Title
: My First My Last
Length
: One Shot
Genre
: Romance, Comedy
Cast
: EXO Sehun
EXO Kai
F(x) Luna
You as Yoon Sunmi
LUNA POV
Aku turun dari sebuah mobil
mewah berwarna putih lalu berdiri memandangi sebuah gedung yang sangat besar dihadapanku. Aku membiarkan supirku
menurunkan semua barang bawaanku, termasuk koper hitam yang sudah berdiri tegak
disebelahku. Aku memperhatikan gedung itu dengan perasaan yang campur aduk. Ada
perasaan kesal karena appaku mengirimku kesebuah universitas yang didalamnya
mencakup asrama. Walaupun maksud appaku baik yaitu, bersikap
mandiri dan pindah dipertengahan semester ini.
“masuklah!”
suara appa mengalihkan mataku dari kampus yang terlihat mewah walau masih
sebatas pagar dan dilanjutkan dengan gedung putih yang berdiri tegak dari ujung
kiri hingga kanan yang hampir semuanya bisa kulihat dari tempatku berdiri.
“appa, haruskah aku meneruskan kuliahku disini?” ucapku merengek.
“kau sudah terdaftar di universitas ini. Lagipula,
universitas ini adalah universitas yang sangat terkenal diseluruh korea.
Seharusnya kau bangga.” Appa
menepuk pundakku lalu pergi meninggalkanku.
Aku menghela napas panjang,
menarik koper dan menggendong tas yang kubawa dengan malas. Memasuki gerbang
kampus ini terasa masuk kedalam sel penjara yang membuatku tidak bisa melakukan
hal sesukaku.
Pikiranku melayang jauh
tentang hal-hal yang membosankan dan menyedihkan. Mataku menatap lapangan besar
yang menyambutku ketika aku masuk kedalam. Aku memperhatikan semua sudut
universitas itu, benar-benar sangat indah. Mataku memperhatikan mahasiswa yang
berlalu lalang didepan dan dibelakangku. Tidak ada yang membawa koper dan
barang bawaan sebanyak diriku. Aku tersadar hanya aku satu satunya orang yang
pindah tempat kuliah seenaknya.
“kau baru pindah kesini?” suara seorang yeoja mengagetkanku. Aku berbalik
menatap yeoja yang tidak lebih tinggi dariku. Kacamata besar bersandar tepat didepan
kedua matanya. Dandanannya terlalu kuno dengan rambut sebahu dan rok
kotak-kotak marun yang menurutku kebesaran dan panjangnya tepat dibawah lutut.
Aku hanya mengangguk pelan
masih memperhatikan yeoja aneh ini.
“berapa nomer kamarmu? Biar aku tunjukkan.” Yeoja aneh ini memasukan catatan coklatnya yang
ia pegang ke dalam tas selempang putihnya.
Tanpa bicara aku
mengeluarkan sebuah kartu yang juga tergantung kunci kamarku. Aku memberikan
kartu itu seakan aku percaya pada yeoja aneh ini.
“737.”
Yeoja itu membenarkan kacamatanya. “ikutlah
denganku.” Yeoja itu berjalan, aku yang terdiam kembali menarik koper dan
tasku dengan sangat kerepotan. “biar
kubantu.” Yeoja itu menarik tasku lalu menggendongnya. Aku benar-benar cukup
terbantu dengan adanya yeoja aneh.
Sepanjang perjalanan menuju
kamar asramaku, banyak mahasiswa dan mahasiswi lain memperhatikanku dan yeoja
aneh didepanku. Aku merasa risih dengan tatapan tatapan aneh mereka.
“jangan dihiraukan, begitulah mereka jika ada
mahasiswi baru yang datang ketika pertengahan tahun.” Suara yeoja itu seakan mengetahui tentang isi
hatiku.
“memangnya aneh?” aku membuka suaraku walau sedikit gugup.
“yang kutahu hanya orang kaya saja yang bisa
pindah dipertengahan semester seperti ini, apalagi diakhir musim gugur seperti
ini.” Yeoja itu terus menjelaskan
sambil membuka pintu kamar nomer 737 tanpa menggunakan kunci yang dari tadi ia
pegang. “masuklah.” Ucapnya dan kini
yeoja ini tersenyum. Entah apa yang aku rasakan, yeoja ini terlihat sangat
manis jika tersenyum.
“teman seruanganku baru saja keluar dari kampus
ini, jadi mulai hari ini kau akan satu kamar denganku.” Aku baru sadar jika kamar ini adalah kamar yang
juga ia tempati. “itu tempat tidurku.”
Ia menunjuk tempat tidur didekat jendela. “dan
itu adalah tempat tidurmu, kau harus mengganti bad covernya, itu sudah hampir 1
bulan tidak diganti, dan jika kau tidak suka dengan barang barangku, kau bilang
saja padaku, akan aku masukan kedalam lemari.”
“go...gomawo.” ucapku setelah ucapan yeoja ini selesai.
“aku akan kembali, ada jam pelajaran yang haru aku
ikuti 10 menit lagi.” Yeoja ini
melangkah keluar dari kamar yang cukup besar ini, namun sesaat ia menghentikan
langkahnya dan berbalik menatapku yang masih berdiri didekat jendela. “kau mengambil jurusan apa?”
“aku? Traditional art.” Jawabku perlahan.
“oh, jadwal seni tradisional ada diatas mejaku, kertas merah. Sampai
jumpa.” Yeoja itu menghilang secepat angin yang berhembus dari jendela yang
terbuka.
Aku memperhatikan ruangan
ini dengan seksama. Memperhatikan setiap sudut kamar yang menurutku cukup besar
untuk ditempati kami berdua. Aku memperhatikan tempat tidur milik yeoja tadi,
sangat rapi dengan balutan bad cover merah, ada beberapa foto didinding dekat
tempat tidurnya. Aku mengira pasti itu foto keluarganya.
Aku beranjak memperhatikan
meja milik yeoja itu, berbeda dengan tempat tidurnya, meja itu sangat
berantakan. Buku-buku besar dan tidak rapi berceceran dimana-mana. Aku tidak
menghiraukannya, aku langsung menarik kertas jadwal kuliahku lalu membanting
diriku yang lelah diatas tempat tidurnya.
*
Aku membuka mataku ketika
mendengar suara pintu terbuka. Aku baru sadar aku ketiduran karena rasa lelah
ini benar benar membebaniku. Aku melihat yeoja itu masuk dengan keringat mengelilingi
wajahnya. Nafasnya terasa terengah-engah.
“kau kenapa?” tanyaku bingung memperhatikan bulir keringat yang mengalir turun
dipelipisnya.
“rutinitas.” Jawabnya santai meletakan bukunya diatas meja tanpa ia bereskan. “kau sudah membereskan tempat tidurmu?”
tanyanya melirik kearah tempat tidurku yang kondisinya masih sama dengan 5 jam
yang lalu.
