STARTING WITH::
Yoon doo joon
SPIN:
-lee eun young
-lee shin rin
-choi soo min
-park hye ra
Malam terdengar sepi. Hanya terdengar suara detik jarum jam yang terus berputar mengelilingi pinggirnya. Mataku perlahan terbuka. Samar-samar aku lihat tepat didepanku, jam masih menunjukan pukul 2 pagi. Aku merasakan pelan pelan disekitar kamar hotel tempatku menginap malam ini. Masih sama seperti 4 jam yang lalu. Aku memperhatikan seorang lelaki tampan yang bertelanjang dada disebelah kiriku tertidur lelap sementara tangan kirinya memelukku. Aku sedikit tersenyum menatapnya lalu dengan perlahan menyingkirkan tangan kirinya dari perutku.
Dengan perlahan, aku bangkit dari tidurku lalu memakai kemeja putihku yang terlihat berantakan dilantai bersama blazer dan kaus putih milik doo joon. Sambil duduk dipinggir tempat tidur, aku memasang kancing-kancing kemejaku dan berjalan menuju jendela yang hanya tertutup sebuah kain sutra tipis sementara angin mengibaskan kain sutra itu melalui celah-celah jendela. Aku memperhatikan dari jendela tersebut kearah kota seoul yang berangin malam itu. Hanya satu atau dua kendaraan yang lewat malam itu. Tepat, sangat jarang dipagi buta seperti ini orang-orang bepergian.
Disaat aku sedang terdiam memperhatikan keadaan diluar kamar hotel. Aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. Desahan nafasnya terasa hangat dileherku. Tangannya memeluk perutku erat. Aku hanya memalingkan wajahku kearah wajahnya lalu tersenyum. Desahan nafasnya semakin hangat kurasa, hingga ia menciumi leherku. Aku sadar, tanpa bicara, aku melepaskan pelukannya dari perutku dan berbalik menghadapnya.
“apakah kita akan terus melakukannya?” tanyaku menatap kearah doo joon yang tersenyum padaku. Doo joon pun langsung menggenggam kedua tanganku erat dan memelukku.
“aku mencintaimu, eun young.” Ucap doo joon meletakkan kepalanya dipundakku.
“tapi jika diluar sana tahu hubungan kita??” tanyaku melepaskan pelukan hangatnya dan menatapnya.
“ssttt, jangan pikirkan hal itu, aku akan melindungimu walaupun hal paling buruk terjadi.” Ucap doo joon meletakan telunjuknya didepan bibirku. Untuk kesekian kalinya, doo joon membuatku mencair. Aku berusaha percaya menerima pernyataannya. Doo joon memelukku lagi dengan hangat lalu mencium bibirku dengan sangat mesra. Aku pun menikmatinya.
*
Matahari telah menembus hampir seluruh celah sutra penuutp jendela. Seluruh ruangan terlihat terang oleh cahaya matahari. Mataku terbuka perlahan ketika sinar matahari memaksaku untuk membuka mata..
“kau sudah bangun, jagiya??” tanya seorang lelaki disebelahku tersenyum lebar. Aku menatapnya dan baru sadar aku tertidur dilantai dengan berbantalkan lengan doo joon. Aku tersenyum menatapnya dan dengan mesra dia mengecup keningku.
“kita sudahi disini.” Ucapku bangun dan terduduk membenarkan rambutku.
“baiklah, beast akan tampil malam ini jam 9, aku harus pergi, jagiya.” Ucap doo joon terus memandangku. Aku semakin tak bisa berbuat apa-apa.
“aku pun harus kembali ke dormku.” Ucapku mengambil blazer oranye ku dan tas coklatku.
“kita keluar terpisah?” tanya doo joon memakai kaos dan blazer hitamnya sambil sedikit membenarkan rambutnya. Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Salam terakhir kita hari itu adalah cuiman hangat doo joon yang mendarat dibibirku. Aku hanya menatapnya lalu keluar lebih dulu dari kamar hotel tersebut. Selang 15 menit kemudian, doo joon baru meninggalkan hotel itu dan kita kembali kerutinitas awal kita.
*
“darimana saja kau? Semalaman tidak pulang?” suara hye ra dengan ketus mengagetkanku ketika aku baru saja masuk kedalam rumah.
“terus saja tidak pulang seperti ini, kau tahu, menejer jang semalam mencarimu, tapi nomormu tidak aktif.” Sahut soo min tidak mau kalah.
“aku lelah.” Ucapku pelan melangkah masuk kedalam kamarku.
“eun young-ahh, kau darimana? Katakan padaku.” Suara menejer jang menghentikan langkahku. Aku menengok kearahnya dengan malas.
“aku menginap dirumah ibuku semalam. Dia sakit jadi aku harus menemaninya. Bukankah aku sudah memberitahu kalian dua hari yang lalu.” Ucapku ketus memandang kearah dua temanku sekaligus eonnieku.
“lain kali hubungi kami jika ingin menginap ditempat lain.” Ucap shin rin keluar dari dapur sambil membawa segelas jus jeruk segar. Aku hanya diam lalu berjalan menuju kamarku dan berganti pakaian. Shin rin masuk kedalam kamarku dan memberikanku segelas jus jeruk. Aku menerimanya dan tersenyum, selama bersama spin dan tinggal di dorm hampir dua tahun, shin rin lah yang paling mengerti aku. Aku pun nyaman jika bersamanya. Tapi sayang, ada batu karang yang sangat besar antara aku dan shin rin.
“kau tahu eun young, beast nanti malam akan tampil live. Ohh, kekasihku aku merindukannya.” Ucapan shin rin membuat aku menatap kearahnya. Aku berusaha tersenyum seolah tidak tahu apa yang sedang terjadi.
