir. Wajahnya terlihat pucat hari ini sejak pagi
tadi. Ada yang ia pikirkan selain kasus ini sepertinya.
“ah aku ingat lambang di buku sunggyu, itu lambang
tim kita yang dulu ditolak oleh detektif kim kan?” sungjong menunjuk kearah
buku sunggyu.
“jadi si pelaku mengenal jelas kita?” eun young
membuka suara dan menatap keempat temannya bersamaan.
“siapa? Aku sudah bertanya tentang perempuan ini
keseluruh siswa disekolah ini, tapi tidak ada yang mengenalnya.” Sungjong duduk
dikursinya kembali.
“tapi aku merasa tidak pernah menggambar itu.” ucap
sunggyu memperhatikan bukunya sendiri.
“sebenarnya, detektif kim menyuruh kita untuk
bergerak cepat, karna sudah lebih dari satu minggu kita menyelidiki ini tapi
tidak ada yang kita dapatkan.” Ucap myungsoo dengan wajah sedikit muram. “dan
jika kita tidak bisa menguak kasus ini, detektif kim akan mencari tim lain dan
membubarkan kita.” Ucapan myungsoo membuat eun young dan yang lainnya
terbelalak.
“tidak bisa seperti itu!” sunggyu mengucapkan
dengan suara keras.
“kita harus bekerja keras, beberapa fakta sudah
kita dapatkan kita tinggal mencari pelakunya saja.” Sahut dara penuh dengan
percaya diri yang tinggi.
*
Malam telah larut, eun young masih duduk menatap
keluar jendela kamarnya. Tangannya memegang foto yang sama yang ia selipkan
dibuku birunya. Matanya terlihat berkaca kaca mengingat kejadian ketika ayah
dan ibunya berpisah. Rasanya ada yang mengganjal ketika sebuah kesatuan cinta
dipisahkan oleh sesuatu hal yang bersifat buta.
*
“aku menemukan ini.” Myungsoo menunjukan sebuah
buku catatan yang terbungkus plastik putih. “aku mengambilnya dari sebuah laci
dibelakang meja kecil dikamar korban.”
“laci.” Hati eun young bergumam sementara
pikirannya tertuju pada kamar korban. Yang ia tahu tidak ada celah selain
lemari, hebat, perempuan ini ternyata punya tempat menyembunyikan barang yang
bagus.
“dan disana, korban menuliskan tepat 2 hari sebelum
ia meninggal.” Lanjut myungsoo menatap eun young lalu mengalihkan pandangannya
dengan cepat.
“aku merasa aneh pada diriku, aku merasa menang
mendapatkan segalanya dan membuat orang lain meringis kesakitan. Tapi aku masih
belum puas, aku akan membuat kalian semua ikut meringis kesakitan walau aku
tahu ada orang yang selalu mengikutiku akhir-akhir ini.” Sungyeol membaca
tulisan itu lalu menatap bingung teman-temannya.
“jadi sebenarnya ia tahu jika ada orang yang
mengikutinya, pembunuhan ini direncanakan.” Sunggyu mencoba mencerna tulisan
itu.
“tapi, apa maksud kata kata ‘kalian’ apa ada
hubungan dengan pelaku dan... tanda plus itu?” dara mulai berpikir. Wajah eun
young berubah terlihat tegang.
“orang ini...” eun young bergumam membuat napasnya
tidak teratur.
“kau, gwencanha?” tanya sungjong yang duduk
disebelah eun young bingung melihat ekspresi eun young. Tanpa bicara, eun young
bangkit lalu meninggalkan ruangan itu.
“ada apa dengannya?” tanya sunggyu bingung
sementara myungsoo memperhatikan eun young yang berlari dari jendela ruangan
itu.
*
“andwae, tidak mungkin. Jadi....” eun young
berjalan menuju rumahnya lalu menghentikan langkahnya ketika sebuah mobil
polisi terparkir didepan rumahnya. Raut wajahnya benar benar tegang. Dengan
cepat ia membalikan badannya dan berlari meninggalkan rumahnya yang tertutup
rapat.
“andwae, aku tidak bisa kembali kesana.” Eun young
berlari menuju halte bus dan langsung menghentikan bus tanpa tahu tujuan bus
tersebut.
*
“kemana dia, sudah 3 hari ia tidak masuk. Polisi
yang akhirnya diam juga sudah membantu kita.” Ucap sungyeol bingung mencoba
menghubungi eun young karena myungsoo menyuruhnya.
“biarkan saja, dia memang sudah tidak berniat
membantu kita.” Sahut sunggyu membuka bukunya.