“aku akan segera melakukannya.” Aku langsung bangkit menarik bad cover itu dan
membawanya kekamar mandi. Aku mengambil bad cover biru yang ada di lemari dan
memasangnya. Tidak lama,tempat tidurku sudah rapi. Aku langsung duduk dipinggir
tempat tidurku dan memperhatikan yeoja itu yang sedang menuliskan sesuatu.
“siapa namamu?” tanyaku mencoba sedikit mengenalnya.
“yoon sunmi.” Singkat tanpa menatapku.
“kalau boleh tahu, kenapa penghuni sebelumnya
meninggalkan ruangan ini?”
“mati.”
Ucapannya seketika membuatku merinding. Aku langsung bangkit dari pinggir tempat
tidurku. Hening. Tapi tiba-tiba suara tawa menyeruak dikamarku. Aku mendengar
sunmi tertawa sangat senang sambil menatap wajahku yang sangat ketakutan.
“aku hanya bercanda, perempuan itu pergi karena ia
harus pindah ke amerika. Kenapa wajahmu jadi aneh seperti itu?” sunmi berkata walau berusaha menahan tawanya.
Aku benar benar kesal
melihat wajahnya yang meremehkanku. Tapi entah mengapa aku malah ingin ikut
tertawa melihat wajahnya yang seperti itu.
“siapa namamu?” tanyanya mulai kembali menahan emosinya dan meletakan pulpen keatas
meja.
“luna, kau benar benar penipu yang hebat. Aku
harap kita bisa menjadi room mate yang baik.” Ucapku tersenyum kembali membanting tubuhku keatas tempat tidur.
“aku tidak bisa berjanji untuk itu.” jawabnya singkat kembali
berselancar dibukunya.
*
AUTHOR POV
Hari pertama luna dikampus
barunya dimulai. Ia benar benar kikuk dan berusaha santai. Beberapa orang masih
menatapnya dengan tatapan aneh, namun sun mi yang selalu ada disebelahnya hanya
berkata “mereka memperhatikanku, bukan
kau.”
Pukul 11 tepat, luna dan
sunmi sedang dalam jam pelajaran. Diruang kelas mereka hanya terisi sekitar 20
orang. Seorang dosen perempuan yang terlihat muda, sibuk mengajar mereka.
Ditengah keheningan kelas, seorang lelaki tiba-tiba membuka pintu kelas lalu
masuk kedalam. Luna memperhatikan lelaki yang dengan santainya masuk kedalam,
sementara sun mi sibuk membenarkan kacamatanya lalu kembali membaca buku
dihadapannya.
“OH SEHUN! Ini bukan kelasmu!!” dosen perempuan ini itu menghentikan langkah
lelaki itu. Lelaki itu tersenyum sambil menggaruk punggung kepalanya. “keluar sekarang!” perintah dosen itu
lagi.
“seongsae-nim, ijinkan aku mengikuti kelasmu
sekali saja. Satu semester saja tanpamu, disini terasa hampa.” Lelaki bernama sehun itu menunjuk dadanya dengan
wajah sedikit memelas.
“cepat keluar!!” dosen itu dengan cepat menarik sehun keluar dan kembali mengajar tanpa
sehun.
*
“lelaki itu namanya oh sehun, dia satu semester
dengan kita. Dia mengambil jurusan art & music. Dia sangat terkenal
diantara mahasiswi yang lain. Dia terkenal playboy dan dia juga seorang
pebasket yang handal.” Luna
mendengar penjelasa sunmi dengan sangat seksama. Ia memasang ekspresi aneh, luna
berpikir bahwa sehun adalah mahasiswa yang pasti sangat menyebalkan.
“kau tahu semuanya?” tanya luna tersenyum.
“aku hanya memberitahu tentang apa yang aku tahu.” Jawab sunmi yang berjalan disebelahnya dengan
membawa berbagai makanan ditangannya. “kita
duduk disana.” sun mi menunjuk kursi yang tidak jauh dari mereka. Namun
secara tiba tiba seorang namja tanpa sengaja menabrak luna dan membuat
moccacino yang ia pegang membasahi kemeja putihnya. Wajah luna dan sun mi
berubah kaget.
“jong in! Apa yang kau lakukan?” suara sun mi meninggi membuat beberapa orang
dikantin menyaksikan mereka. Dengan sangat cepat sun mi mengeluarkan tisu yang
entah sejak kapan ia membawanya dan langsung membersihkan bercak moccacino
dikemeja luna.
“aku tidak apa-apa.” Luna meraih tisu ditangan sun mi dan
membersihkannya sendiri.
“mianhae.” Lelaki itu menunduk lalu dengan wajah bersalahnya menatap
luna yang ada didepannya. Luna yang sadar lalu menatap lelaki manis yang ada
dihadapannya.
“apa yang sedang kau lihat?” tanya luna berusaha membuat lelaki itu pergi.
“aku merasa bersalah.” Jawab jong in masih menatap luna.
“pergilah, aku sudah memaafkanmu.” Luna membuat lelaki itu tertunduk lalu berbalik.
“dan kau!”
lelaki itu kembali menatap dua yeoja itu. “wajahmu
tidak pantas untuk membentakku!” suara jong in meninggi dengan telunjuk
yang tepat didepan kedua mata sun mi.
Luna terbelalak kaget dan
memperhatikan sun mi yang langsung duduk dan membuka beberapa makanannya.
“siapa nama lelaki tadi? Jong in?” tanya luna bingung. Tidak ada jawaban dari sunmi,
ia kembali terlihat sibuk dengan dunianya sendiri. “kau dan dia ada masalah?” luna kembali bertanya.
“jong in, mahasiswa satu angkatan dengan kita. Dia
teman dekatnya sehun. Aku pernah membuatnya hampir dikeluarkan dari kampus ini.
Mungkin dia kesal karena itu.”
sun mi bercerita seakan tidak terjadi apapun sebelumnya. Luna yang masih
bingung dengan yeoja dihadapannya ikut duduk dan meminum sisa moccacinonya.
“mulai besok, kita tidak usah pergi berdua. Aku
tidak ingin nasibmu seperti diriku. Dibenci mahasiswa lain, kau perempuan
cantik, carilah teman yang sepantaran denganmu.” sun mi bercerita dengan nada santai. Namun tidak
dengan luna, ia mencernanya sebagai ungkapan kekesalan hati sun mi.
“aku tidak akan melakukannya.” Ucap luna keras kepala.
“kalau begitu biar aku saja yang menjauh darimu.” Sun mi pergi meninggalkan luna yang masih
berpikir tentang apa maksud ucapan sun mi.
