Laman

April 29, 2011

sorry, but i promise (by. shanica indratami part. 4)

Pagi ini, hyun ji sedang memperhatikan guru mengajar dengan seksama. Ia terlihat sangat antusias mengikuti pelajaran bahasa inggris hari ini walau teman-temannya tetap tidak memperhatikannya.

Sementara diluar, gi kwang melewati ruang kelas hyun ji yang cukup ramai. Ia memperhatikan hyun ji yang sedang asik memperhatikan gurunya. Gi kwang tersenyum lalu pergi ketika hyun ji memalingkan wajahnya kearah dirinya.

“hehe, kenapa dia??” gumam hyun ji sendirian dengan tersenyum.

“kau kenapa?” tanya junhyung yang menatapnya aneh.

“hah?? Tidak, tidak apa-apa.” Jawab hyun ji masih tersenyum aneh.

*

Sore ini, hyun ji baru saja keluar dari supermarket membeli beberapa makanan ringan untuk kakeknya. Ia berjalan menuju rumah sakit namun langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan orang sedang memukuli seseorang. Hyun ji memperhatikan gerombolan itu dengan seksama, lalu berlari menghampiri mereka.

“junhyung-ahh, berhenti...” hyun ji yang tahu lelaki yang diipukuli adalah gi kwang langsung berdiri diantara junhyung dan gi kwang yang sudah terdampar tidak berdaya.

“awas kau hyun ji...” junhyung hendak memukul wajah gi kwang namun hyun ji menghalanginya dan pukulan junhyung mengenai pelipis dekat mata hyun ji.

“awwwww....” teriak hyun ji mengelus cepat pelipisnya itu. Junhyung terdiam begitu juga gi kwang.

“mi..mian, kau tidak apa-apa..” ucap junhyung memperhatikan wajah hyun ji yang membiru.

“hehehe, tidak apa-apa. Akhirnya aku merasakan pukulanmu juga. Sudah lama aku menunggunya, tidak terlalu sakit. Pergilah, aku tidak apa-apa.” Ucap hyun ji santai lalu tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa.

“benar kau tidak apa-apa.” Tanya junhyung lagi.

“hemm, pergilah. Sampai jumpa.” Hyun ji bangun dari duduknya lalu junhyung yang masih merasa bersalah pergi meninggalkan hyun ji.

“gwencanha?” tanya gi kwang bangun dari tanah dengan sedikit meringis kesakitan.

“ah, seharusnya aku yang bertanya padamu. Ayo kita ketempat kakekku.” Hyun ji merangkul gi kwang lalu memapahnya menuju rumah sakit kakeknya.

*

“ahh, aku merasa bersalah pada hyun ji..” gumam junhyung sementara doojoon yang mendengarnya langsung kaget.

“ada apa dengan hyun ji?” tanya doojoon bingung.

“junhyung memukulnya tadi.” Jawab salah seorang teman mereka.

“ah, junhyung kenapa kau melakukannya, kau sudah gila??” tanya doojoon sedikit kesal.

“salah dia, lagipula untuk apa dia menolong lelaki itu, jika dia membiarkannya, aku yakin tidak akan seperti ini jadinya.” Sahut junhyung cepat.

“memangnya siapa lelaki itu?” tanya doojoon semakin bingung.

“lee gi kwang.” Jawab junhyung cepat. Doojoon terdiam mendengar pernyataan junhyung itu. Ia mengingat semuanya ketika hyun ji mengatakan bahwa ia kasihan pada gi kwang.

“kau kenapa joon?” tanya junhyung yang sekarang memperhatikan doojoon yang diam.

“tidak, tidak apa-apa.” Jawab doojoon datar.

*

“sini, biar kakek bersihkan. Minum obatnya juga agar cepat kempes.” Ucap kakek malam ini sambil membersihkan lebam dipipi hyun ji.

“tidak kakek, aku tidak mau obatnya.” Ucap hyun ji sedikit merengek. Namun secara perlahan darah menetes dari hidung hyun ji.

“hyun ji-ahh, kenapa bisa seperti ini. Kau bisa sakit.” Ucap kakek memberikan tisu lalu hyun ji membersihkan hidungnya.

“tidak kakek, aku sehat.” Sahut hyun ji tersenyum menatap kakeknya.

*

“aku harap dia baik-baik saja.” Ucap gi kwang kepada dirinya sendiri ketika berjalan dilorong melewati depan kelas hyun ji. “kemana dia??” ketika gi kwang menemukan kursi hyun ji kosong. “apa dia tidak masuk karena kejadian kemarin??” gumamnya lagi.

“lee gi kwang??” tanya seorang perempuan menghampirinya. Gi kwang sedikit kaget lalu berusaha santai menatap aneh kearah perempuan itu.

“kau siapa?” tanya gi kwang bingung.

“aku lee hye min, kudengar kemarin kau dipukuli junhyung lagi ya??” tanya hye min memberanikan diri.

“bukan urusanmu.” Ucap gi kwang beranjak pergi meninggalkan hye min.

“tunggu sebentar..” panggil hye min cepat. “aku tidak tahu kenapa dan ada apa aku bisa bertanya padamu, tapi aku ingin menghentikan ini semua. Aku tahu aku anak baru disini, tapi aku tidak suka jika junhyung terus terusan memukul anak-anak lain.”

“itu bukan urusanku.” Ucap gi kwang yang sekarang benar-benar pergi.

“ahh, kenapa tidak ada yang mendukungku...” gumam hye min sendirian.

*

“ada apa gi kwang? Bukannya minggu depan kau check up lagi. Ada yang tidakk enak dibadanmu?” tanya dokter lim kepada gi kwang yang menurutnya datang secara tiba-tiba.

“hari ini aku tidak melihat hyun ji disekolah. Kemana dia dok??” tanya gi kwang tersenyum kepada dokter lim.

“ahh, dia sakit, badannya panas akibat luka lebam dipelipisnya.” Jawab dokter lim penuh wibawa.

“boleh aku minta alamat rumahnya dok, aku tidak enak padanya.” Ucap gi kwang sedikit merasa bersalah.

“sudahlah, dia sudah sedikit baikan ada bibinya yang merawat dia dirumah.” Ucap dokter lim tersenyum.

“memangnya dimana orang tuanya?? Ehmm, maaf jika aku lancang.” Tanya gi kwang sedikit penasaran dikepalanya.

“orang tuanya sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, sekarang ia tinggal denganku dan bibinya. Bibinya sangat sayang dengan hyun ji hingga dia tidak mau menikah sebelum hyun ji menikah. Padahal umurnya sudah diatas 35 sekarang” cerita dokter lim panjang lebar. “oh iya ini alamatnya.” Ucap dokter lim memberikan sebuah kartu nama miliknya kepada gi kwang yang terdiam.

“khamsahamnida dok, aku akan segera kesana.” Ucap gi kwang pamit pergi meninggalkan ruangan dokter lim.