“hmm, jam berapa?” tanyaku tersenyum menaruh blazerku digantungan pakaian dan meletakannya didalam lemari.
“jam 9 malam ini, aku sudah merindukan doo joon kekasihku. Dua hari ini dia tidak membalas pesanku.” Jawab shin rin yang semakin menyulitkanku untuk berkata apapun. Aku tetap menahan posisiku untuk tidak menggubris tentang doo joon atau apapun yang berbau tentang dirinya. Bagiku, cukup jika aku dan dia bersama. Tidak lebih.
“eun young-ah, ponselmu terus berdering.” Ucap soo min masuk kedalam kamarku lalu memberikan ponsel biru itu kepadaku. Aku menerimanya tanpa berpikir apapun. Sebuah pesan singkat muncul dilayar ponselku. Aku membukanya sambil melirik kearah shin rin yang dari tadi memperhatikanku.
“siapa?” tanya shin rin dengan raut penasaran.
“aniyo, bukan siapa-siapa.” Jawabku memasukan ponselku kedalam saku celana tanpa membaca pesannya.
*
Tepat pukul 9 malam, aku baru saja bangun dari tidur siangku yang cukup nyenyak setelah dari pukul 10 pagi tadi spin berlatih untuk tampil besok. Aku keluar kamarku dengan perut terasa lapar. Aku berjalan menuju dapur untuk mencari sedikit makanan. Setelah mengambil sebuah makanan ringan, aku memperhatikan diruang tengah, shin rin dan soo min sudah duduk anteng didepan televisi. Aku melirik televisi yang sedna giklan itu.
“mana hye ra eonnie?” tanyaku memperhatikan mereka.
“ia menjadi DJ disukira malam ini.” Jawab soo min tersenyum.
“cepatlah duduk eun young-ah, beast segera tampil.” Suruh shin rin sambil menepuk lantai disebelahnya. Aku diam memperhatikannya, aku berjalan kebelakang mereka lalu duduk ditempat yang sedikit jauh dari mereka lalu bersandar ketembok.
Iklan masih berlangsung, pelan-pelan aku membuka ponselku membaca pesan singkat yang belum sempat kubaca tadi pagi.
‘kau sampai dengan selamat? Jujur aku masih merindukanmu.’ Tulis doo joon dari pesan singkat tersebut. Aku menghela nafas panjang lalu meletakan ponselku kembali disaku celanaku. Tepat setelah itu, beast benar-benar tampil membawakan lagu soom. Mereka benar-benar tampil memukau. Tanpa kusadari aku terbawa suasana dan ikut memperhatikan penampilan mereka.
“beruntungnya kau bisa mendapatkan hati doojoon.” Ucap soo min memuji shin rin dan menghancurkan semua lamunanku.
“ahh, aku tidak sabar besok. Besok kita bertemu dengannya dan doo joon pasti merindukanku.” Sahut shin rin terlihat sangat sumringah. Aku yang mendengarnya terasa aneh lalu bangkit tepat ketika beast selesai tampil.
“kau mau kemana?” tanya soo min.
“tiba-tiba aku mengantuk.” Jawabku berjalan masuk kedalam kamarku dan membantingkan tubuhku diatas tempat tidur.
Aku memikirkan sesuatu, terkadang aku merasa sangat bersalah ketika berpikir bahwa kenyataannya doo joon adalah kekasih shin rin. tapi kata-kata doo joon yang selalu terngiang ditelingaku bahwa dia selalu menjagaku dan mencintaiku, membuatku hanyut dan berpikir bahwa aku hanya satu-satunya milik doo joon. Ahhh, biarkan saja, aku tahu semua perkataan doo joon yang diucapkannya padaku adalah hal yang paling benar menurutku.
*
“apakah kalian sudah siap? 15 menit lagi kita tampil.” Tanya menejer jang ketika aku sedang membenarkan jaket hitamku didalam backstage bersama anggota spin yang lain. Beberapa artis juga hadir disini termasuk anggota f(x) dan sistar.
“lihat itu beast.” Ucap soo min sumringah tanpa sengaja aku langsung menengok kearah mereka. Tepat, doo joon pun sedang bersama mereka. Aku memperhatikan shin rin yang berjalan menghampiri doo joon.
“doo joon-ah, pogoshipo.” Ucap shin rin memeluk doo joon. Doo joon hanya tersenyum tanpa banya bicara lalu mencium kening shin rin. aku berusaha memalingkan pandanganku kearah cermin yang berdiir didepanku. Tapi pantulan wajah mereka tetap terlihat dari sana.
“eun young-ah, apa kabar?” yo seob menghampiriku membuat aku sedikit kaget dan membalikkan badanku.
“ahh yo seob, aku baik.” Jawabku sumringah menatap yo seob walaupun aku mencari pandangan kearah doo joon.
“baiklah spin, kalian akan tampil, lewat sini.” Seorang membawa earphone mengantarkan spin keatas panggung melewati rombongan beast yang berada didepan kami.
*
“ahhhh, akhirnya setelah bertemu doo joon perasaanku sangat lega.” Suara shin rin terdengar sayup oleh telingaku karena tertuutp musik kencang dari ipodku. Aku berusaha tidak menggubrisnya dan tetap fokus memperhatikan jalanan malam kota seoul. Ponselku berdering kembali. Nama doo joon tertera dilayarku memanggil. Aku sedikit takut memandang kearah tiga personil spin yang lain lalu mengangkatnya.
“yoboseyo? Oh maaf salah sambung.” Ucapku langsung menutup teleponku.
“siapa?” tanya shin rin penasaran ketika mobil sudah sampai didepan dorm spin.