*
SEHUN POV
Aku merebahkan tubuhku
sejak seharian menjelajah kampus tanpa mengikuti pelajaran sama sekali. Entah
mengapa aku sangat lelah hari ini, namun yang aku cari tidak ada. Padahal ada
perlombaan basket besok pagi dan aku belum menemukan orang yang pas untuk
mengisi pemain yang kosong.
“sehun-ah!”
suara yang sangat aku kenal membuatku membuka mataku. Aku melihat jong in yang
meletakan tasnya disebuah gantungan didekat pintu. “kukira kau sudah tidur.”
Aku menatap teman sekamarku
itu. Masih seperti biasanya, terkesan dingin dan menurutku dia tidak berkarisma
sama sekali. Aku yang sudah satu tahun dengannya bahkan hanya hafal ucapan
“sehun-ah” yang keluar dari mulutnya. Aku bahkan melupakan sisanya. Jong in memang
orang yang tidak banyak bicara, tapi dia pebasket yang handal dan petarung yang
handal. Aku pernah melihatnya memukuli beberapa orang dikampus ini. Bahkan jika
dihitung-hitung, dia lebih banya memukuli orang dibandingku, padahal dia adalah
teman satu tim basketku.
“jangan tidur terlalu malam, besok kita
bertanding.” Ucapku
menyilangkan kedua lenganku dibelakang kepalaku.
“eo”
Sahut jong in lalu menghilang ke balik pintu kamar mandi.
*
JONG IN POV
Mataku sulit sekali
terpejam, padahal aku harus bangun pagi dan bersiap bertanding besok. Aku
memperhatikan jam yang menunjukan pukul 1 dini hari. Tidak ada suara apapun
kecuali jarum jam yang terus berdetak. Aku menatap sehun yang terlelap ditempat
tidurnya. Dia pasti sedang melewati mimpinya.
Aku kembali mengingat
kejadian tadi, saat aku menumpahkan moccacino dikemejanya. Wajahnya, kembali
aku lihat. Entah kenapa wajahnya terus terbayang dipikiranku. Suaranya juga terus
terngiang. Perempuan itu, apa aku masih menyukainya? Ahh, tidak mungkin, aku
tidak mungkin menyukai perempuan itu, tidak mungkin.
*
AUTHOR POV
Pertandingan seru terjadi
digedung olahraga, bersamaan dengan sehun, jong in dan tim mereka bertanding
basket melawan kampus lain. angka sudah unggul, bahkan ketika sehun menembakkan
bola terakhir tepat ketika waktu pertandingan habis. Tim sehun menang, semua
penonton bersorak, tapi tidak dengan luna dan sun mi disudut berbeda. Luna
hanya terdiam memperhatikan sehun dan jong in secara bergantian. Tapi ketika luna
memperhatikan jong in, kedua mata mereka bertemu, dengan cepat keduanya
mengalihkan pandangan mereka.
“siapa yang kau perhatikan?” sehun memergoki jong in lalu mencari cari
dibangku penonton dengan matanya.
“ani, bukan siapa-siapa.” Ucap jong in sedikit salah tingkah.
Sementara sun mi yang duduk
jauh dari luna hanya terdiam dengan bola mata yang terus bergerak mencari
sesuatu tapi dengan cepat, ia menghilang dari bangku penonton.
*
LUNA POV
Perutku benar benar lapar
malam ini. Aku bahkan tidak tahu letak kantin asrama. Aku tidak mungkin pergi
kekantin kampus, karena jaraknya yang cukup jauh dari asrama wanita.
Aku memutuskan untuk keluar
dari kamarku meninggalkan sun mi yang terlelap. Aku hanya mengenakan cardigan
dan sandal kamarku lalu pergi menyusuri lorong asrama yang cukup terang.
Untunglah terang, karena pikiranku terisi dengan beberapa cerita seram yang aku
dapat dari sun mi. Entah itu benar atau khayalan yeoja aneh itu, tapi bulu
kudukku ikut berdiri ketika aku mengingat beberapa ceritanya.
Aku menelusuri lorong
lorong asrama berharap aku menemukan makanan. Hingga akhirnya aku menemukan
kantin yang sangat sepi. Lampunya masih menyala namun tidak ada orang sama
sekali. Diatas meja penjaga kasir tertera tulisan “out for a second” tapi aku
menunggunya lebih dari 5 menit dan penjaga itu tidak datang.
Aku mengambil beberapa
makan dan memakannya disini berharap penjaga kantin tersebut cepat datang. Tapi
bukan penjaga kantin yang datang, aku malah melihat bayangan yang datang
kearahku dari belakang. Jantungku berdegup kencang, bulu kudukku berdiri lagi.
Aku menahan napasku tapi kepalaku terasa berat untuk menoleh. Aku menutup
mataku berharap ketika aku membuak mataku bayangan itu pergi.
Suara langkah terdengar
mendekat. Degupan jantungku melaju cepat. dan aku kaget seketika saat kedua
tangan memegang kedua pundakku. Refleks aku berteriak.
“aku mengagetkanmu?” suara yang pernah aku dengar membuatku membuka
mata. Namja tampan muncul dihadapanku hanya dengan kaos dan celana tidurnya. “kenapa kau ada disini? Ini kan kantin
asrama lelaki.” Tanyanya membuatku merasa sangat bodoh. “oh, aku tahu kau pasti anak baru dari
jurusan traditional art ya? Ternyata lebih cantik dari yang aku dengar.”
Namja didepanku menyeringai lalu menyentuh daguku.
“kau jangan berbuat aneh padaku.” Aku berdiri menatap wajahnya yang lebih tinggi
dariku.
“uuhh, berbuat aneh apa? Pikiranmu lebih kotor
dari yang aku kira.” Lelaki yang
baru aku ingat namanya itu memajukan wajahnya mendekati wajahku. Aku merasakan
wajahku memerah dan jantungku memacu keringat yang keluar dari pori-pori
tubuhku.
Aku berbalik, meninggalkan
sehun yang tersenyum melihat wajah anehku.
“kau mau kemana? Asrama wanita bukan kesana.” Suaranya membuatku sadar aku salah arah. Dengan
wajah yang masih merah aku berbalik dan melewatinya kembali menuju kamarku.
SEHUN POV
Perasaanku sangat senang
melihat wajahnya yang memerah. Ternyata ia benar-benar pindah kekampus ini.
Wajahnya benar benar cantik, bahkan lebih cantik dari dosen itu.
*
AUTHOR POV
Ruang kelas seni terlihat
sangat sepi walau tidak ada yang mengajar hari ini. Sun mi yang bosan
memperhatikan sekeliling kelas yang kira-kira hanya tersisa 7 orang termasuk
dirinya. Matanya seakan menghitung jumlah kepala yang ada diruangan hingga
matanya menatap luna yang sedang melamun disebelahnya.
“kau ada masalah?” tanya sun mi menggerakan telapak tangannya
didepan kedua mata luna. Luna sedikit tersentak lalu menghela napas panjangnya.
