Pagi ini, hyun ji sedang memperhatikan guru mengajar dengan seksama. Ia terlihat sangat antusias mengikuti pelajaran bahasa inggris hari ini walau teman-temannya tetap tidak memperhatikannya.
Sementara diluar, gi kwang melewati ruang kelas hyun ji yang cukup ramai. Ia memperhatikan hyun ji yang sedang asik memperhatikan gurunya. Gi kwang tersenyum lalu pergi ketika hyun ji memalingkan wajahnya kearah dirinya.
“hehe, kenapa dia??” gumam hyun ji sendirian dengan tersenyum.
“kau kenapa?” tanya junhyung yang menatapnya aneh.
“hah?? Tidak, tidak apa-apa.” Jawab hyun ji masih tersenyum aneh.
*
Sore ini, hyun ji baru saja keluar dari supermarket membeli beberapa makanan ringan untuk kakeknya. Ia berjalan menuju rumah sakit namun langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan orang sedang memukuli seseorang. Hyun ji memperhatikan gerombolan itu dengan seksama, lalu berlari menghampiri mereka.
“junhyung-ahh, berhenti...” hyun ji yang tahu lelaki yang diipukuli adalah gi kwang langsung berdiri diantara junhyung dan gi kwang yang sudah terdampar tidak berdaya.
“awas kau hyun ji...” junhyung hendak memukul wajah gi kwang namun hyun ji menghalanginya dan pukulan junhyung mengenai pelipis dekat mata hyun ji.
“awwwww....” teriak hyun ji mengelus cepat pelipisnya itu. Junhyung terdiam begitu juga gi kwang.
“mi..mian, kau tidak apa-apa..” ucap junhyung memperhatikan wajah hyun ji yang membiru.
“hehehe, tidak apa-apa. Akhirnya aku merasakan pukulanmu juga. Sudah lama aku menunggunya, tidak terlalu sakit. Pergilah, aku tidak apa-apa.” Ucap hyun ji santai lalu tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa.
“benar kau tidak apa-apa.” Tanya junhyung lagi.
“hemm, pergilah. Sampai jumpa.” Hyun ji bangun dari duduknya lalu junhyung yang masih merasa bersalah pergi meninggalkan hyun ji.
“gwencanha?” tanya gi kwang bangun dari tanah dengan sedikit meringis kesakitan.
“ah, seharusnya aku yang bertanya padamu. Ayo kita ketempat kakekku.” Hyun ji merangkul gi kwang lalu memapahnya menuju rumah sakit kakeknya.
*
“ahh, aku merasa bersalah pada hyun ji..” gumam junhyung sementara doojoon yang mendengarnya langsung kaget.
“ada apa dengan hyun ji?” tanya doojoon bingung.
“junhyung memukulnya tadi.” Jawab salah seorang teman mereka.
“ah, junhyung kenapa kau melakukannya, kau sudah gila??” tanya doojoon sedikit kesal.
“salah dia, lagipula untuk apa dia menolong lelaki itu, jika dia membiarkannya, aku yakin tidak akan seperti ini jadinya.” Sahut junhyung cepat.
“memangnya siapa lelaki itu?” tanya doojoon semakin bingung.
“lee gi kwang.” Jawab junhyung cepat. Doojoon terdiam mendengar pernyataan junhyung itu. Ia mengingat semuanya ketika hyun ji mengatakan bahwa ia kasihan pada gi kwang.
“kau kenapa joon?” tanya junhyung yang sekarang memperhatikan doojoon yang diam.
“tidak, tidak apa-apa.” Jawab doojoon datar.
*
“sini, biar kakek bersihkan. Minum obatnya juga agar cepat kempes.” Ucap kakek malam ini sambil membersihkan lebam dipipi hyun ji.
“tidak kakek, aku tidak mau obatnya.” Ucap hyun ji sedikit merengek. Namun secara perlahan darah menetes dari hidung hyun ji.
“hyun ji-ahh, kenapa bisa seperti ini. Kau bisa sakit.” Ucap kakek memberikan tisu lalu hyun ji membersihkan hidungnya.
“tidak kakek, aku sehat.” Sahut hyun ji tersenyum menatap kakeknya.
*
“aku harap dia baik-baik saja.” Ucap gi kwang kepada dirinya sendiri ketika berjalan dilorong melewati depan kelas hyun ji. “kemana dia??” ketika gi kwang menemukan kursi hyun ji kosong. “apa dia tidak masuk karena kejadian kemarin??” gumamnya lagi.
“lee gi kwang??” tanya seorang perempuan menghampirinya. Gi kwang sedikit kaget lalu berusaha santai menatap aneh kearah perempuan itu.
“kau siapa?” tanya gi kwang bingung.