“bukan urusanmu.” Sahutku sinis lalu berjalan memasuki dorm mendahului mereka.
“mungkin ia kelelahan.” Sahut hye ra penuh kedewasaan.
*
Aku bangun lebih awal dibanding shin rin, teman sekamarku pagi ini. Matahari belum sepenuhnya bersinar, tapi aku sudah duduk didepan jendela sambil memeriksa ponselku. Sebuah pesan suara muncul dilayar ponselku. Dengan cepat aku mengambil headsfree dan memakainya.
“jagiya, ada apa tadi? Aku ingin memandangmu tapi matamu menatap kearah lain. Aku merindukanmu, bukan shin rin. dan seharusnya yang aku peluk bukan shin rin tapi kau. Aku ingin bertemu denganmu minggu ini, kau harus mau.” Pesan suara dari doo joon itu selesai ketika shin rin berdiri dibelakangku. Aku tersentak lalu membuka earphoneku.
“ada apa?” tanyaku sedikit kaget.
“tidak, hanya ingin melihat kota seoul sepagi ini.” Jwab shin rin tersenyum menghela nafas panjangnya. Aku pun juga menghela napas panjang tanda lega karena shin rin belum tahu apapun tentang ini.
“bagaimana hubunganmu dengan doo joon?” tanyaku kepada shin rin sedikit memancing.
“aku baik-baik saja, hanya akhir-akhir ini kita jarang bertemu.” Jawab shin rin tersenyum tipis.
“sudah hampir 6 bulan kalian berpacaran, apa saja yang sudah kalian lakukan?” tanyaku memperhatikan sudut sudut kota seoul. Shin rin memandangku kaget lalu tersenyum.
“entahlah, sepertinya doo joon tidak berniat untuk itu, walau aku menginginkannya.” Jawab shinrin tersenyum. Aku sedikit kaget bercampur senang akan jawaban shin rin. karena itulah aku mulai percaya 100 persen akan ucapan doo joon.
*
“kau mau kemana malam-malam seperti ini?” tanya hye ra eonnie ketika melihat shin rin bergegas keluar dorm.
“aku ingin pergi kencan.” Jawab shin rin tersenyum lebar membuatku berpikir sesuatu.
“dengan doo joon?” tanyaku langsung ketopik permasalahan.
“hmmm, dengan kekasihku itu.” Jawab shin rin sumringah.
“baiklah, hati-hati. Jangan terlalu malam.” Sahut hye ra tersenyum melepas kepergian shin rin. aku hanya diam menganggap hal biasa sambil memakan sebuah donat diruang tengah.
“hari minggu ada acara?” tanya hye ra duduk disebelahku.
“minggu?” tanyaku berusaha berpikir.
“aniyo, weyo?” ucapku setelah berpikir cepat.
“aku ingin pergi saja denganmu, sudah lama kita tidak pergi bersama.” Ucap hye ra eonnie sambil tersenyum.
“baiklah, terserah kau saja.” Jawabku pelan meminum segelas teh diatas meja.
*
“malam sekali kau pulang?” tanya soo min membukakan pintu untuk shin rin.
“hmm, aku terlalu senang malam ini.” Jawab shin rin tersenyum lalu bercerita kepada soo min tentang kencannya bersama doo joon. Aku yang mendnegar perkataan itu dari kamar, tidak antusias sama sekali akan hal itu. Aku malah berniat untuk menelpon doo joon.
“jagiya..” sahut suara ditelepon.
“bagaimana kencanmu?” tanyaku menarik topik yang sedang dibicarakan shin rin dan soo min diruang tamu.
“kau cemburu?” tanya doo joon dengan nada mengejek.
“ne, aku sangat cemburu.” Jawabku dengan nada yang mengejek juga.
“jagiya, diriku hanya untukmu, camkan itu yaa...” sahut doo joon cepat.
“ara.” Sahutku pelan.
“hari minggu kau bisa kan?” tanya doo joon senang. Aku baru ingat aku baru saja menerima ajakan hye ra eonnie tentang pergi bersamanya hari minggu.
“ahh, sepertinya tidak bisa, tapi akan aku usahakan.” Jawabku penuh penyesalan.
“kau membiarkan kekasihmu ini berhari-hari merindukanmu?” tanya doo joon dengan sedikit merengek.
“doo joon-ah, aku bukan kekasihmu.” Sahutku cepat.
“ne ne, jagiya. Kau harus bisa hari minggu, aku menunggumu ditempat dan jam biasa. Kau harus datang.” Ucap doo joon pelan.
“baiklah, akan aku usahakan.” Jawabku mematikan ponselku. Aku meletakan ponselku dimeja kecil sebelah tempat tidurku lalu mencoba memejamkan mataku menyambut esok hari.
Disaat aku memejamkan mata, aku mengingat kejadian 6 bulan yang lalu. Tepat ketika aku tahu jika doojoon dan shin rin berpacaran. Jujur aku merasa biasa saja dan cukup senang karena sahabatku di spin sudah berpacaran dengan leader beast tersebut. Namun seminggu setelah kejadian itu, doojoon menyatakan perasaannya padaku dan menceritakan bahwa hubungannya dengan shin rin adalah sebuah permainan yang telah direncanakan oleh menejemen mereka atau bisa disebut sebuah taruhan besar antara SM dengan cube entertainment demi menaikan rating kedua pemain ini didrama terbaru mereka. Namun sayang, sampai saat ini shin rin dan anggota spin yang lain belum tahu kebenarannya dan berpikir kalu cinta doojoon benar-benar tulus.
*
“hari minggu yang indah.” Ucap hye ra eonnie ketika kami berdua mengelilingi kota seoul yang terlihat sangat ramai.