“sun mi-ah, apa aku sangat terkenal?” luna mencoba bertanya mengingat kejadian semalam.
“neomu.”
Jawab sun mi santai.
“wae?”
“karena kau pindahan di tengah semester.” Sun mi menjawab singkat. Luna terdiam lalu dengan
suara pelan ia menceritakan apa yang terjadi semalam.
“Mwo?”
sun mi melebarkan kedua matanya lalu membenarkan letak kacamatanya.
“kenapa kau kaget? Apa, sehun benar benar
mengerikan?” luna
mengguratkan ekspresi mengerikan.
“ani, tapi....” sun mi berpikir sejenak. “ah..
sudahlah, aku pikir sehun orang yang baik. Dia sangat setia kawan dan dia
kapten tim basket yang baik, yaa.. walau ia terkadang membuat keributan.” Sun
mi berbicara walau matanya tertuju pada bukunya lagi.
“kau tahu banyak tentang sehun, kau hebat.”
“ani, hanya mendengar dari orang lain.” sahut sun mi sedikit kikuk.
*
LUNA POV
Jam pelajaran hari ini
sudah sepenuhnya selesai. Sun mi meninggalkanku karena ada sesuatu yang aku
tidak tahu dan harus ia lakukan. Untuk memburu waktu, aku berjalan melewati beberapa
lorong gedung jurusan seni. Hanya ada beberapa orang-orang yang berlalu lalang.
Aku berdiri didepan sebuah
pintu kayu coklat dengan tulisan “ruang musik”. Aku sedikit mengintip kedalam,
terlihat sangat sepi. Setelah mengecek apakah disekitarku tidak ada orang, aku
mencoba masuk kedalam.
Mataku terpukau melihat
berbagai alat musik yang bersandar rapi ditempatnya masing-masing. Didinding
berwarna coklat muda itu juga bersandar beberapa lukisan abstrak yang penuh
warna. Beberapa hiasan berbentuk not balok juga berjajar rapi disetiap sudut ruangan.
Aku memangdang sebuah piano
putih yang besar yang tepat berada ditengah-tengah ruangan. Sudah lama aku
tidak memainkan piano, dengan perasaan yang antusias aku duduk didepan piano
tersebut dan langsung memainkannya.
Baru sebentar aku
memainkannya, aku mendengar suara seseorang meneriakanku, “YA! KENAPA KAU BERISIK SEKALI!” aku mendengar suara itu sangat
jelas namun aku tidak melihat wujud dari suara tersebut.
Aku mencari-cari suara
lelaki itu hingga akhirnya ada sesosok kepala dari bawah piano muncul. Aku
kaget bukan kepalang melihat wajah sehun dengan rambut yang berantakan muncul
dari bawah piano.
“kau, apa yang kau lakukan dibawah sana?” tanyaku bingung.
“kau menggangguku.” Suara sehun datar lalu menguap.
“mi... mian, aku tidak tahu kalau kau sedang
tidur.” Ucapku kikuk.
“tempat ini sudah tidak asik.” Sehun menatapku dengan tatapan sinis. Entah
kenapa mataku juga berubah sinis ketika menatapnya.
“wae? Kau mau marah padaku?” sehun mendekatkan wajahnya kewajahku. Jarak wajah
kita benar-benar sangat dekat, bahkan jika sekali lagi sehun mendekatkan
wajahnya, kedua hidung kita pasti saling bersentuhan.
Jantungku berdegup kencang,
keringat mengucur pelan dari pori-pori tubuhku. Aku berubah gugup, tapi
beruntung, sehun menjauhkan wajahnya ketika suara seorang lelaki memanggilnya
hyung. Aku dan sehun sama sama menoleh kearah pintu. Aku melihat jong in yang
berdiri dengan jaket putihnya memperhatikan kami dengan tatapannya yang tidak
terbaca sama sekali.
“sudah waktunya kita latihan.” Ucap jong in dengan nada datar.
“kau kubebaskan hari ini, gadis manis.” Sehun menyentuh daguku lalu
pergi seakan tidak terjadi apa-apa.
Aku menghela napas panjang,
mengembalikan detak jantungku yang semula sangat cepat. kenapa sehun selalu
melakukan itu padaku, tapi wajahnya, ahh sudahlah....
*
JONG IN POV
“ya! Kim jong in! Kenapa kau tidak konsentrasi?” aku mendengar teriakan sehun namun mataku terus
mencari sesuatu dari barisan bangku penontong yang kosong.
“jika tidak berniat latihan, keluar sekarang!” sehun sudah berdiri dihadapanku. Aku langsung
menatap wajahnya. Aku menghela napasku panjang.
“aku harus istirahat” Ucapku pelan berbalik mengambil tasku lalu keluar
dari ruang olahraga itu tanpa menghiraukan ucapan sehun.
*
AUTHOR POV
“apa-apaan itu, menjijikan sekali seorang lelaki
dan perempuan berduaan disebuah ruang kelas yang besar. Lalu kenapa perempuan
itu malah tertidur dipundaknya... menjijikan...” gumaman luna sepanjang ia keluar dari gedung
kampusnya setelah ia melihat dua orang sedang bersama disebuah kelas yang sepi
dengan pintu yang sedikit terbuka.
Sepanjang jalan, luna terus
menggumamkan kekesalannya sendirian hingga ia mencoba menenangkan pikirannya
disebuah kursi taman.
“ahh, kenapa aku memikirkannya, memangnya siapa
dia?” ucap luna lagi sedikikt
memukul kepalanya.
“sehun?”
suara jong in yang tanpa luna sadar sudah duduk sebelum ia datang. Wajah luna
kaget mendengar suara itu.
“kau, jadi....”
“aku melihatmu berbicara sendirian dari tadi. Aku
pikir kau sedikit gila.” Jong in
tersenyum memasang earphone putihnya yang sempat ia lepaskan tadi.
“tadi, ahh, entahlah, aku bingung memulai
ceritanya darimana. Tapi,, aku tadi melihat sehun dan seorang perempuan yang
tidak aku kenal berduaan didalam sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka.” Luna mulai menjelaskan dengan wajah polosnya.
“kau mengintip mereka?” jong in melirik kearah luna.
“bu.. bukan, aku hanya mendengar suara aneh,
ketika aku mengintip, perempuan itu sedang menyandarkan tubuhnya ditubuh sehun,
ahhh, aku tidak bisa memikirkan apa yang dilakukan sehun selanjutnya.....” wajah luna seketika berubah menjadi mimik aneh.
“kau ingin tahu apa yg mereka lakukan sesudah
itu?” jong in membuka kedua
earphonenya lalu menatap luna tajam.
“memangnya apa yang sehun lakukan jika ia hanya
berdua disebuah ruangan?” luna
berpikir lalu menatap jong in bingung.