*

“hyun ji, hyun ji, bangunlah, ada seorang pria tampan datang mencarimu.” Ucap bibi lim membangunkan hyun ji yang tertidur.

“ahh, siapa sih bi?? Doojoon. Suruh saja dia pulang.” Ucap hyun ji sedikit malas.

“bukan, orang ini jauh lebih tampan dari doojoon, cepat temui dia.” Pinta bibi lim antusias.

“siapa??” tanya hyun ji membersihkan matanya. “ahh, joon-ah, seharusnya kau kerumahku, tidak tahu apa sahabatnya sedang sakit.”

“sudah cepatlah turun, lelaki itu sudah lama menunggumu.” Pinta bibi tersenyum keluar kamar hyun ji. Hyun ji mengangguk lalu mengetikan nomor ponsel doojoon dan menelponnya.

“ya~ aku benci kau. Tidak sadarkah kau aku tidak masuk hari ini? Cepat kembalikan novelku yang kau pinjam 2 bulan yang lalu. Apa sudah kau jual?” ucap hyun ji sangat kesal dari ujung telepon.

“mian, aku baru saja pergi dengan junhyung, nanti malam aku akan kerumahmu. Mian mian mian.” Sahut doojoon cepat. hyun ji langsung menutup teleponnya lalu turun menghampiri lelaki yang disebutkan oleh bibi lim.

“gi kwang?? Kau kesini?” tanya hyun ji ketika sudah melihat wajah gi kwang diruang tamu.

“hmm, bagaimana kabarmu? Kudengar kau sakit.” Tanya gi kwang tersenyum memperhatikan wajah hyun ji yang masih lebam.

“ahh, tidak. Hanya sedikit kurang sehat saja. Ahh, kakek, tidak bisa menjaga rahasia.” Sahut hyun ji sedikit kikuk.

“hhh, aku sedikit tidak enak saja padamu, makanya aku kesini.” Ucap gi kwang sedikit bercerita.

“seharusnya kau tidak serepot ini, apa aku merepotkanmu?” tanya hyun ji. Perempuan bodoh ini sedikit terlihat bodoh.

“hyun ji memang begitu gi kwang, dia tidak bisa diperhatikan sedikit.” Sahut bibi yang sedang ada didapur. Gi kwang hanya tersenyum menatap hyun ji.

“bibi, tidak juga....” sahut hyun ji cepat.

*

“wajahmu sudah tidak apa-apa?” tanya hye min ketika berpapasan dengan hyun ji dilorong sekolahnya.

“hah? Kau tahu darimana jika wajahku lebam?” hyun ji berbalik bertanya pada hye min.

“ahh, aniy, aku hanya mendengar dari seseorang saja.” Sahut hye min kikuk.

“ahh, jangan jangan kau terus mengikuti junhyung yaaa...” terka hyun ji tersenyum. “bagaimana?? Kau sudah mengatakan pada junhyung. Jangan terlalu lama.”

“rasanya sulit..” gumam hye min ketus.

“cepatlah, aku yakin junhyung akan menurut padamu.” Sahut hyun ji lalu melangkah pergi meninggalkan hye min sendirian.

“cepat katamu?? Aku saja bingung bagaimana cara untuk mengatakannya. Uhhhh....” gumam hye min sendirian.

*

Beberapa hari kemudian, luka lebam dipelipis hyun ji sudah lama menghilang dia dan juga gi kwang semakn sering bertemu. Beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi, hyun ji baru saja keluar dari kamar mandi bertepatan dengan gi kwang yang juga keluar dari dalam kamar mandi.

“hai...” sapa hyun ji senang. Gi kwang hanya membalasnya dengan senyuman namun sambil memegangi hidungnya, ia kembali masuk kedalam kamar mandi. “kenapa dia?” gumam hyun ji.

Beberapa menit kemudian, gi kwang keluar kembali dari kamar mandi. Hyun ji yang menatapnya bingung bertanya padanya.

“kau kenapa? Sakit?” tanya hyun ji memperhatikan wajah gi kwang.

“pergilah, aku sedang ingin sendiri.” Jawab gi kwang sinis kepada hyun ji. Hyun ji sedikit kaget lalu tersenyum.

“baiklah, sampai jumpa. Aku pergi..” sahut hyun ji tersenyum meninggalkan gi kwang. Gi kwang menatap hyun ji yang perlahan menjauh darinya.

“hyun ji-ahh..” panggil gi kwang. Dengan cepat hyun ji membalikan tubuhnya dan kembali menatap gi kwang dengan senyum. “maaf.” Ucap gi kwang lemas.

“wae? Heheh. Tidak apa-apa jika kau sedang ingin sendiri.” Ucap hyun ji tertawa mendengar perkataan gi kwang. Gi kwang hanya menatapnya nanar.

*

“Gara gara kau kemarin aku tidak puas menyiksa gi kwang.” Ucap junhyung ketika mereka sedang berkumpul diruang oelah raga. Hyun ji menatapnya kaget hampir tersedak meminum jus buahnya.

“kau tidak puas sudah memukulnya?” sambung doojoon sambil menunjuk hyun ji.

“yaa,, seharusnya dia tidak ada disana.” Sahut junhyung cepat.

“ya~ aku ada disini.. junhyung-ah, sudahlah, cari mangsa lain. Jangan gi kwang.” Sahut hyun ji dengan wajah bodohnya kepada junhyung.

“kenapa kau jadi membelanya?” tanya junhyung tersenyum.

“a...aku...” sahut hyun ji sedikit bingung. “ahh, sepertinya dia sakit, makanya aku tidak ingin kau menyiksanya. Ahh, sebagai gantinya kau boleh menyiksaku saja.” Lanjut hyun ji tersenyum.

“kau gila??” sahut doojoon tidak percaya.

“hyun ji-ahh, kau temanku. Jangan berpikir bodoh seperti itu.” Ucap junhyung santai menatap seorang perempuan yang berjalan melewati ruang olahraga tersebut.

*

“yaa, aku harus bisa. Aku siap menerima apapun, aku tahu dia menyukaiku, pasti tidak sesulit yang aku bayangkan. Hye min, hwaiting~” gumam hye min sendirian didalam kelas ketika seluruh pelajaran sudah selesai. Ia menggendong tasnya lalu berjalan keluar lorong sekolahnya. tepat, orang yang ia cari sudah berada didepan gerbang sekolahnya.

“jun..junhyun-ahh..” panggilnya cepat. wajahnya masih menandakan ia sangat gugup. Junhyung memalingkan wajahnya kearah hye min lalu memalingkan lagi kearah lain.

“bisakah kau menghargaiku sedikit, aku berbicara padamu.” Ucap hye min sedikit keras.

“ada apa?” tanya junhyung dingin tanpa menatap wajah hye min sama sekali.