“hmmm..” sahutku cepat sambil memikirkan cara untuk pergi menuju doo joon.
“bagaimana kabar ibumu?” tanya hye ra eonnie kepadaku. Aku menatapnya tajam lalu menjawab dengan santai, “dia masih belum sembuh total.”
“seminggu yang lalu kau kemana?” tanya hye ra eonnie membuatku sedikit kesal.
“aku sudah menceritakannya kan, tidak usah dibahas.” Sahutku kesal.
“kuharap kau tidak pergi dengan seorang pria.” Gumam hye ra eonnie membuatku menatapnya sinis.
“jika kau mengajakku pergi hanya untuk membicarakan ini, dari awal aku sudah menolaknya.” Tukasku menatapnya tajam.
“mian mian, aku tahu kau sedang tidak bisa mengatur emosimu akhir-akhir ini.” Sahut hye ra eonnie tersenyum. Aku melihat jam tangan menunjukan pukul 6 sore. Aku harus cepat cepat menghampiri doo joon karena aku tahu dia pasti sudah menungguku.
“eonnie, aku ingin kerumah sakit menjenguk temanku yang sedang sakit. Aku akan pulang cukup larut. Jadi jangan mencemaskanku.” Ucapku kepada hye ra eonnie.
“baiklah, hati-hati.” Sahut hye ra eonnie langsung mengijinkanku pergi. Aku pun melangkah cepat menuju sebuah rumah kecil disebuah sudut kota seoul.
*
“kau terlambat setengah jam, jagiya.” Ucap doo joon sedang menyalakan lilin disebuah meja bundar yang diselingi dua kursi dan dua gelas beserta wine. Aku berjalan menghampirinya.
“ada apa?” tanyaku bingung. Aku memperhatikan ruangan kecil bernuansa coklat putih soft dilengkapi sebuah tempat tidur besi dilengkapi kelambu putih transparan.
“duduklah.” Suruh doo joon mengeser kursinya untukku. Aku tersenyum lalu duduk dihadapannya.
“kau terlalu berlebihan.” Ucapku tersenyum memperhatikan doojoon yang terlihat tampan dengan setelan blazer biru disetai dalaman kaus putih.
“aku hanya ingin melewati malam ini denganmu.” Ucap doojoon menggenggam tanganku erat. Sekali lagi aku tersenyum menatapnya.
“kau tidak merindukanku?” tanya doojoon tersenyum.
“aku merindukanmu.” Jawabku pelan menatap kearah matanya yang berbinar.
“jangan tinggalkan aku.” Ucap doo joon mengusap jemari tanganku. Aku hanya diam mendengarnya.
“waktuku hanya sampai jam 11 malam ini.” Ucapku pelan.
“wei?” tanya doojoon terlihat tidak terima.
“menejer jang akan menghukumku jika aku tidak pulang tepat waktu.” Jawabku pelan. Doo joon pun menghela napas panjang lalu berdiri menghampiriku.
“aku mencintaimu.” Ucap doo joon mencium tanganku lalu tersenyum. Dia menarikku mendekati tubuhnya. Aroma tubuhnya benar-benar harum saat itu. Detakan jantungnya benar-benar terdengar ketika aku merapatkan telingaku kedadanya.
“aku mencintaimu doojoon.” Ucapku pelan membalas pelukannya. Doo joon hanya tersenyum melepaskan pelukanku. Ia menatapku penuh kasih sayang lalu mencium bibirku dengan sangat hangat. aku benar-benar merasakan kehangatan bibirnya. Tangannya terus menempel dibelakang kepalaku memaksa agar aku tidak segera melepaskan ciumannya.
“wei?” tanyanya pelan ketika dengan terpaksa aku melepaskan ciuman hangatnya.
“aniyo.” Jawabku menunduk. Doo joon menarikku kepinggir tempat tidur. Aku duduk diatas tempat tidur masih menggenggam tangan doojoon yang berdiri dihadapanku erat. Lagi-lagi doo joon tersenyum lalu mencium bibirku mesra. Aku pun merangkul punggungnya yang sekarang hanya memakai kaus putih.
Setelah itu, kami berdua sudah berada diatas tempat tidur besi itu. Doo joon memainkan rambutku sementara aku menggenggam tangannya. Aku menatap kearah matanya, doo joon hanya tersenyum lalu mencolek hidungku.
“weiyo?” tanyaku tersenyum menggenggam erat tangannya.
“kau terlihat cantik.” Jawabnya tersenyum sangat manis. Aku pun tersipu akan ucapannya.
“jangan pernah pergi dengan shin rin lagi.” Ucapku menepuk-nepukan tangannya.
“aniyo.” Jawab doo joon mencium keningku hangat. Aku hanya tersenyum dan berusaha untuk tidur dipelukannya malam itu.
*
“kau tidak pulang dengan hye ra eonnie semalam, kau pergi kemana?” tanya soon mi ketika spin selesai latihan vokal.
“bukankah hye ra eonnie sudah memberitahumu?” aku berbalik bertanya pada soon mi.
“eun young menjenguk temannya dirumah sakit semalam.” Sahut hye ra eonnie keluar dari arah kamarnya.
“ahhh, siapa temanmu yang sakit?” tanya soon mi sedikit penasaran.
“bukan siapa-siapa.” Sahutku cepat.
“tidak semua teman eun young, kau kenal soon mi.” Sahut hye ra melirik kearahku. Aku sedikit aneh tentang ulah hye ra eonnie akhir-akhir ini, apalagi setelah ia berkata ttg teman laki-laki kemarin.
“mana shin rin?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“aku disini....” sahut shin rin baru masuk kedalam dorm.
“darimana saja kau?” tanyaku sinis padanya.