“aku lee hye min, kudengar kemarin kau dipukuli junhyung lagi ya??” tanya hye min memberanikan diri.
“bukan urusanmu.” Ucap gi kwang beranjak pergi meninggalkan hye min.
“tunggu sebentar..” panggil hye min cepat. “aku tidak tahu kenapa dan ada apa aku bisa bertanya padamu, tapi aku ingin menghentikan ini semua. Aku tahu aku anak baru disini, tapi aku tidak suka jika junhyung terus terusan memukul anak-anak lain.”
“itu bukan urusanku.” Ucap gi kwang yang sekarang benar-benar pergi.
“ahh, kenapa tidak ada yang mendukungku...” gumam hye min sendirian.
*
“ada apa gi kwang? Bukannya minggu depan kau check up lagi. Ada yang tidakk enak dibadanmu?” tanya dokter lim kepada gi kwang yang menurutnya datang secara tiba-tiba.
“hari ini aku tidak melihat hyun ji disekolah. Kemana dia dok??” tanya gi kwang tersenyum kepada dokter lim.
“ahh, dia sakit, badannya panas akibat luka lebam dipelipisnya.” Jawab dokter lim penuh wibawa.
“boleh aku minta alamat rumahnya dok, aku tidak enak padanya.” Ucap gi kwang sedikit merasa bersalah.
“sudahlah, dia sudah sedikit baikan ada bibinya yang merawat dia dirumah.” Ucap dokter lim tersenyum.
“memangnya dimana orang tuanya?? Ehmm, maaf jika aku lancang.” Tanya gi kwang sedikit penasaran dikepalanya.
“orang tuanya sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, sekarang ia tinggal denganku dan bibinya. Bibinya sangat sayang dengan hyun ji hingga dia tidak mau menikah sebelum hyun ji menikah. Padahal umurnya sudah diatas 35 sekarang” cerita dokter lim panjang lebar. “oh iya ini alamatnya.” Ucap dokter lim memberikan sebuah kartu nama miliknya kepada gi kwang yang terdiam.
“khamsahamnida dok, aku akan segera kesana.” Ucap gi kwang pamit pergi meninggalkan ruangan dokter lim.
*
“hyun ji, hyun ji, bangunlah, ada seorang pria tampan datang mencarimu.” Ucap bibi lim membangunkan hyun ji yang tertidur.
“ahh, siapa sih bi?? Doojoon. Suruh saja dia pulang.” Ucap hyun ji sedikit malas.
“bukan, orang ini jauh lebih tampan dari doojoon, cepat temui dia.” Pinta bibi lim antusias.
“siapa??” tanya hyun ji membersihkan matanya. “ahh, joon-ah, seharusnya kau kerumahku, tidak tahu apa sahabatnya sedang sakit.”
“sudah cepatlah turun, lelaki itu sudah lama menunggumu.” Pinta bibi tersenyum keluar kamar hyun ji. Hyun ji mengangguk lalu mengetikan nomor ponsel doojoon dan menelponnya.
“ya~ aku benci kau. Tidak sadarkah kau aku tidak masuk hari ini? Cepat kembalikan novelku yang kau pinjam 2 bulan yang lalu. Apa sudah kau jual?” ucap hyun ji sangat kesal dari ujung telepon.
“mian, aku baru saja pergi dengan junhyung, nanti malam aku akan kerumahmu. Mian mian mian.” Sahut doojoon cepat. hyun ji langsung menutup teleponnya lalu turun menghampiri lelaki yang disebutkan oleh bibi lim.
“gi kwang?? Kau kesini?” tanya hyun ji ketika sudah melihat wajah gi kwang diruang tamu.
“hmm, bagaimana kabarmu? Kudengar kau sakit.” Tanya gi kwang tersenyum memperhatikan wajah hyun ji yang masih lebam.
“ahh, tidak. Hanya sedikit kurang sehat saja. Ahh, kakek, tidak bisa menjaga rahasia.” Sahut hyun ji sedikit kikuk.
“hhh, aku sedikit tidak enak saja padamu, makanya aku kesini.” Ucap gi kwang sedikit bercerita.
“seharusnya kau tidak serepot ini, apa aku merepotkanmu?” tanya hyun ji. Perempuan bodoh ini sedikit terlihat bodoh.
“hyun ji memang begitu gi kwang, dia tidak bisa diperhatikan sedikit.” Sahut bibi yang sedang ada didapur. Gi kwang hanya tersenyum menatap hyun ji.
“bibi, tidak juga....” sahut hyun ji cepat.
*
“wajahmu sudah tidak apa-apa?” tanya hye min ketika berpapasan dengan hyun ji dilorong sekolahnya.
“hah? Kau tahu darimana jika wajahku lebam?” hyun ji berbalik bertanya pada hye min.