“tolonglah, berhenti untuk melakukan hal itu.” Pinta hye min sambil menggosok gosok tangannya tanda memohon.

“aku harus pergi.” Ucap junhyung memasuki mobil alphard hitam yang berhenti dihadapannya.

“ahhh, sulit...” gumam hye min sedikit keras.

*

“kesehatanmu perlahan membaik gi kwang, teruslah diminum obatnya dan jangan terlalu banyak pikiran, itu juga mempengaruhi kesehatanmu.” Ucap dokter lim kepada gi kwang saat gi kwang melakukan rutinitas check upnya.

*

TBC

sorry, but i promise (by. shanica indratami part. 3)

“kau jahat sekali seperti itu. Aku kan takut padanya.” Ucap hye min kesal kepada hyun ji saat mereka sedang berjalan melewati trotoar.

“ahh, aku lupa memberitahu padamu. Sudah banyak orang yang sepertimu menentang junhyung, tapi semuanya tidak digubris oleh junhyung.” Jelas hyun ji santai tanpa merasa bersalah.

“ohhh, tapi kenapa kau dan doojoon bisa dekat dengannya??” tanya hye min yang melupakan kekesalannya.

“hahahah, entahlah. Baiklah, aku harus segera pergi, kakekku sudah menunggu.” Ucap hyun ji meninggalkan hye min menuju kerumah sakit tempat kakeknya bekerja.

*

“yaa~ yeorobeun~ junhyung memukuli orang lagi ditaman, seru...” teriak seorang murid laki-laki dikantin. Hye min yang mendengar itu hanya diam gan sedikit bergumam, “mulai lagi anak itu.”

Smentara ditaman, hyun ji dan doojoon sedang asik memperhatikan junhyung yang memukuli seorang anak lelaki. Lelaki itu berdarah, matanya juga mulai membiru.

“siapa lelaki itu?” tanya hyun ji kepada doojoon yang terlihat antusias memperhatikan kejadian itu.

“dari anak ‘kelas otak’ sebelah.” Jawab doojoon senang.

“entah kenapa aku kasihan padanya.” Sahut hyun ji pelan.

“tumben, tidak seperti biasanya.” Sahut doojoon menatap hyun ji yang tatapan matanya nanar memperhatikan junhyung terus menerus memukuli lelaki itu. Hyun ji lalu pergi meninggalkan doojoon.

“ya~ mau kemana kau?” teriak doojoon menatap bingung kepergian hyun ji.

*

“bagaimana? Sudah selesai pertunjukannya?” tanya hye min ketika hyun ji duduk dihadapannya.

“entahlah, perasaanku semakin aneh ketika melihatnya.” Jawab hyun ji membuka minuman kaleng ditangannya.

“mwo?? Ada apa denganmu? Bukankah kau salah satu pendukung junhyung.” Tanya hye min antusias terlihat berbeda dari biasanya.

“aku sedang malas.” Sahut hyun ji cepat. matanya menatap keluar jendela yang langsung menuju taman. Sepertinya pertunjukan itu sudah selesai.

*

Pagi ini hyun ji tidak ada pelajaran, ia baru saja keluar dari kamar mandi membersihkan wajahnya yang penuh coretan karena kalah bermain dikelasnya. Ia ingin kembali menuju kelasnya namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang siswa sedang berada diberanda sekolahnya tepat disebelah kamar mandi.

“kau sedang apa?” tanya hyun ji kepada lelaki itu. Lelaki itu menatap hyun ji sekilas lalu pergi sambil memegangi hidungnya. “darah?” gumam hyun ji memperhatikan lantai beranda itu. Hyun ji langsung mencari lelaki itu namun ia menabrak hye min yang baru keluar dari kamar mandi.

“kau kenapa? Aneh sekali?” tanya hye min kikuk memperhatikan hyun ji bingung.

“ah aniyo, aku harus pergi, sampai jumpa.” Hyun ji meninggalkan hye min dengan sangat terburu-buru.

“ahh, semua yang ada disini aneh.” Ucap hye min pergi meninggalkan kamar mandi itu. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat dari kejauhan junhyung berjalan kearahnya. “ottokhae..” gumamnya bingung sambil tergesa ia hendak pergi.

“yaa~ mau kemana kau? Jangan menghindar dariku.” Panggil junhyung mengguratkan senyum sinisnya. Hye min terlihat sangat gugup lalu membalikan badannya menatap kearah junhyung.

“kenapa kau tidak meleraiku lagi tadi?? Kau bilang kan tidak ingin ada perkelahian lagi disekolah ini. Kau takut??” tanya junhyung santai.

“ahh, aniy. Aku...aku...” jawab hye min gugup.

“ahh, aku malas berbicara padamu. Ayo.” Junhyung pergi meninggalkan hye min dilorong itu.

“ahh, susah sekali untuk bilang kalau aku masih tidak menyukai sifatnya yang seperti itu.” Ucap hye min ketika junhyung sudah jauh darinya.

*

Siang ini, hyun ji baru saja pulang dari sekolahnya. ia melewati pinggir jalan raya yang terlihat tidak sangat ramai. Headset merahnya menempel dikedua telinganya. Ia berjalan dengan santai sambil sesekali memperhatikan sekelilingnya hingga tatapan matanya menuju kearah seorang lelaki yang sedang duduk disebuah kursi menghadap langsung kearah jalan raya.

“sedang apa dia?” gumam hyun ji sendirian dengan langkah cepat ia langsung menghampiri lelaki itu.

“sedang apa kau disini?” tanya hyun ji yang sekarang berada didepan lelaki itu. Lelaki itu terlihat kaget ketika melihat wajah hyun ji. Lelaki itu hendak pergi namun tangan hyun ji langsung menggenggam lengannya.

“kenapa kau begitu takut ketika melihatku?” tanya hyun ji bingung.

“lepaskan, aku sedang buru-buru.” Ucap lelaki itu lalu pergi meninggalkan hyun ji.

*

“iya kek, lelaki itu sangat aneh ketika ia melihatku wajahnya berubah seperti orang ketakutan. Aku sangat bingung melihat tingkahnya itu.” Ucap hyun ji menceritakan semuanya kepada kakeknya dirumah sakit tempat kakeknya bekerja.

“mungkin wajahmu menyeramkan.” Sahut kakek dengan nada bercanda dan tersenyum.

“ahh, kakek aku serius.” Sahut hyun ji cepat. terdengar pintu ruangan terketuk lalu seorang lelaki yang hyun ji kenal masuk kedalam ruangan itu. Lelaki itu tampak sedikit kaget ketika melihat wajah hyun ji didalam ruangan itu.

“ahh, lee gi kwang, masuklah.” Ucap kakek sangat senang menyuruh lelaki itu masuk.

“bagaimana? Kau kasih akan terus disini?? Keluarlah, nanti kita bisa bercerita lagi.” Pinta kakek menyuruh hyun ji.