“aku habis berbelanja tadi.” Jawab shin rin polos. Aku hanya menghela napas lalu kembali kekamar.
“spin libur sampai minggu depan kan?” tanya soo min kepada hye ra selaku leader spin.
“nee, begitu juga beast.” Sahut shin rin cepat.
“bisakah untuk tidak membicarakan beast disini?” teriakku kepada shin rin kembali keluar dari kamarku.
“wei?” tanya shin rin pelan, terlihat ketakutan. Aku mengatur nafasku dan berpikir untuk tidak meneruskan perkataanku.
“aniyo, mian.” Jawabku pelan lalu masuk kedalam kamarku lagi. Sebegitu bodohnya aku berbicara seperti itu.
*
Jam didinding tepat menunjukan pukul 8 malam. Aku baru saja selesai makan malam, sementara yang lain sedang asik menonton televisi diruang tengah. Aku mendengar pintu depan dormku diketuk. Karena kulihat ketiga member yang lain tidak mendengarnya, aku berniat untuk membukakn pintunya.
“eun young-ahhh...” teriak yo seob menagetkanku tepat setelah pintu dorm aku buka. Keenam member beast berdiri dihadapanku dan tersenyum menatapku yang terlihat kaget saat itu. Termasuk doo joon yang memakai setelan kaus hijau dan celana jeans panjang.
“ada apa?” tanyaku tersenyum menyambut mereka.
“acara beast kali ini adalah bermain didorm spin, kami diterima kan?” ucap yo seob terlihat sangat senang malam itu. Belum aku menjawab, soo min datang dan langsung menyuruh mereka masuk dan duduk diruang tengah. Shin rin yang kaget jika beast dan doo joon datang langsung tersenyum dan menerima mereka khususnya doo joon dengan senang hati.
“dorm kalian sangat rapi.” Gumam kikwang memperhatikan sekelilingnya. Aku hanya berdiri menganggap hal ini adalah hal yang biasa.
“siapa yang paling rajin membersihkan dorm?” tanya hyun seung.
“shan ni yang paling rajin membersihkan dorm biasanya, namun akhir-akhir ini ia sering pulang malam, jadi aku yang menggantikannya.” Sahut hye ra eonnie menatap kearahku. Aku hanya tersenyum mengiyakan perkataan eonnie-ku itu walau aku tahu ada maksud tersendiri dia mengatakan itu.
Setelah spin dan beast berbincang bincang tentang dorm dan kesibukan, yo seob mengajak aku dan semua orang yang ada disitu bermain.
“kita main truth or dare saja, khusus untuk personil beast, kalian harus memilih dare!” ucap yo seob disertai tampang kesal member yang lain. “bagaimana dengan spin, apa kalian akan memilih dare juga?” celetuk junhyung menatap tajam kearah hye ra.
“kami jujur saja.” Sahutku cepat sebelum hye ra eonnie menjawab sambil menyiapkan segelas sumpit diatas meja. Doo joon sekilas menatapku lalu memalingkan wajahnya lagi ketika hye ra eonnie menatapnya.
Kami pun memulai permainan, orang pertama yang mendapat hukuman adalah dongwoon, dongwoon pun dihukum untuk mengikuti music video dari lee hyo ri. Sementara orang kedua yang mendapat hukuman adalah yo seob sendiri, ia pun disuruh meminum sebuah jus yang terbuat dari bawang merah. Aku masih merasa lega saat itu, namun ketika sumpit berujung merah diambil oleh doo joon, hatiku bergetar.
“doo joon hyung, kau harus mendapat hukuman.” Teriak yo seob sangat senang. Doo joon hanya tersenyum meletakan sumpitnya diatas meja.
“kami ingin kau mencium shin rin.” setelah berembuk beberapa menit, anggota beast membuat keputusan yang membuatku sangat kaget. Aku menatap kearah shin rin yang duduk disebelahku dengan tatapan tidak percaya.
“tapi kenapa harus itu?” tanya doo joon kaget.
“disini yang berpasangan adalah kau dan shin rin, jadi kami ingin melihat ciuman kalian, aku pikir anggota spin juga setuju. Bagaimana?” ucap dongwoon tersenyum menatap kearah aku dan hye ra. Aku hanya diam namun hye ra eonnie menganggut senang.
“hanya 5 menit hyung.” Pinta hyun seung menahan senyumnya.
“3 detik, aku terima.” Ucap doo joon menatapku. Aku hanya memalingkan wajahku kearah soo min yang sumringah duduk disebelah kiri shin rin.
“baiklah, 3 detik. Dimulai dari sekarang.” Ucap yo seob. Perlahan tapi pasti mereka berciuman. Benar-benar hanya tiga detik setelah yo seob menghitunya. Wajah shin rin menjadi merah setelah melakukan ciuman itu. Hatiku semakin panas melihatnya. Aku ingin pergi dari tempat itu namun hye ra eonnie menahan tanganku. Aku hanya menatapnya sinis lalu mengalihkan pandanganku darinya.
“eun young-ah, kau lihat, akhirnya aku berciuman dengan kekasihku.” Ucapan shin rin yang mengarah kepadaku membuat aku semakin panas.
“chukae.” Ucapku cepat sambil memkasakan tersenyum. Aku tahu saat itu doo joon menatap kearahku dengan tatapan meminta maaf. Tapi aku tidak menggubrisnya sama sekali.
*
Dua hari setelah kedatangan beast didormku, doojoon kembali mengajakku bertemu. Kali ini bukan disebuah tempat yang penuh dengan sepi dan hanya kita berdua. Doo joon hanya mengajakku berkeliling kota seoul sekitar pukul 2 pagi. Dari awal perjalanan genggaman tangannya tak pernah lepas dari tanganku. Aku tahu itu adalah caranya meminta maaf atas kejadian dua hari yang lalu yang menyebabkan hatiku terasa bergetar dan terluka.