“ahh, aniy, aku hanya mendengar dari seseorang saja.” Sahut hye min kikuk.
“ahh, jangan jangan kau terus mengikuti junhyung yaaa...” terka hyun ji tersenyum. “bagaimana?? Kau sudah mengatakan pada junhyung. Jangan terlalu lama.”
“rasanya sulit..” gumam hye min ketus.
“cepatlah, aku yakin junhyung akan menurut padamu.” Sahut hyun ji lalu melangkah pergi meninggalkan hye min sendirian.
“cepat katamu?? Aku saja bingung bagaimana cara untuk mengatakannya. Uhhhh....” gumam hye min sendirian.
*
Beberapa hari kemudian, luka lebam dipelipis hyun ji sudah lama menghilang dia dan juga gi kwang semakn sering bertemu. Beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi, hyun ji baru saja keluar dari kamar mandi bertepatan dengan gi kwang yang juga keluar dari dalam kamar mandi.
“hai...” sapa hyun ji senang. Gi kwang hanya membalasnya dengan senyuman namun sambil memegangi hidungnya, ia kembali masuk kedalam kamar mandi. “kenapa dia?” gumam hyun ji.
Beberapa menit kemudian, gi kwang keluar kembali dari kamar mandi. Hyun ji yang menatapnya bingung bertanya padanya.
“kau kenapa? Sakit?” tanya hyun ji memperhatikan wajah gi kwang.
“pergilah, aku sedang ingin sendiri.” Jawab gi kwang sinis kepada hyun ji. Hyun ji sedikit kaget lalu tersenyum.
“baiklah, sampai jumpa. Aku pergi..” sahut hyun ji tersenyum meninggalkan gi kwang. Gi kwang menatap hyun ji yang perlahan menjauh darinya.
“hyun ji-ahh..” panggil gi kwang. Dengan cepat hyun ji membalikan tubuhnya dan kembali menatap gi kwang dengan senyum. “maaf.” Ucap gi kwang lemas.
“wae? Heheh. Tidak apa-apa jika kau sedang ingin sendiri.” Ucap hyun ji tertawa mendengar perkataan gi kwang. Gi kwang hanya menatapnya nanar.
*
“Gara gara kau kemarin aku tidak puas menyiksa gi kwang.” Ucap junhyung ketika mereka sedang berkumpul diruang oelah raga. Hyun ji menatapnya kaget hampir tersedak meminum jus buahnya.
“kau tidak puas sudah memukulnya?” sambung doojoon sambil menunjuk hyun ji.
“yaa,, seharusnya dia tidak ada disana.” Sahut junhyung cepat.
“ya~ aku ada disini.. junhyung-ah, sudahlah, cari mangsa lain. Jangan gi kwang.” Sahut hyun ji dengan wajah bodohnya kepada junhyung.
“kenapa kau jadi membelanya?” tanya junhyung tersenyum.
“a...aku...” sahut hyun ji sedikit bingung. “ahh, sepertinya dia sakit, makanya aku tidak ingin kau menyiksanya. Ahh, sebagai gantinya kau boleh menyiksaku saja.” Lanjut hyun ji tersenyum.
“kau gila??” sahut doojoon tidak percaya.
“hyun ji-ahh, kau temanku. Jangan berpikir bodoh seperti itu.” Ucap junhyung santai menatap seorang perempuan yang berjalan melewati ruang olahraga tersebut.
*
“yaa, aku harus bisa. Aku siap menerima apapun, aku tahu dia menyukaiku, pasti tidak sesulit yang aku bayangkan. Hye min, hwaiting~” gumam hye min sendirian didalam kelas ketika seluruh pelajaran sudah selesai. Ia menggendong tasnya lalu berjalan keluar lorong sekolahnya. tepat, orang yang ia cari sudah berada didepan gerbang sekolahnya.
“jun..junhyun-ahh..” panggilnya cepat. wajahnya masih menandakan ia sangat gugup. Junhyung memalingkan wajahnya kearah hye min lalu memalingkan lagi kearah lain.
“bisakah kau menghargaiku sedikit, aku berbicara padamu.” Ucap hye min sedikit keras.
“ada apa?” tanya junhyung dingin tanpa menatap wajah hye min sama sekali.
“tolonglah, berhenti untuk melakukan hal itu.” Pinta hye min sambil menggosok gosok tangannya tanda memohon.
“aku harus pergi.” Ucap junhyung memasuki mobil alphard hitam yang berhenti dihadapannya.
“ahhh, sulit...” gumam hye min sedikit keras.
*
“kesehatanmu perlahan membaik gi kwang, teruslah diminum obatnya dan jangan terlalu banyak pikiran, itu juga mempengaruhi kesehatanmu.” Ucap dokter lim kepada gi kwang saat gi kwang melakukan rutinitas check upnya.
*
TBC