“baiklah.” Hyun ji keluar menatap sinis lelaki itu.

*

“lee gi kwang?? Kelihatannya kau sangat dekat dengan kakekku.” Ucap hyun ji menghentikan langkah gi kwang sesaat setelah gi kwang keluar dari ruangan itu. Gi kwang menghentikan langkahnya lalu menatap kearah hyun ji.

“sudah satu tahun ini aku menjadi pasiennya.” Jawab gi kwang datar.

“kau sakit? Sakit apa?? Kenapa saat kau dipukuli junhyung kau tidak mengelak. Ahh, jika aku tahu ini, aku akan melerai kalian waktu itu.” Sahut hyun ji panjang lebar.

“hhh, jika aku mengelak, urusannya akan semakin panjang.” Jawab gi kwang tersenyum menatap hyun ji yang terlihat seperti orang bodoh. “siapa namamu? Kau siapanya dokter lim?” gi kwang berbalik bertanya kepada hyun ji.

“aku lim hyun ji, terserah kau mau memanggilku apa. Aku cucunya kakek.” Jawab hyun ji sangat senang. “kenapa kau selalu menghindar dariku??” tanya hyun ji bingung.

“aku?? Ahhh, tidak apa-apa. Aku mengira kalau kau mata-mata suruhan junhyung.” Jawab gi kwang melihat kearah jam tangannya. “aku harus pergi, sampai jumpa.” Gi kwang meninggalkan hyun ji didepan ruangan itu sementara hyun ji hanya tersenyum sendirian memperhatikan gi kwang yang pergi.

*

“hye min-ahh,” panggil hyun ji cepat ketika melihat hye min sedang duduk ditaman.

“ada apa? Tumben kau mencariku?” tanya hye min tersenyum.

“kau masih membenci perbuatan junhyung kan?? Aku ingin kau menyuruh junhyung menghentikan perbuatannya itu. Aku yakin junhyung mau jika kau yang minta.” Jawab hyun ji panjang lebar dengan matanya yang membesar.

“kau yang bilang sendiri jika sudah banyak orang yang memintanya tapi ia tidak juga mau menghentikannya. Aku tidak mau!” jawab hye min cepat kembali membaca bukunya.

“kau tahu? Junhyung menyukaimu.” Sahut hyun ji dengan wajah yang sangat meyakinkan. Hye min langsung menghentikan membacanya.

“kau serius?” tanya hye min cepat.

“ehmm, aku serius. Maka dari itu, tolong bantulah aku. Jebal!!” ucap hyun ji sambil memohon.

“hyun ji-ah, sedang apa kau dengan perempuan bodoh itu.” Panggil junhyung ketika mereka terlibat pembicaraan serius itu.

“ingatlah perkataanku baik-baik, ini demi keharmonisan antar siswa disekolah ini.” Ucap hyun ji tersenyum menepuk punggung hye min yang terdiam.

“dia menyukaiku?? Tidak mungkin, lagipula aku tidak mungkin menyukainya. Kenapa pula hyun ji itu mendukungku. Aneh, ahh, semakin aneh sekolah ini.” Gumam hye ra sendirian.

*

“ahh, kenapa aku bertemu dengannya lagi...” gumam hye min ketika ingin pulang dari sekolahnya. ia menatap junhyung yang sedang mencari sesuatu didalam lokernya. “aku keluar atau menunggu disini...”

“yaa~ sedang apa kau disini? Memata-mataiku yaa??” tanya junhyung berjalan menghampiri hye min.

“ti.. tidakk... aku.. hanya...” ucap hye min sangat gugup dan tidak berani menatap wajah junhyung.

“atau jangan-jangan, kau menyukaiku. Makanya dari kemarin kau mengikutiku.” Ucap junhyung mendekatkan wajahnya kewajah hye min.

“aniyo, aku.. aku harus pergi..” hye min mendorong junhyung lalu pergi meninggalkannya.

“hanya hyun ji yang tahan akan tatapanku. Dasar para wanita aneh.” Gumam junhyung menatap kepergian hye min.

TBC

sorry, but i promise (by. shanica indratami part. 2)

“yaa~, yaa~ tunggu sebentar, aku ingin bicara padamu.” Panggil hye min ketika hyun ji keluar dari dalam perpustakaan.

“kau memanggilku?” tanya hyun ji memperhatikan sekelilingnya dengan sedikit agak kikuk.

“ya, kau. Bisa bicara sebentar.” Ucap hye min dengan wajah sedikit bingung dan aneh.

“ohh, ada apa anak baru??” tanya hyun ji dengan nada sedikit bercanda.

“namaku yong hye min. Panggil saja aku hye min.” Jawab hye min sedikit aneh. “kita bicara dikantin saja.” Ajak hye min lalu diikuti hyun ji.

*

Mereka duduk berdua dikantin sekolah mereka yang saat itu tidak terlalu ramai. Hye min sedikit kikuk duduk berdua dengan hyun ji lebih dari 5 menit mereka diam tidak bicara sama sekali.

“sebenarnya ada apa?? Aku hari ini ada pelajaran tambahan jadi cepatlah.” Pinta hyun ji kepada hye min.

“ahh, tunggu sebentar aku hanya ingin mengetahui tentang sekolah ini sedikit darimu.” Sahut hye min cepat.

“ahh, sekolah ini yaa. Sekolah ini adalah sekolah yang bagus buatku. Persaingan sangat ketat baik otot maupun otak. Yaa, jika kau tidak sanggup bersaing dibidang itu, kau akan terkucilkan disini.” Cerita hyun ji santai kepada hye min. Hye min hanya diam seakan setengah mengerti. “aku tahu kau bingung, maksudku persaingan otak adalah, disekolah ini tiap tingkatnya ada 4 kelas berbeda, 2kelas untuk anak yang otaknya diatas rata-rata atau boleh dibilang pintar, sementara 2 kelas lagi hanya untuk orang berandal dan malas. Bersyukurlah kau masuk kedalam kelas yang pernah aku tempati selama hampir 3 tahun. Karena kau yakin kau tidak akan sanggup masuk kedalam kelas yang kau tempati sekarang. Tapi persaingan diantara 2 kelas unggulan itu terus berlanjut, jika kau tidak mampu bersaing, kau akan menjadi sepertiku nantinya.” Jelas hyun ji panjang lebar.

“lalu otot??” tanya hye min yang sudah mengerti.

“yang kau lihat kemarin, itulah persaingan otot disekolah ini.” Jawab hyun ji tersenyum meminum sekaleng minuman ringan didepannya.

“hyun ji-ahh, sedang apa kau disini? Kau dengannya??” teriak doojoon menghampiri mereka lalu menatap hye min sinis.

“aku hanya mengobrol dengannya, kenapa joon-ahh??” tanya hyun ji tersenyum menatap doojoon.