“cukup sampai disini doo joon-ah, sepertinya hye ra eonnie sudah tahu semuanya.” Ucapku melepaskan genggaman tangannya yang hangat.
“aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku.” Ucap doo joon memeluk erat tubuhku. Aku hanya diam ingin menagis tapi menahannya.
“cukup antarkan aku pulang malam ini.” Ucapku menarik tangannya berbalik kembali menuju dormku.
“kau tidak akan meninggalkanku?” tanya doo joon menghentikan langkahnya. Aku hanya tersenyum menatapnya lalu melanjutkan langkahku pelan.
*
Aku masuk kedalam dorm dan mengira bahwa semua penghuninya lasih terlelap dalam mimpi mereka.
“darimana kau eun young?” shin rin menjatuhkan tamparanku ketika aku baru saja masuk kedalam dorm itu. Aku melihat seluruh member spin dan menejer jang sudah duduk diruang tamu bersofa biru tersebut. Aku tidak menggubris shin rin yang air matanya terus turun mengalir dipipinya. Aku menghampiri menejer jang yang duduk menutup wajahnya. Diatas meja diruang tamu itu, berjajar foto-foto aku dengan doo joon. Foto-foto yang aku tahu kapan dan dimana kami mengambilnya. Bahkan foto berciuman aku dan doojoon juga ada disana. Aku memperhatikan foto yang lainnya, tepat foto yang aku perhatikan adalah foto yang baru saja aku lakukan.
“hye ra eonnie, kau yang mengambil foto ini?” tanyaku menunjuk kedua foto yang sepertinya baru diambil tadi. Hye ra eonnie hanya mengangguk pelan.
“tolong telepon doojoon dan suruh ia kemari.” Perintah menejer jang. Aku langsung mengeluarkan ponselku mencoba menghubungi doo joon.
“bukan kau, aku menyuruh hye ra. Cepat telepon dia sekarang.” Menejer jang sedikit membentak membuat hye ra eonnie bergegas mengambil ponselnya. Aku memperhatikan shin rin yang sekarang menangis dipelukan soon mi. Soon mi hanya menatapku sinis seakan marah besar padaku. Aku berusaha tidak mengubris apa yang sedang mereka lakukan. Aku pun berjalan menuju kamarku dengan langkah biasa.
“tetap disini eun young.” Perintah menejer jang menyuruhku tetap diruangan yang panas menurutku. Aku pun membalikan badan lalu menyandarkan badanku ketembok.
Selang 20 menit kemudian, doo joon beserta menejer beast datang kedorm spin. Wajahnya terlihat biasa namun berubah setelah melihat foto dirinya bersama denganku.
“apakah ini kau doojoon?” tanya menejer jang menatap kearah doojoon yang duduk dihadapannya. Doojoon menatapku sekilas lalu memperhatikan foto-foto itu lagi.
“ne, itu aku.” Jawab doo joon tenang.
“dan apakah perempuan yang ada disini adalah kau eun young?” menejer jang sedikit membentakku.
“ne..” jawabku singkat. Tangisan shin rin kembali keras.
“kenapa kau melakukan itu eun young??” tanya shin rin terisak keras. Aku hanya diam tidak menggubrisnya. Menejer jang dan menejer beast hanya diam.
“kenapa kalian hanya diam? Kalian tidak menjelaskan ini semua?” teriak soo min memeluk shin rin.
“tidak ada yang perlu dijelaskan.” Sahutku cepat. doo joon hanya menatapku.
“kau!! Sebenarnya teman macam apa?? Kau menghancurkan perasaan sahabatmu sendiri eun young!” teriak soo min menghujatku namun aku tetap diam tidak mendengarkan ocehan soo min.
“soo min, diamlah!! Sekarang sudah pukul 7 pagi. Kalian harus latihan vokal, pergilah sementara aku dan eun young akan menyusul.” Ucap menejer jang mengusir ketiganya. Aku hanya tersenyum.
“ta...tapi...” sahut soo min seperti tidak menerima perintah menejer jang.
“pergilah dan jangan menguping!!” peritah menejer jang dengan keras. Ketiganya pun keluar dari dorm bersamaan dengan shin rin yang masih terisak.
“eun yung, duduklah.” Menejer jang menyuruhku duduk disebelahnya berhadapan dengan dongwoon.
“kalian tahu, seharusnya kalian tidak melakukan ini. Tapi mengapa kalian melakukannya?” tanya menejer jang lembut menatap kearahku. Aku hanya diam menunduk.
“tolong, SM tidak akan mau menerima ini. Drama kau dan shin rin masih berjalan, Kau tahu kan doojoon. Jadi menurutku, katakanlah pada shin rin kau masih mencintainya agar shin rin pun tidak memojokan eun young lagi..” ucapan menejer jang membuat aku kaget.
“dan, mulai hari ini dan kedepannya, tolong jauhi eun young.” Ucapan menejer jang membuatku menatap kearahnya.
“tapi, menejer..” sahutku penuh tidak percaya.
“ini demi spin dan hubunganmu dengan shin rin lebih membaik.” Menejer jang menatap kearahku.
“tidak adakah cara lain?” doo joon menyaut pelan.
“maaf doojoon, untuk saat ini, itulah cara terbaik.” Ucap menejer jang menatap kearah doo joon. Aku merasa ingin menangis menatap kearah doojoon. Doojoon hanya menunduk lemas mendengar keputusan itu.