“mereka akan melakukan ini.” Tanpa bicara lagi, jong in meraih dagu luna dan
langsung mencium bibir luna yang tipis itu. mata luna terbuka lebar, ia kaget
dan hanya bisa terdiam.
“kau kenapa?” tanya jong in yang sudah melepaskan bibirnya.
“KAU MENCIUMKU?? LALU KAU MALAH BERTANYA AKU
KENAPA?” Luna berdiri memarahi jong
in yang ada dihadapannya.
“aku hanya menunjukan apa yang dilakukan sehun.
Memangnya aku salah?” jong in
berdiri membuat kepala luna sedikit mendongak.
“salah!!!”
luna yang tidak bisa merelakan bibirnya merasa sangat kesal.
“aku menciummu tidak menggunakan perasaan, luna-ya.”
“luna-ya, aku mencarimu.” Sun mi menghampiri mereka yang sedang saling
menyalahkan. Mata sun mi melirik jong in dan akhirnya membuat tatapan mereka
bertemu.
“sunmi-ya, tolong kau jangan sebar apa yang kau
dengar.” Luna mencoba membujuk sun
mi.
“aku tidak mendengar apapun, kajja.” Sun mi membalikan tubuhnya lalu meninggalkan jong
in yang kembali duduk dikursi itu.
JONG IN POV
Aku
melihat punggungnya yang menghilang dari kejauhan, entah kenapa aku tidak
percaya jika dia tidak mendengar apa yang diucapkan luna noona dan aku tadi.
Aku harap dia tidak apa-apa, aku merasa bersalah melakukan itu. ahhh...
*
AUTHOR POV
“kau belum kembali ke asramamu?” tanya sehun kepada sunmi yang sedang membersihkan
kursi penonton diruang olahraga.
“sebentar lagi.” Sun mi tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya.
“kau satu kamar dengan luna?” tanya sehun bersamaan dengan memasukan
bola kedalam ring.
“darimana kau tahu namanya?” sun mi menatap sehun dengan tatapan bingung.
“aku mengenalnya lebih lama darimu.” Sehun tersenyum mengambil tasnya hendak kembali
ke asramanya. “berhentilah melakukan itu
setiap hari, tubuhmu akan kurus jika terus seperti itu.” ucap sehun tanpa
menoleh kearah sun mi.
Sun mi terdiam menatap
kosong ruang olahraga yang sudah sepi. Tanpa asa, ia duduk di kursi penonton.
SUN MI POV
Jika waktu itu tidak
datang, aku mungkin tidak melakukan hal yang kusebut rutinitas ini aku lakukan.
Satu tahun yang lalu, aku hampir membuat jong in di keluarkan dari kampus hanya
karena aku salah meletakan jadwal pertandingan basket. Saat itu, jong in
bertindak sebagai orang yang mengendalikan jadwal acara. Karenaku, pertandingan
berantakan dan jong in dipanggil oleh dosen pembimbing ekskul basket. Semua
tuduhan tertuju kepadaku, aku memang bersalah. Jong in benar benar marah
padaku, hingga ia menyuruhku untuk membayar itu dengan membersihkan ruang
olahraga setiap hari tanpa bantuan siapapun.
Aku tidak bisa menolak
hingga sampai saat ini aku masih menjalankan rutinitasku ini walau ketika aku
kembali kekamar, tubuhku penuh dengan peluh. Aku tidak bisa menghentikan ini,
kecuali jika jong in yang menyuruhku untuk berhenti.
*
LUNA POV
Buku-buku ini benar benar
membuatku repot, bahkan aku harus berangkat lebih pagi untuk membawa buku-buku
yang besar besar ini dan menyerahkan ke dosen musikku.
Aku berjalan dengan seluruh
keseimbanganku, menjaga agar buku yang aku bawa tidak terjatuh berserakan.
Beruntung, karena masih pagi, aku tidak melihat banyak orang disekitar
kampusku.
“biar aku yang bawa.” Sehun yang datang tiba-tiba menarik semua buku
yang aku bawa. Sehun meraihnya dan membawanya menuju ruangan dosen.
“eh, tidak usah.” Aku menghentikan langkah sehun. Sehun menatapku.
“itu tugasku.” Jawabku sedikit menunduk.
“aku seorang lelaki, kau malah membiarkan lelaki
yang lebih kuat hanya melihatmu berjalan sambil mencari keseimbangan dengan
buku-buku yang berat ini?” ucapan
sehun kali ini membuatku sedikit terpesona. “minggir.”
Sehun menghilang masuk kedalam ruangan dosen.
Aku tersenyum senang
melihat sehun membantuku. Setidaknya kesan menjengkelkan tidak lagi tersemat
didirinya, dia ternyata masih punya perasaan juga.
“gomawo.”
Ucapku tersenyum melihatnya keluar dari ruang dosen tanpa menyadari aku berdiri
disebelah pintu. Sehun berbalik menatapku lalu tersenyum sangat sangat manis.
Jantungku kembali berdegup pertama kali melihat senyumnya sang muncul diwajah
tampannya.
*
Malam ini, masih dengan
perasaan senangku yang muncul tadi pagi, aku mencari sun mi mengajaknya kembali
ke asrama bersama. Aku berkeliling lorong gedung jurusanku, tapi aku tidak
menemukan yeoja itu. hingga aku berdiri didepan pintu gedung olahraga dan
memberanikannya masuk.
Aku melihat seorang yeoja
sedang mengepel lapangan basket. Aku begitu kaget ketika aku melihat sun mi
yang melakukannya. Dengan langkah super cepat, aku menghampiri sunmi lalu
menarik lengannya.
“kau mengepel lapangan sendirian?” tanyaku memperhatikan gedung olahraga yang tanpa
satu orang pun disitu kecuali sunmi.
“akhirnya kau mengetahui juga, ini rutinitasku luna-ya.” Aku melihat wajah sunmi yang masih bisa tersenyum
walau keringat sudah membasahi kaus panjang hitamnya.
“siapa yang menyuruhmu seperti ini? Katakan
padaku!” aku mulai kesal melihat
sun mi yang juga terlihat menyebalkan.
“ini keinginanku sendiri.” Sahut sunmi santai meneruskan mengepel lapangan.
Aku diam, berdiri
menmperhatikan perempuan berkacamata besar itu menyelesaikan tugasnya.
Sepanjang ia membersihkan, aku tidak mengucapkan sepatah katapun. aku yakin
sekali bahwa sehun yang melakukan ini pada sun mi, atau salah satu dari anak
basket yang ingin menyiksa sunmi.
*
“sehun!!!!!” aku memanggil sehun tepat ketika aku sampai dikampus dan bertemu
dengannya. Ia menoleh kearahku diikuti oleh beberapa rekannya yang berjalan
berdampingan dengannya.