“tidak apa-apa, bisa kita pergi sekarang. Junhyung marah besar karena perempuan ini.” Ucap doojoon mengguratkan kekesalan diwajahnya.

“hh, aku harap kau mengerti, ehmm, hye min..” ucap hyun ji tersenyum mengikuti doojoon dibelakangnya lalu pergi.

“ahh, benar-benar memusingkan. Aku tidak mengerti sekolah ini. OMO!!” ucap hye min tertunduk lesu dkantin itu.

*

“yaa~” panggil junhyung ketika pelajaran matematika sedang berlangsung.

“ada apa??” jawab hyun ji santai dengan volume suara ia kecilkan. Junhyung menunjuk kertas yang sangat besar ditangannya lalu memperagakan untuk melemparkannya kearah guru yang sedang mengajar. Hyun ji tersenyum lalu mengangguk. Junhyung melempar kertas itu kearah hyun ji, dengan cepat hyun ji menangkap kertas itu lalu melemparkannya kearah guru yang mengajar. Hyun ji langsung fokus pada menulisnya sementara junhyung langsung terlelap diatas mejanya. Guru matematika itu hanya mengambil buntelan kertas itu lalu menerusnya mengajar lagi.

*

Hye min baru saja keluar dari kelasnya ketika ia melihat hyun ji berjalan meninggalkan kelasnya.

“yaa~ hyun ji-ahh..” panggilnya lalu menghampiri hyun ji. Hyun ji membalikan badannya lalu tersenyum. “kita pulang bersama hari ini, kau mau??” tanya hye min tersenyum namun nadanya masih gugup. Hyun ji tersenyum dan mengangguk.

“kau tahu, sebenarnya aku tidak suka jika junhyung memukuli orang-orang disekolah ini.” Ucap hye min membuka pembicaraan mereka.

“jika kau tidak suka, coba saja kau bicarakan itu pada junhyung.” Sahut hyun ji tersenyum santai.

“aku akan membicarakannya nanti.” Ucap hye min sambil mengangguk.

“tunggu sebentar, kita kesini dahulu. Aku ingin bertemu doojoon sebentar.” Sahut hyun ji memasuk ruang olahraga disekolahnya. Diruang olahraga tersebut sedikit ramai dengan junhyung juga ada disana.

“ahh, hyun ji-ah, sudah lama kami menunggumu disini.” Sahut doojoon senang ketika melihat hyun ji menghampiri mereka diikuti oleh hye min. “kenapa kau bawa dia??” tanya doojoon sementara junhyung menatap sinis kearah hye min.

“aku ingin mengembalikan ini padamu joon-ah.” Ucap hyun ji memberikan sebuah bungkusan hijau pada doojoon. “oh iya junhyung, hye min ingin berbicara padamu.” Sahut hyun ji sedikit melirik kearah hye min.

“ah, tidak aku... aku tidak ingin bicara padamu.” Sahut hye min cepat sambil menunduk. Junhyung bangkit dari tempat duduknya sementara anak-anak lain memperhatikannya dengan seksama. Junhyung berjalan lalu berdiri menatap kearah hye min yang terlihat ketakutan.

“apa yang ingin kau katakan? Hah?” tanya junhyung dingin masih menatap wajah hye min. Hye min sedikit menggeleng wakahnya benar-benar ketakutan.

“dia bilang padaku kalau dia tidak suka jika kau menyiksa anak-anak lain, dia ingin kau menghentikan sikapmu itu.” Lanjut hyun ji menutup tasnya.

“hyun ji-ahh, kenapa kau begitu.” Sahut hye min cepat.

“mian, aku tidak sengaja..” sahut hyun ji menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“siapa kau?? Beraninya menyuruhku untuk menghentikan sikapku.” Ucap junhyung mendekatkan wajahnya kewajah hye min.

“sudahlah, ayo kita pulang. Junhyung, nanti aku akan menelponmu.” Hyun ji menarik tangan hye min keluar dari ruang olahraga tersebut.

“siapa sebenarnya anak itu?? Dia selalu saja menggangguku.” Tanya junhyung kepada doojoon yang dari tadi hanya diam memperhatikan mereka. Doojoon pun menjelaskan semuanya.

TBC

sorry, but i promise (by. shanica indratami part. 1)

ini fanfic pesenan dari teman saya NURUL SETYA ANGGRAINI keep read :)

Cast : junhyung, gi kwang, doojoon BEAST with hye min & hyun ji (author)

Dilorong sekolah yang cukup sepi, seorang perempuan dengan tergesa berlari menuju kelasnya yang berada dilantai 3 gedung sekolahnya. ia nampak tergesa-gesa dan berhenti ketika sampai didepan pintu kelasnya. Ia sedikit membenarkan rambut pendeknya lalu santai masuk kedalam kelasnya.

“permisi songsaenim, maaf aku terlambat.” Ucapnya santai. Namun guru yang sedang mengajar saat itu sepertinya tidak menyukainya jika dia terlambat.

“hyun ji, cepat keluar dan berdiri diluar.” Suruh guru itu tanpa menatap kearah hyun ji. Sesaat sebelum hyun ji keluar seorang lelaki dengan santai masuk kedalam ruangan.

“maaf bu, saya terlambat.” Ucap lelaki itu santai. “apa aku juga disuruh berdiri diluar?” tanya lelaki itu sedikit melirik hyun ji. Hyun ji menatap lelaki itu aneh.

“doojoon, kau juga berdiri diluar sampai pelajaran selesai.” Suruh guru itu lalu kembali mengajar. Dengan langkah santai dan tersenyum menatap hyun ji mereka berjalan keluar dan berdiri didepan ruang kelas mereka.

“tumben kau telat, ada apa??” tanya hyun ji santai.

“aku tahu kau telat pagi ini, makanya aku juga telat. Aku ingin merasakan rasanya berdiri disini. Dan ternyata tidak terlalu buruk.” Jawab doojoon antusias.

“ahh, kau bodoh. Alasanmu aneh.” Sahut hyun ji lagi lalu tersenyum. Mereka pun meneruskan hukuman mereka dengan sedikit bercanda.

*

“ahh, maaf, itu kursiku. Kau bisa duduk ditempat lain.” Ucap hyun ji ketika jam selesai istirahat berbunyi. Seorang perempuan sedang duduk dikursinya.

“maaf, tapi kim songsaenim menyuruhku untuk duduk disini. Katanya yang duduk dikursi ini sudah pindah kekelas lain.” Jawab perempuan itu sedikit terbata ketika melihat hyun ji memergokinya.

“mwo?? Apa maksudnya??” doojoon langsung datang ketika mendengar perkataan itu.

“ahh, pasti aku dipindahkan karena aku sering terlambat. Hahah. Sampai jumpa joon-ahh, aku sekelas dengan junhyung sekarang.” Ucap hyun ji membereskan barang-barangnya lalu pergi kekelas sebelah.