“baiklah, urusan kita selesai. Aku berani jamin tidak ada satu infotainment yang mengetahui foto ini.” Ucap menejer jang menyimpan kembali foto itu didalam amplop coklat dan meletakan kesaku celananya.
“baik, terimakasih tuan jang.” Ucap menejer beast itu sambil menunduk. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat itu, doojoon melepasku dengan senyuman yang terlihat terpaksa saat itu. Aku tidak membalasnya dengan apapun, aku hanya mengikuti langkah menejer jang pergi ketempat latihan vokal hari ini, walaupun langkahku terasa berat saat itu.
*
“doojoon bilang padaku kalau foto-foto itu adalah bohong. Sementara foto-foto yang dipotret hye ra eonnie itu adalah jalan-jalan biasa. Aku sangat senang sekarang.” Suara shin rin terdengar jelas dari kamarku. Aku tidak menggubrisnya dan tetap mencari ponselku yang aku lupa meletakkannya dimana. Aku mulai pusing mencari ponselku dikamar, aku pun keluar kamar.
“kau mencari ini?” tanya hye ra eonnie menunjukan sebuah ponsel biru ditangannya.
“darimana kau dapatkan itu?” tanyaku sinis.
“tasmu, ini aku kembalikan.” Ucap hye ra tersenyum mengembalikan ponselku. Dengan cepat aku langsung mengeceknya. Tepat, nomorku sudah diganti dengan nomor yang baru. Sementara semua kontak dan foto-foto pribadiku semuanya tidak ada.
“aku menggantinya dengan memory card yang baru dan kartunya pula.” Ucap hye ra tersenyum. Aku menatapnya sinis lalu masuk kedalam kamar dan mencari sesuatu dilaci sebelah tempat tidurku.
“aku sudah mengeledah kamarmu, dan membuang barang barang yan menimbulkan bnyak kenangan dirimu tentang doojoon.” Uca hyera eonnie berdiri didepan kamarku.
“pergilah.” Ucapku mengunci pintu kamarku. Dengan cepat aku mengambil sebuah celana pendek dari dalam lemariku dan mengambil sebuah kertas kecil dari dalam sakunya.
“mianhae, doojoon. –eun young-” Ketikku diponsel lalu mengirim kenomor yang ada dikertas kecil tersebut dan meletakan kertas itu didalam saku celana itu lagi.
*
Sudah lebih dari dua bulan aku tidak bertemu dengan doojoon sama sekali. Bahkan menejer jang benar-benar membatalkan acara spin jika satu panggung dengan beast. Aku berusaha menerima ini, tapi hatiku berkata lain. Hatiku hanya tetap ingin bertemu doojoon dan melakukan apa yang sebelumnya sering kita lakukan.
Malam ini, aku hanya tinggal didorm berdua dengan hye ra eonnie. Aku menghampirinya yang sedang asik membaca buku diruang tamu.
“aku ingin bicara.” Ucapku pelan menatapnya. Hye ra eonnie langsung tersenyum menatapku dan menutup bukunya.
“kau sudah tahu ini semua dari awal kan?” tanyaku duduk dihadapannya.
“maksudmu hubungan terlarangmu dengan doojoon?” hye ra eonnie malah berbalik bertanya. Aku hanya diam sementara ia tersenyum kecil.
“semenjak dua minggu setelah kejadian itu, tingkahmu berubah. Kau sering pulang malam, selalu diam dan hanya mengobrol jika waktunya memungkinkan untukmu. Aku sedikit aneh akan hal itu hingga akhirnya aku memutuskan mengikutimu ketika kau pergi meninggalkan dorm malam kali pertama itu. Malam itu aku kehilangan jejak, namun setelah aku bertanya kepada seseorang, dia melihatmu masuk kedalam hotel bersama seorang lelaki malam itu. Aku sedikit kaget mendengar itu, saat itu aku berpikir tidak mungkin jika adik ketigaku dispin berbuat seperti itu. Lalu aku pergi kerumah ibumu memastikan apa yang telah kau katakan sebelum pergi kepada kami, benar, ibumu tidak bertemu denganmu malam itu sama sekali. Aku semakin yakin jika kau benar-benar pergi kehotel tersebut, aku pun menasaran dengan lelaki yang bersamamu malam itu...” ucapan panjang lebar hye ra eonnie tiba-tiba berhenti.
“lalu?” tanyaku dingin.
“aku mengajakmu hari minggu itu pergi juga karena aku ingin menyelidiki sesuatu yang sama. Benar tebakanku saat itu, kau pergi kembali dengan alasan berbeda dan malam sebelum itu aku menyelinap kekamarmu untuk mencaritahu lewat ponselmu. Dan aku kaget saat aku tahu bahwa yang mengajakmu pergi setiap malam adalah doojoon. Tapi aku hanya diam sampai waktu lalu aku memberikan foto-fotomu yang aku ambil dari folder rahasia diponselmu. Maaf, tapi aku bukan bermaksud untuk menjatuhkanmu.” Ucap hye ra eonnie menatapku. Aku hanya diam.
“hubungan sebenarnya shin rin dan doojoon yang sebenarnya aku juga sudah tahu.” Ucap hye ra kembali membaca bukunya.
“terimakasih.” Ucapku pelan lalu beranjak pergi meninggalkannya.
“bersenanglah, karena hubungan mereka akan berakhir setelah drama mereka juga berakhir minggu depan.” Ucap hye ra eonnie membuka lebar kesempatanku lagi.
*
Tidakkan semua orang berpikir bahwa terkadang teman dekat kita pun bisa menyakiti kita lebih dari musuh kita. Aku melakukannya sekarang. Walaupun sampai sekarang aku tidak merasa aku menyakiti perasaan temanku, aku hanya berpikir bahwa temanku terlalu bodoh untuk dibohongi oleh sahabatnya sendiri.