“kau, menyuruh sunmi untuk membersihkan gedung
olahraga setiap malam? Kau gila? Kau pikir tidak ada office boy yang sanggup
membersihkan gedung itu?”
pertanyaanku menyeruak bersama perasaan kesalku.
“kau memarahiku?” sehun dengan santainya menatapku. Aku menelan
liurku sendiri menatapnya gugup.
“si..siapa lagi orang yang semena-mena dikampus
ini kalau bukan kau? Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus menyuruh sunmi
untuk menghentikan kegiatannya itu.”
aku meninggalkan sehun dan gerombolannya.
“aku tidak pernah menyuruh siapapun untuk
membersihkan gedung olah raga, aku berani bersumpah!” suaranya terdengar.
*
“kau suka jong in?” suara sunmi menyentakanku ketika aku baru saja
memasuki kamarku. Aku menatap yeoja yang sedang tidak memakai kacamatanya itu
dengan tatapan gugup.
“Aku? Jong in?” aku menahan tawaku.
“aku melihat jong in menciummu, kalian juga
membicarakan tentang ciuman saat aku menghampirimu tadi.” Mata sun mi tidak lagi menatapku. Aku melihat
wajahnya yang berbeda dari biasanya.
“aku dan jong in tidak ada apa-apa.” Aku meletakan tasku diatas tempat tidurku.
“kalau begitu kau suka sehun? sudah dua malam, kau
mengigau menyebut namanya.” Yeoja ini
bertanya lagi.
“aku, aku tidak tahu apa yang aku rasakan sunmi,
kemarin ia menolongku membawakan buku, saat aku melihatnya dengan seorang
perempuan disebuah ruangan, entah kenapa aku merasakan hal aneh didadaku.” Aku menceritakan perasaanku pada sun mi dengan
sedikit gugup.
“itu berati cinta.” Sahut sunmi datar dan singkat.
“tapi sehun....”
“sehun orang yang baik, aku kan sudah
memberitahumu sebelumnya. Aku yakin dia juga menyukaimu, yang kutahu tipenya
mendekati dirimu.” Sunmi
berbicara tanpa menatapku. Aku bingung mendengar ucapan terakhirnya.
“tipenya? Kau mengenal sehun sangat baik.” Ucapku menyipitkan mataku.
“aku tahu tipe sehun dari ka........ , cerita
beberapa anak basket.” Ucap sun
mi yang terlihat sangat tidak nyaman ketika menatapku.
Kai? Jong in? Ah tidak
mungkin, jong in sangat membenci sunmi, itu yang aku tahu. Mereka tidak mungkin
berteman sangat dekat kan.
“sunmi-ya, kau min berapa?” aku mengalihkan pembicaraan dan terpesona melihat
sunmi tanpa mengenakan kacamatanya.
“min 2.”
Jawabnya singkat.
“kenapa tidak memakai softlens saja? Kacamatamu
terlalu besar, untuk ukuran wajahmu yang kecil.” Aku menghampiri sun mi lalu memberika softlens
dari dalam tas kecilku.
“aku tidak biasa menggunakan itu.” ucap sun mi, aku tersenyum, aku hanya ingin
mengubah dandanannya yang kampungan ini.
Tanpa bicara, aku
memasangkan softlens dan menyisir rambut sunmi. Tidak seperti biasa dia hanya
diam membiarkanku me-make overnya.
SUN MI POV
Aku membiarkan luna
menyisir rambutku. Aku hanya diam memikirkan seseorang, apa aku harus kembali
berubah seperti dulu lagi.
“kau juga harus memakai pelembab wajah dan sedikit
eyeliner.” Suara luna membuatku
memperhatikannya. Perempuan itu terlihat sibuk mencari sesuatu didalam tasnya.
“ini.”
Ucapku mengambil sebuah tas makeup berwarna merah dari dalam laci besar dimeja
belajarku.
“kau punya itu tapi kau tidak pernah memakainya?” wajah luna berubah aneh sambil menyipitkan
matanya. Aku hanya tersenyum menatap kearah cermin bundar yang aku pegang.
Kurang dari 10 menit luna
mendandaniku. Dia sangat mahir memainkan make-up di wajahku, bahkan aku hampir
lupa bayangan siapa yang ada dipantulan cermin.
“yeppeo..”
luna tersenyum. “aku harus mandi, tubuhku
pegal...” lanjutnya melangkah kekamar mandi.
“gomawo.”
Aku tersenyum menoleh kearahnya.
Aku masih memperhatikan
bayanganku sendiri dicermin, tapi, aku harus bangkit ketika seseorang mengetuk
pintu kamarku. Aku membukanya, tanpa mengetahui siapa yang datang malam-malam
seperti ini.
“nugu-ya......” spontan aku menghentikan ucapanku. Aku menatap lelaki yang berdiri
dihadapanku. Mata lelaki itu juga menatapku. Jantungku berdegup kencang, ketika
kami benar benar saling memperhatikan satu sama lain.
“sun mi-ya, dimana samponya?” luna yang hanya dibalut handuk putihnya keluar
dari kamar mandi. Aku tahu ia menatapku bingung tapi mataku benar benar tidak
bisa berkutik. “jong in? Ada apa kau
malam malam begini ke asrama perempuan?” suara luna membuatku seperti
terbangung. Aku langsung menunduk.
“ah, ini, sehun menitipkannya untukmu.” Aku melihat jong in memberikan sebuah bungkusan
kecil pada luna.
Aku berbalik, kembali
kemeja belajarku tanpa menghiraukan apa yang dibicarakan jong in dan luna.
*
AUTHOR POV
Luna membolak balikan
sebuah bingkisan yang belum ia buka. Pikirannya mengira-ngira apa isinya.
Sesuatu yang diberikan sehun untuknya.
Sesekali luna melirik
kearah sunmi yang terlelap. Ia tidak mungkin membangunkannya jika bungkusan itu
adalah jebakan.
Setelah menghela napas, luna
meletakan kotak tersebut disudut tempat tidurnya tanpa ia buka.
*
Jam di gedung olahraga
menunjukan pukul setengah dua belas malam, seperti biasa jika tim basket
selesai latihan, waktu sun mi membersihkan gedung itu akan lebih lama karena
sampah yang disisakan tim basket sangat banyak.
Beberapa kali sunmi memeras
alat pel lalu mengepel lapangan basket. Setelah itu dia mengelap seluruh kursi
penonton yang mengitari gedung dan terakhir ia membereskan bola basket yang
berserakan.
Malam semakin larut, ketika
sunmi sedang sibuk mengunci sebuah box besar berisi berpuluh-puluh bola basket,
seseorang menggenggam lengannya, “sudahilah
ini.” Suara jong in terdengar olehnya.