“ahh, kau sih, lagipula pakai ada anak baru segala.” Celetuk doojoon kesal kepada perempuan itu.

“memangnya aku salah??” gumam perempuan itu sendirian terlihat bingung akan tingkah doojoon. “siapa pula junhyung, aduhh... membingungkan.” Gumamnya lagi.

Sementara itu dikelas sebelah, tepatnya adalah kelas dimana para berandalan dan pemalas ditempatkan disana. Hyun ji berjalan masuk lalu duduk dipojok belakang kelas itu.

“yaa~ hyun ji, kau dipindah kesini?” tanya seorang anak yang sedang membuat pesawat dari kertas.

“ne, ahh. Senang bisa sekelas dengan kalian.” Jawab hyun ji sedikit malas. Matanya memperhatikan sekelilingnya. Beberapa anak sedang bersenda gurau dan mengerjai anak-anak lain.”semoga hariku menyenangkan.” Ucap hyun ji meletakan kepalanya diatas meja.

*

“bagaimana hari pertamamu dikelas sebelah??” tanya doojoon ketika jam pulang sudah lewat 10 menit yang lalu kepada hyun ji.

“yaa, seperti itulah. Joon-ah, siapa nama anak baru itu. Sepertinya dia anak yang baik.” Hyun ji berbalik bertanya dengan nada antusias.

“kata siapa baik?? Dia tidak asik menurutku. Aneh, suka bergumam sendiri.” Sahut doojoon cepat meletakan tangannya didalam saku celananya.

“hahaha, kau tidak boleh begitu joon-ah.” Ucap hyun ji cepat. “ohh, ya ya~ lihat, junhyung telah menemukan mangsa baru. Waahh, adegan bagus.” Ucap hyun ji menghentikan langkah doojoon sambil menatap jauh kedepan sekolahnya.

“dia melakukannya lagi.” Gumam doojoon pelan ikut memperhatikan junhyung dan beberapa temannya memukuli seseorang dari sekolah mereka juga. “yaa, lihat-lihat, apa yang anak baru itu lakukan.”

“ahhh, babo-jji. Kenapa dia menghentikannya.” Sahut hyun ji mendekat kearah junhyung.

“berhenti, apa yang kalian lakukan. Kalian menyiksa dia.” Ucap anak baru itu melerai perkelahian junhyung.

“yaa~ kenapa kau menghentikannya??” tanya hyun ji menghampiri mereka diikuti doojoon. “mengganggu saja.” Sahut doojoon cepat memperhatikan korban yang langsung kabur.

“maaf, tapi mereka menyiksa anak tadi...” jawab anak baru itu sambil menunduk. Sementara junhyung dengan tatapan kesal pergi meninggalkan mereka.

“itu sudah menjadi kebiasaan sekolah kami, kuharap kau mengerti itu.” Hyun ji memberikan penjelasannya.

“tapi, kenapa harus begitu, kurasa dia tidak bersalah.” Sahut anak baru itu cepat.

“sudahlah hyun ji, ayo kita pulang. Sudah kubilang kan anak baru ini membosankan.” Doojoon menarik lengan hyun ji meninggalkan anak baru itu.

“ahh, apalagi salahku?? Kebiasaan?? Memukuli orang disebut kebiasaan? Sekolah ini aneh. Aku harus lebih menyesuaikan diri lagi. Hhufth.” Gumam perempuan itu yang bernama yong hye min.

*TBC*

April 24, 2011

my love with my life (part 7 -end-)

Malam telah larut, jin yong pulang dengan perasaan tidak karuan. Tentang hubungannya dengan jonghyun dan tentang lin wang yang terlihat sangat sakit hati tadi sore.

“kau dari mana?” tanya perempuan berkacamata yang duduk diatas sofa.

“mana omma?” jin yong berbalik bertanya.

“orang tuamu pergi dan besok baru pulang.” Jawab perempuan berkacamata itu.

“jadi aku harus semalam denganmu? Membosankan.” Sahut jin yong cepat.

“hei, siapa yang mengajarimu berkata seperti itu? Ohh, aku tahu, pasti orang atheis itu yaa? Tidak salah lagi.” Ucap tante jin yong menatap wajah jin yong dalam-dalam.

“jaga mulutmu itu ya.” Sahut jin yong yang merasa tersinggung.

“sejak kapan kau bisa melawan orang yang lebih tua darimu?” tante jin yong yang terlihat marah bangun dari tempat duduknya.

“sejak kau ada dirumah ini.” Sahut jin yong cepat menatap sinis kearah tantenya itu.

“sekarang ikut aku, kau anak tidak beragama.” Ucap tante jin yong sambil menarik rambut jin yong. Tante jin yong membawa jin yong kekamar mandi, jin yong yang kesakitan terus memaksakan diri agar bisa terlepas dari tantenya itu.

“biar kau rasakan ini.” Ucap tantenya itu menenggelamkan kepala jin yong di bak mandi berkali-kali. Jin yong tidak bisa berbuat apa-apa. Napasnya mulai tersenggal-senggal. Tak lama kemudian, jin yong ditarik kembali menuju kamarnya. Dikamarnya, jin yong dilempar hingga terjatuh dan kamarnya dikunci dari luar. Jin yong menangis pelan dikamarnya. Matanya sembab, tubuhnya basah kuyup akibat ulah tantenya sendiri.

*

Jam didinding menunjukan pukul 2 pagi, jin yong mengambil ponselnya dan dompetnya. Tubuhnya masih lemas. Matanya pun masih sembab. Pintu kamarnya masih terkunci rapat. Dengan cepat ia mengambil selimutnya lalu menjatuhkannya lewat jendela kamarnya. Jin yong turun dengan sekuat tenaga, lalu melarikan diri dari kamarnya dengan membawa ponsel dan dompetnya.

*

“key-ah, tidurlah sudah malam.” Teriak minho dari arah kamar.

“aku sibuk! Kau duluan saja.” Sahut key yang sedang sibuk didepan layar komputernya. Tiba-tiba pintu dorm mereka berbunyi.

“hyung, siapa yang datang. Ada tamu malam-malam seperti ini.” Ucap key kepada jonghyun yang keluar kamar membawa susu hangat.

“biar aku yang membuka pintunya.” Ucap jonghyun meletakan gelasnya dimeja sebelah komputer.

Jonghyun berjalan menuju ruang tamu lalu membuka pintu dorm mereka. Seorang perempuan langsung memeluknya erat.

“aku benci ini, mereka jahat. Aku ingin bersama oppa saja. Aku benci dia.” Ucap perempuan itu sambil terisak dipelukan jonghyun.

“kau kenapa?” tanya jonghyun mengusap pelan rambut jin yong.

“aku benci itu oppa, aku ingin bersama oppa.” Jawab jin yong tidak jelas. Onew yang berada didalam langsung keluar melihat mereka.