“sebentar lagi masalah ini selesai.” Ucap myungsoo
pelan.
“kau tahu darimana? Bahkan polisi belum menangkap
pelakunya, kita juga belum punya ciri-ciri pelaku.....” belum selesai sunggyu
berbicara, eun young membuka pintu ruangan membuat seluruh mata menatapnya.
“kau sakit? Kenapa kau tidak berangkat sekolah 3
hari ini?” tanya myungsoo menghela napas leganya.
“ah, datang juga dia. Kau terlalu menyayanginya
myungsoo, seharusnya dalam tim tidak ada hubungan lain seperti kau dan
perempuan ini.” Sahut sunggyu dengan nada sinis. Eun young menatap sinis
sunggyu lalu sunggyu ikut menatap sinis eun young.
“hubunganku sudah berakhir dengannya. Kau puas?”
eun young duduk dikursinya. Myungsoo terdiam lalu ikut duduk dikursinya.
“ada motif lain pembunuh membunuh korban.” Sungyeol
membuka pembicaraan.
“mwo?” tanya sungjong bingung.
“dendam, dari keempat orang yang diwawancarai
sungjong, tidak ada yang mengenal dekat perempuan ini, hanya si bartender itu.
tapi dari yang sungjong bilang bahwa korban pernah bercerita padanya jika ia
berhasil merebut lelaki yang ia cintai dari perempuan lain. dan polisi sedang
mencari perempuan yang dimaksud.” Sungyeol bercerita.
“ah, bahkan polisi ikut membantu akhirnya, kenapa
kasus ini sangat sulit.” Ucap dara mengusap keningnya.
Tangan eun young bergetar mendengar cerita
sungyeol, ia menutup seluruh wajahnya dengan kedua tangan lalu menhela napasnya
panjang panjang. “ya, kasus ini sungguh sulit.” Ucap eun young lirih.
“mian, membuat kalian menghabiskan waktu kalian.”
Eun young menurunkan tangannya lemas dan menunduk. Kelima temannya menatapnya
bingung. “aku.. aku yang membunuh perempuan itu.”
“mwo! Kau jangan bercanda eun young-ah.” Ucap
sungjong yang langsung bangkit dari tempat duduknya. Myungsoo diam
menggelengkan kepalanya sementara dara masih membuka lebar matanya.
“ya, polisi akan datang kesini dan menangkapku.”
Ucap eun young membiarkan air matanya menetes.
“tapi kenapa?” myungsoo membentak dihadapan eun
young tidak sanggup menahan emosinya.
“perempuan itu.. dia sudah merebut ayahku dari
ibuku. Dia yang membuat kedua orang tuaku bercerai dan membiarkan ibuku gila
seperti sekarang! Dan perempuan ini.. dia sudah memesan pembunuh bayaran untuk
menghancurkan kita dan membunuhmu myungsoo-ya...” cerita eun young dengan suara
yang bergetar dan air mata yang terus menetes.
“membunuh myungsoo?” tanya sunggyu bingung.
“perempuan itu, berteman dekat dengan kakak
gubernur, dan dia tahu yang membawanya kepenjara adalah kita. Dan dia tahu aku
termasuk tim ini makanya ia membuat keluargaku hancur seperti sekrang dan dia
ingin membalaskan dendam paman dari anak gubernur itu.”
“tapi kenapa kau tidak memberitahukan kepada kami
terlebih dahulu sebelum kau melakukan hal bodoh ini?” sunggu mendorong eun
young.
“hentikan sunggyu!” myungsoo memukul kepala sunggyu
dan sunggyu pun tersungkur.
“ibuku gila karenanya!!!” Eun young menangis sejadi
jadinya dara yang memperhatikannya langsung menghampiri eun young dan
memeluknya.
*
“aku sudah tahu dari awal.” Ucap myungsoo tersenyum
dihadapan eun young yang hanya dibatasi kaca. “ekspresimu berubah saat masuk
kedalam rumah itu, ada raut ketakutan yang muncul dari wajahmu.”
“aku juga tahu kau sudah mengetahuinya.” Sahut eun
young pelan.
“karena itu kau memutuskan hubungan kita kan?”
tanya myungsoo tersenyum walau jauh didalam lubuk hatinya ada rasa yang
mengganjal.
“pergilah, hari sudah malam.” Suruh eun young.
“jaga dirimu.” Myungsoo bangkit dan pergi
meninggalkan eun young yang meneteskan airmatanya melihat kepergian myungsoo
dari hadapannya.
*end*
No comments:
Post a Comment