Sunmi menoleh, ia menatap
wajah tampan jong in dari balik kacamata besarnya. Jong in yang saat itu
mengenakan jaket biru dan membawa sebuah tas selempang hitam menatap sunmi
dengan tatapan serius.
“aku sudah selesai.” Sahut sun mi dingin bergegas membuat jong in
melepaskan genggamannya.
“sudahilah ini utk selamanya.” Jong in mencoba menghentikan langkah sunmi.
Langkah sunmi terhenti, ia terlihat menahan air matanya agar tidak jatuh. “dan berhentilah berdandan seperti ini.”
Suara jong in membuat sun mi berbalik.
Jong in melangkah pelan
menghampiri gadis yang hampir meneteskan air matanya. Tanpa kata, jong in
melepaskan kacamata sunmi secara perlahan tapi tangan sunmi bergerak memukul
dada jong in.
“neon, nappa!” air mata sunmi menetes, ia berusaha tersenyum tapi tidak berhasil.
“kau?”
“sehun menceritakanku semuanya...kau...aku..aku
berusaha mencintaimu ketika aku tahu kau menyukaiku, tapi...tapi kau malah
membuatku seperti ini, membuatku.. sep..er..ti budakmu...., aku...aku...
berubah seperti ini.... agar... kau.....” sun mi berkata sambil terus menangis air matanya terus mengalir
bersamaan dengan perasaan yang ia luapkan.
“hentikan.”
Ucap jong in cepat menghentikan semua ucapan sunmi. Dengan perlahan jong in
meraih kepala sunmi dan meletakannya kedadanya berusaha memeluknya dan
menenangkannya. “uljima, mianhae.” Ucap
jong in mengusap pelan rambut sun mi.
“hajima...”
ucap sun mi masih berusaha mengatur napasnya.
“mwoya?”
jong in masih mengusap rambut sun mi.
“mencium luna.” Sun mi mendorong kepalanya melepaskan pelukan jong in. “aku sakit melihatnya.”
“kau terlalu polos.” Jong in menyeringai lalu tersenyum lebar meraih
dagu sun mi. Jantung sun mi berdegup kencang ketika jong in perlahan
mendekatkan wajahnya. Mata sun mi terpejam seiring bibir jong in yang menyentuh
bibirnya. Sun mi menikmati ciuman lembut yang diberikan jong in untuknya.
Ciuman yang benar benar berasal dari perasaan yang muncul diantara mereka
berdua.
*
SUN MI POV
“dimana kacamatamu? Kenapa baru pulang jam segini?”
suara luna seperti seorang ibu yang memarahi anaknya terdengar ditelingaku. “ada apa dengan bibirmu?” tanya luna
lagi yang melihatku dari tadi memegang bibirku. Mata luna menatapku tajam.
“aku tidak akan memakai kacamata itu lagi.” Jawabku sesantai mungkin.
“tidak apa-apa kan dengan bibirmu?”
“aniya!”
ucapku lalu masuk kedalam kamar mandi dengan perasaan yang benar benar
berbunga-bunga.
*
SEHUN POV
“kau benar sudah memberikannya?” tanyaku pada jong in yang selalu tersenyum akhir
akhir ini.
“sudah, memang kau memberikan apa pada perempuan
itu?” ucap jong in membuatku
semakin bingung kenapa perempuan itu tidak menemuiku dan setidaknya bertanya
tentang kado yang aku berikan waktu itu.
“bukan urusanmu.” Sahutku kesal meninggalkan jong in yang sedang
asik memainkan bola basketnya.
Aku melangkah meninggalkan gedung
olahraga yang entah kenapa hari ini terasa sangat membosankan. Jong in juga
sulit sekali ditemui akhir akhir ini, entah apa yang ia lakukan. Aku memutuskan
untuk pergi ketaman atau kembali kekamarku untuk meneruskan tidurku.
Tapi langkahku terhenti ketika
aku melihat segerombolan mahasiswa sedang mengerubungi sesuatu. Karena aku
penasaran, aku langsung menghampiri mereka. Aku melihat luna dengan darah yang
terus mengucur dikeningnya.
“jendela itu sudah tua jadi
jatuh menghantam kepalanya.” Suara seseorang terdengar ditelingaku. Tanpa pikir
panjang lagi, aku menggendong luna yang pingsan kesebuah klinik kecil dikampus
ini.
*
Aku masih menatapnya ketika
keningnya sudah diperban oleh dokter. Wajahnya terlihat sangat cantik bahkan
ketika ia menutup matanya seperti ini. Perlahan, aku genggam tangannya yang
halus dan mengusap keningnya. Benar benar tidak ada yang berubah dari apa yang
kulihat beberapa tahun lalu.
“sehunah!”
suara jong in tiba tiba menghancurkan semua lamunanku. Aku langsung menarik
tanganku ketika aku melihat sun mi yang penampilannya sudah seperti sedia kala
dan jong in ada dibelakangku.
“ya! Kenapa kalian tidak mengetuk dulu?” tanyaku sedikit salah tingkah.
“apa luna tidak apa-apa?” tanya sun mi mendekat ketempat tidur luna.
LUNA POV
Perlahan aku membuka
mataku, melihat ruangan yang berbeda. Ruangan yang tidak pernah aku kunjungi
sebelumnya. Tapi ditempat ini, aku melihat sunmi, jong in dan sehun menatapku
dengan tatapan penuh kecemasan.
“dimana aku?... aw....” ucapku berusaha bangkit dari tempat tidur.
“ya luna-ya, kau masih sakit, jangan terlalu
banyak bergerak.” Suara sun mi
terdengar tapi tangan sehun menahanku agar aku tidak menjatuhkan kepalaku ke
tempat tidur. Aku melihat wajah sehun yang lagi lagi sangat dekat dengan
wajahku. Mataku menatap matanya dan mata sehun juga menatap mataku. Aku melihat
wajah sehun yang mendekat.
“ehm... sebaiknya kita keluar dari sini sun mi.” Suara jong in membuat sehun kembali kikuk. Aku
melihat wajahnya yang memerah dan langsung berdiri keposisi semula. Aku melihat
wajah jong in dan sun mi yang memerah karena menahan tawa dan langsung
menghindar keluar dari klinik.
*
LUNA POV
Aku terdiam membaca
beberapa buku dihadapanku. Tapi pikiranku sedang tidak tertuju pada buku buku
itu. pikiranku melayang jauh ke sehun. Entah kenapa aku merasa mengenal sehun
sangat jelas. Beberapa ucapannya dan aroma tubuhnya, ia benar aroma tubuhnya
ketika wajahku sangat dekat dengan wajahnya. Aku benar benar mengenal aroma
itu.
“sunmi-ya, apakah kau dan jong in yang menolongku
keklinik waktu itu?” aku membalikan
tubuh dan kursi yang aku duduki menghadap sunmi yang sedang asik dengan
bacaannya.