“jin yong kau kenapa?” tanya onew bingung.

“oppa, aku mau tinggal disini. Aku tidak mau pulang, aku takut.” Ucap jin yong yang sekarang memeluk onew.

“ne, ne. Sekarang masuklah.” Ucap onew membawa jin yong masuk kedalam. Key yang memperhatikan mereka sedikit bingung.

“sekarang sudah malam, kau tidurlah disini dulu yaa, jika kau sudah baik, kau boleh cerita.” Ucap onew menidurkan jin yong disofa panjang diruang tv mereka. Jonghyun yang datang membawa selimut langsung menyelimuti jin yong. Jin yong langsung memejamkan matanya dan tertidur pulas.

“kenapa adikmu hyung?” tanya key bingung.

“sepertinya dia ketakutan, keringat dinginnya keluar semua.” Jawab onew pelan.

“sepertinya dia punya banyak masalah, biarkan saja dia istirahat hyung, kasihan dia.” Ucap key pelan lalu pergi kekamarnya.

“ne, kau benar. Kau tidak tidur jonghyun?” tanya onew kepada jonghyun yang dari tadi diam menatap jin yong.

“tidak, aku ingin menjaganya disini.” Jawab jonghyun menatap dalam wajah jin yong.

*

Malam semakin larut, jonghyun tertidur didepan jin yong tepatnya didepan sofa. Ia tertidur sambil duduk. Jin yong terbangun, lalu melihat wajah jonghyun yang terlihat letih sedang tertidur.

“oppa.” Ucapnya lirih lalu bangun duduk disebelahnya.

“mengapa kau terbangun?” tanya jonghyun sedikit terkaget.

“aku takut oppa.” Jawab jin yong pelan. Tanpa banyak bicara, jonghyun langsung memeluk jin yong.

“kau akan baik-baik saja jika berada disebelahku.” Ucap jonghyun tersenyum lalu menggenggam tangan jin yong erat.

“sekarang tidurlah lagi ya.” Suruh jonghyun menatap dalam wajah jin yong lalu meletakan kepala jin yong dipangkuannya. Jin yong pin tertidur lagi dipangkuan jonghyun.

*

Pagi pun menjelang, disela sarapan jin yong menceritakan semuanya pada onew dan jonghyun akan kelakuan tantenya sambil menangis. Onew yang memang dari dulu juga tidak suka akan sikap tantenya itu sangat marah.

“apa aku harus lapor kepada appa?” tanya onew dengan wajah marahnya.

“appa pasti membelanya.” Jawab jin yong menghapus air matanya.

“kau kenapa tidak lapor polisi?” sahut taemin yang dari tadi menguping. Jin yong hanya diam.

“hari ini kita ada diluar, kau berani disini sendiri?” tanya onew meneguk susunya.

“aku akan keluar hari ini.” Jawab jin yong menatap wajah jonghyun dalam-dalam.

“mau kemana?” tanya onew bingung.

“aku ingin keperpustakaan, tapi aku berjanji nanti sore aku akan kembali lagi.” Jawab jin yong membereskan makanannya lalu pergi membawa ponsel dan tasnya.

“hati-hati.” Ucap jonghyun pelan.

“jangan terlalu memikirkanku oppa.” Sahut jin yong tersenyum menatap jonghyun. Jonghyun hanya tersenyum simpul.

*

Diperpustakaan, jin yong berhenti tepat didepan rak buku tentang agama. Ia mengambil buku putih yang membahas tentang atheisme. Lalu duduk disudut perpustakaan itu sendirian.

Selang beberapa saat, seorang wanita paruh baya menghampirinya lalu duduk dihadapannya.

“jin yong, kau sedang membaca apa?” tanya wanita itu yang tidak lain adalah ibu dari lin wang.

“ajuma, tak disangka bisa bertemu disini. Aku sedang membaca buku.” Jawab jin yong sedikit kaget lalu tersenyum sipu.

“aku senang bertemu denganmu disini.” Ucap ibu lin wang tersenyum.

“aku juga, bagaimana kabar lin wang?” tanya jin yong yang sedikit penasaran dengan kabar lin wang.

“dia baik-baik saja, dia sering kegereja sekarang, padahal bukan hari minggu. Apa yang sedang kau baca?” tanya ibu lin wang sedikit penasaran.

“ohh, ini hanya bacaan kecil.” Jawab jin yong menunjukan buku yang ia pegang.

“atheis? Kau atheis?” tanya ibu lin wang bingung.

“ohh, bukan. Aku katholik. Aku hanya tertarik membaca buku ini.” Jawab jin yong cepat.

“terlalu banyak perbedaan agama dikorea ini.” Ucap ibu lin wang pelan.

“ne, ajuma aku ingin bertanya.” Sahut jin yong cepat.

“silahkan.” Ucap ibu lin wang tersenyum.

“aku tahu kau katholik taat, apa menurutmu bergaul dengan orang atheis itu salah?” tanya jin yong gugup.

“menurutku tidak, kita bebas bergaul dengan siapapun, asalkan kita masih menjaga batas-batas agama kita dan kita tidak terjerumus dilembah kejelekan mereka.” Jawab ibu lin wang lalu tersenyum.

“walaupun orang yang atheis itu kekasih kita sendiri?” tanya jin yong lagi.

“kekasihmu atheis? Menurutku itu tidak salah, asalkan kau masih menjaga agamamu, itu tidak apa-apa.” Ucap ibu lin wang dengan kewibawaanya.

“ya, kekasihku atheis.” Jawab jin yong pelan.

“jika kau bisa membawanya keagamu, itu lebih baik.” Ucap ibu lin wang langsung beranjak pergi ketika seorang lelaki tua penjaga perpustakaan memanggilnya.

Jin yong terdiam menatap keluar jendela. Selama ini persepsi ayahnya salah dan telah membuatnya terbelenggu dalam dua pikiran berbeda. Jin yong mengguratkan senyum dibibirnya, terlintas dihatinya rasa senang yang cukup dalam dan sedikit rasa haru. Ternyata hubungannya tidak selamanya salah. Hari yang hangat saat itu sedikit bertambah hangat dikeliling jin yong.

*

Malam telah larut, di dorm shinee, jin yong sedang debat masalah dance yang baik dengan taemin, sementara minho dan key memperhatikan mereka sambil sesekali tertawa.

“kau lebih cocok dengan taemin.” Celetuk minho tertawa sambil melirik jonghyun.

“jika taemin masih terus menari seperti itu, aku tidak akan menyukainya.” Sahut jin yong sambil menunjuk taemin.

“aku merasa ini bagus.” Ucap taemin tetap pada pendiriannya.

“tidak itu jelek.” Sahut jin yong cepat. pintu dorm terketuk, onew yang sedang mendengarkan musik membukakan pintunya.

“appa.” Ucap onew sedikit kaget.