“sehun.”
Sahut sun mi santai. Apa benar ia yang benar benar menggendongku ke klinik. Saat
aku pingsan, iya aku merasakan ada seseorang menggendongku. Ah, jadi karena ini
aku merasa aku mengenal aroma tubuhnya. Apakah sehun? Ah tidak mungkin.
*
SEHUN POV
Aku sudah mulai bosan,
seharusnya dia menemuiku setelah ia membuka kotak yang aku berikan. Sudah lebih
dari seminggu aku menunggunya menghampiriku. Ah, aku benar benar harus
memastikannya sendiri. Aku meraih jaket merahku lalu keluar tanpa menghiraukan
teriakan jong in yang mungkin bingung memperhatikanku.
Aku berjalan ditengah
dinginnya malam melewati beberapa ruangan hingga akhirnya aku sampai di gedung
asrama wanita. Dengan cepat aku menuju kamar sunmi yang sebelumnya diberitahu jong
in yang juga kamar luna.
LUNA POV
Malam benar benar sangat
dingin, sun mi meninggalkanku sendiri karena ia harus menjenguk appanya yang
sakit. Aku memperhatikan kotak biru yang diberikan sehun. Apakah aku harus
membukanya sekarang? Tapi aku masih memikirkan tentang jebakan. Tidak, tidak
mungkin sehun sekanak-kanak itu, kenapa pikiran itu baru muncul sekarang,
entahlah.
Aku menarik pita itu lalu
membuka kotak biru itu. jantungku berdegup lalu sirna ketika aku melihat
beberapa foto yang ada dikotak tersebut. Foto sepasang anak kecil yang benar
benar aku kenal. Anak perempuan itu adalah diriku dan anak lelaki itu adalah
teman masa kecilku. Beberapa foto itu membuatku tersenyum, tapi anak lelaki
difoto itu aku tidak pernah mengetahuinya hingga sekarang. Apa mungkin dia
sehun?
Aku memperhatikan secara
seksama foto anak lelaki itu. matanya, hidungnya, bibirnya, apa anak ini benar
benar sehun.
Aku bangkit, aku ingat
semuanya, aku melangkah kakiku membuka pintu kamarku. Aku menatap seseorang
berdiri dihadapanku.
“kau sudah membukanya?” ucapannya membuat aku menelan ludah. Tanpa sadar
aku menganggukan kepalaku.
“kau, anak bodoh itu?” tanyaku pelan. Aku melihat sehun mengangguk lalu
meraih tanganku dan masuk kedalam kamarku.
*
AUTHOR POV
“kau ingat ini? Saat kita pertama kali bertemu,
saat keluargamu baru saja pindah didekat rumahku. Kau benar benar sangat nakal
bahkan kau membuat anak gendut itu menangis.” Ucap luna mengenang masa masa kecilnya sambil memperhatikan fotonya.
“apa aku menyebalkan saat itu?” tanya sehun yang terlihat tidak seperti biasanya.
“neomu, bahkan sekarang pun kau masih
menyebalkan.” Sahut luna
cepat. “bahkan saat itu kita tidak pernah memperkenalkan diri kita masing
masing.” Ucap luna tersenyum.
“tapi appamu memberitahukan namamu padaku ketika
aku pergi untuk kembali ke seoul.”
Sahut sehun cepat.
“itu sebabnya kau mengenalku bahkan sebelum aku
memperkenalkan diriku ketika aku baru masuk kekampus ini?”
“kau ingat janji kita luna-ya?” sehun berbalik bertanya sambil membelai lembut
rambut luna. Luna menatap bingung sehun. “kau melupakannya?” tanya sehun
mengecup pelan bibir luna. Luna terdiam, wajahnya berubah merah. Ia tidak
mengira jika sehun akan menciumnya malam ini.
“aku menyukaimu sejak kita pertama bertemu, sejak
kau menolongku ketika aku dipukuli oleh anak anak jalanan waktu itu.” sehun melepaskan ciumannya lalu menatap dalam
wajah luna.
Luna terhenyuh, ia
mengingat semuanya. Mengingat ucapan sehun ketika ia hendak pergi, ucapan
seorang anak laki laki yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi, “aku ingin tidur denganmu jika kita sudah
dewasa nanti.”
Mereka terdiam 5 detik,
namun sehun menarik dagu luna lagi mencoba mencium luna lebih santai. Luna
memejamkan matanya merasakan bibir sehun yang terus menciumnya perlahan.
Kelamaan, luna menikmati kecupan hangat yang diberikan sehun hingga sehun
memiringkan kepalanya sedikit agar ciuman mereka terasa lebih nyaman.
“sun mi tidak akan pulang malam ini kan?” tanya sehun mengecup kening luna. Luna tersenyum
sambil menggeleng. “tidurlah, aku tepati
janjiku.” Ucap sehun mencium bibir luna mesra.
“saranghae, sehun-ah. Aromamu tetap sama” Ucap luna mendekap hangat tubuh sehun.
“nado, saranghae. Aku melakukannya karena aku
ingin kau selalu mengingatku”
*
Musim dingin telah datang,
libur natal juga telah didepan mata. Mobil putih sudah terparkir didepan gedung
universitas milik luna. Tapi luna, sehun, jong in dan sun mi masih asik
menikmati detik detik hari ini di kantin kampus mereka.
“sunmi tidak pernah bercerita padaku kalau dia
suka jong in.” Ucap luna
santai meneguk teh hangatnya. Sementara tangan sehun terus menggenggamnya.
“mereka sebenarnya sudah saling menyukai sejak
lama, jong in menyuruhnya untuk membersihkan gedung olahraga karena ia ingin terus
bertemu dengan sunmi.” Sahut
sehun dengan tingkahnya yang benar benar kembali seperti biasa.
“kapan kau kembali kerumah?” jong in menatap wajah sun mi yang terlihat kaget
mendengar jong in mengalihkan pembicaraan mereka.
“molla.”
Sahut sun mi pelan.
“sekarang saja, mereka berdua menyebalkan.” Jong in menarik tangan sun mi meninggalkan sehun
dan luna yang tertawa senang melihat wajah salah tingkah mereka.
*
“setelah aku ke seoul, aku melewati hidupku tanpa menyukai
perempuan lain. aku menyimpan nomer ponsel appamu hingga akhirnya appamu
bertemu appaku disebuah acara. Aku memberitahu appamu jika aku kuliah di
universitas ini hingga aku membujuk appamu agar kau juga kuliah disini.
Beruntung, keluargamu pindah rumah dan atas bujukan appaku juga, appamu
menyuruhmu kuliah disini. Aku harap kau tidak menyesal bertemu denganku lagi.”
“aku benar benar tidak menyesal, aku merasa sangat
senang. Aku mencintaimu sehun-ie.”
*end*
No comments:
Post a Comment