“mana jin yong? Anak kurang ajar itu sedang apa disini.” Tanya appa langsung masuk lalu menarik tangan jin yong, seisi dorm pun kaget saat itu.

“ayo pulang sekarang.” Tarik ayahnya.

“appa, jangan sekasar itu pada jin yong.” Ucap onew menghampiri mereka.

“jadi kau membela adikmu yang kurang ajar ini?” tanya ayahnya menatap tajam wajah onew.

“iya, karena ia adikku.” Jawab onew cepat menarik tangan jin yong. Jonghyun langsung bangkit dari tempat duduknya.

“sudahlah, ayo kita pulang sekarang, tidak ada gunanya melawan appa, oppa.” Ucap jin yong mengambil tasnya.

“jadi kau tidak merasa anak appa lagi?” tanya ayahnya hendak menampar onew.

“appa, sudahlah.” Teriak jin yong yang hampir menangis. “kau sebenarnya menyayangi anakmu tidak? Hah? Oppa tidak salah, aku yang salah, dan aku sekarang tahu semua kenapa kau tidak menyetujui hubunganku dengan jonghyun oppa, aku tahu semuanya appa.” Semua penghuni dorm tersentak, tak terkecuali jonghyun dan onew.

“jin yong.” Sahut onew cepat.

“diamlah oppa, aku sudah tahu semuanya appa, karena jonghyun oppa atheis kan? Hanya karena itu aku tidak boleh menjalin hubungan dengannya. Jawab appa!!” Ucap jin yong yang air matanya tak sanggup bertahan lagi.

“cukup jin yong.” Sahut onew cepat.

“jika sudah sadar, pulanglah sekarang.” Ucap ayahnya pelan. Tanpa banyak bicara, jin yong berlari keluar dorm. Jonghyun yang sudah mengetahui semuanya dari awal, berlari mengejar jin yong keluar dorm. Appa yang hendak mengejar juga, dihalangi oleh onew, “biarkan mereka berdua appa, jangan mengganggu mereka.”

*

Jin yong terus berlari kesebuah taman tak jauh dari dorm shinee.

“jin yong-ah.” Teriak jonghyun lalu menghampiri jin yong.

“kenapa kau mengejarku? Seharusnya kau marah padaku dan keluargaku.” Tanya jin yong mengusap air matanya.

“Sejujurnya aku sudah tahu sejak dulu.” Ucap jonghyun pelan lalu menghampiri jin yong.

“kenapa kau masih mau menjalin hubungan denganku?” tanya jin yong yang hampir menangis.

“karena aku mencintaimu, sangat mencintaimu.” Jawab jonghyun tersenyum.

“cinta tidak penting sekarang, aku pikir hubungan kita harus benar-benar disudahi.” Ucap jin yong pelan. Jonghyun langsung meletakan jari telunjuknya dibibir jin yong.

“jangan berkata seperti itu. Aku masih mencintaimu, kau tega kau membiarkanku kurus kering karena memikirkanmu tiap hari?” ucap jonghyun dengan sedikit nada bercanda.

“aku bingung oppa.” Ucap jin yong cepat. dengan cepat jonghyun memeluk erat tubuh jin yong.

“semua kita bisa laksanakan dengan baik ditengah perbedaan ini. Percayalah padaku.” Sahut jonghyun mengusap rambut jin yong. Jin yong hanya mengangguk pelan dipelukan jonghyun.

*

Beberapa hari setelah kejadian malam itu, jin yong dan jonghyun tidak bertemu. Setelah bangun tidur, jin yong langsung menuju ruang televisi, lalu menyalakan tv-nya.

‘iya, dia kekasihku, namanya lee jin yong. Aku sudah hampir 1 tahun menjalin hubungan dengannya. Dia adik dari onew hyung......’

Jin yong tersenyum mendengar perkataan jonghyun disalah satu infotainment yang menampilkan fotonya sedang berpelukan dengan jonghyun setelah kejadian itu.

“kau sudah bangun jin yong?” tanya omma keluar kamarnya. Dengan cepat ia mematikan kembali televisinya karena ia melihat ayahnya keluar kamar juga dengan pakaian sangat rapi.

“appa mau kemana?” tanya jin yong pelan.

“appa akan segera bertugas kembali, appa akan pergi ke rusia untuk 3 bulan ini.” Jawab omma cepat. dengan senyum tipis, appa lalu menghampiri jin yong.

“jin yong, appa belum mengucapkan selamat padamu ketika kau menang lomba itu, sekarang, appa sedikit bangga padamu, ini untukmu, lanjutkan cita-cita mu.” Ucap appa memberikan sebuah kotak berwarna biru tua kepada jin yong

“terimakasih appa.” Sahut jin yon gpelan.

“mengenai hubunganmu dengan jonghyun, kemarin aku berbicara empat mata dengannya, kau boleh berhubungan dengannya, tapi ingat, appa tidak sepenuhnya merestui hubunganmu dengannya. Kau harus ingat itu.” Ucap ayahnya panjang lebar.

“dan satu lagi, jaga omma selama appa pergi.” Ucap ayahnya berjalan keluar rumah.

“terimakasih appa, aku akan berjanji padamu bahwa aku akan lebih hebat dari onew oppa.” Sahut jin yong tersenyum. Ayahnya hanya tersenyum tipis lalu masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan rumahnya.

*

“oppa, kau berkata apa pada appa?” tanya jin yong ditaman bersama jonghyun malam itu.

“ayahmu telah membicarakannya padamu?” jonghyun berbalik bertanya.

“ne,” jawab jin yong cepat.

“aku hanya bilang kalau kau itu adalah perempuan yang butuh kasih sayang dari seseorang sepertiku.” Ucap jonghyun cepat dengan nada bercanda.

“aku serius oppa. Lalu kenapa kau membocorkan kepublik kalau aku adalah kekasihmu?” ucap jin yong memandang wajah jonghyun.

“kau tidak menyukainya?” jonghyun bertanya lalu menatap wajah jin yong.

“bukan itu, tapi aku kan....” jin yong terhenti ketika jonghyun meletakan kepalanya dipundak jin yong.

“kita akan melanjutkan hubungan kita kan?” tanya jonghyun memejamkan matanya.

“tidak.” Jawab jin yong cepat.

“kau? Kenapa tidak?” tanya jonghyun yang langsung mengangkat kepalanya lagi.

“karena kau sudah berbohong padaku.” Jawab jin yong cepat.

“mianhanda jagiya, aku akan menceritakannya besok, aku janji.” Ucap jonghyun dengan nada bercanda. Jin yong hanya diam tersenyum lalu mengisyaratkan agar kepala jonghyun diletakan lagi dipundaknya.

“dasar kau jagiya jelek.” Ucap jonghyun meletakan kepalanya lagi dipundak jin yong.

hari ini benar benar cerah secerah perasaan jonghyun dan jin yong ditaman saat itu.

*TAMAT*