Pikiranku berkutat dilingkaran itu, sementara langkahku terus berjalan dimalam yang sangat dingin ini. Aku berjalan-jalan menikmati malam yang terlihat indah walaupun tanpa bintang. Tak jauh tatapanku memandang kearah seorang lelaki didepan sebuah jembatan putih dekat sebuah bangunan megah yang berdiri disebrang jembatan itu. Aku memperhatikan lelaki itu, wajahnya terlihat masam. Aku pun memaksakan langkahku menghampiri lelaki itu.
Aku sampai tepat dibelakang lelaki itu berdiri. Tangannya menggenggam erat jembatan tersebut. Aku berjalan mendekatinya lalu berdiri disebelahnya.
“kau menangis?” tanyaku memperhatikan wajahnya. Matanya meneteskan air mata. Aku mengusap punggungnya halus.
“aku merindukanmu.” Ucapnya menatap jauh kedepan jembatan tersebut.
“aku juga merindukanmu.” Jawabku pelan menggenggam tangannya yang terasa dingin dari telapak tanganku. Doo joon menatapku tajam.
“jangan menangis karenaku.” Ucapku berusaha tersenyum menatapnya. Doo joon ikut tersenyum menatapku lalu mencium keningku hangat.
*
Tepat seminggu setelah malam itu, drama shin rin dan doo joon berakhir. Perasaanku sangat senang hari itu, namun ada sesuatu yang mengganjalku saat itu. Akankah shin rin mau memutuskan hubungannya dengan doojoon.
Aku keluar kamar ketika shin rin baru pulang malam ini. Wajahnya terlihat sumringah. Aku menatapnya sinis ketika ia tersenyum kepadaku.
“hari ini 10 bulan hubunganku dan doojoon sudah aku jalani.” Ucapnya menatap kearahku.
“lalu??” tanyaku menatap kearahnya.
“aku kasihan padamu, carilah lelaki lain yang lebih baik dari doojoon, yaahh, walaupun aku tahu pasti sulit.” Ucap shin rin tersenyum sinis menatap kearahku.
“jaga omonganmu shin rin.” hye ra keluar dari kamarnya dan melerai kami. Aku terdiam. Aku seolah sadar apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku sudah merebut kekasih dari temanku sendiri, dan aku baru sadar sekarang.
“jangan selalu membicarakan hal itu disini, kau tahu kan gara-gara doojoon kalian berdua bertengkar hingga kini.” Ucap hye ra lagi. Dengan cepat, aku mengambil blazer hitam dan tas putihku lalu pergi keluar dorm yang membuat aku ingin menagis malam itu.
Aku berjalan keluar dorm hye ra eonnie sempat memanggilku namun aku tidak menggubrisnya sama sekali. Air mataku terus menetes sementara langkah kakiku tidak tahu akan membawaku kemana. Aku terus menangis malam itu, pikiranku campur aduk dan terus terngiang perkataan shin rin yang seakan aku ingin membunuhnya.
“temui aku ditempat biasa, sekarang...” ucapku terisak dari ujung ponselku lalu menutupnya kembali. Aku pun berjalan lagi menuju ketempat tujuan dari langkahku.
*
“ada apa?” suara doojoon masuk kedalam rumah yang sering kami kunjungi malam itu. Suaranya yang khas membuatku menatap kearahnya ketika aku sedang menangis memeluk lutut dipinggir tempat tidur putih yang tidak pernah kusam.
“kau kenapa?” tanya doo joon menghampiriku lalu memelukku. Aku semakin terisak ketika ia memelukku.
“berhentilah menangis, aku sudah ada bersamamu dan jika aku sudah berada disampingmu, aku tidak akan meninggalkanmu.” Ucap doojoon mengusap rambutku. Aku melepaskan pelukannya lalu menatap kematanya yang terlihat sayu.
“kau hanya milikku doojoon.” Ucapku kembali terisak memeluknya. Doo joon tersenyum mengusap rambutku. Doo joon membangunkanku lalu menidurkanku diatas tempat tidur putih tersebut. Ia hendak menyelimutiku, namun aku menghentikannya dengan menggenggam lengannya.
“tidurlah denganku malam ini.” Pintaku menghapus air mataku. Doo joon hanya tersenyum lalu pergi kesebelahku. Ia bersandar santai disebelahku sambil sesekali membelai rambutku. Aku hanya tersenyum menatapnya.
“mengapa kau menangis?” tanyanya pelan masih membelai rambutku.
“aku takut kehilanganmu.” Jawabku pelan memainkan jarinya. Doo joon hanya tersenyum mencium rambutku. Aku membalas senyumanya terbangun lalu duduk. Doo joon terlihat bingung lalu ikut bangun.
“waeiyo?” tanyanya memeluk tubuhku dari belakang. “sudah lama aku merindukan hal ini.” Ucapnya mencium leherku. Aku memegang belakang kepalanya lalu mengusapnya.
“aniyo.” Jawabku pelan. Doo joon melepaskan pelukannya lalu menggenggam erat tanganku. Senyumannya membuat aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ia memaksaku untuk menikmati bibirnya lagi untuk yang kesekian kalinya. Dan untuk yang kesekian kalinya aku juga menikmatinya.
Beberapa menit kemudian, secara tiba-tiba, ia melepaskan bibirnya yang terlihat basah. Aku bingung melihatnya, namun ia tersenyum padaku. Aku hanya menunduk pelan. Tangannya perlahan membuka kancing-kancing kemeja putihku.
“izinkan aku melakukannya untuk malam ini saja.” Ucapnya tersenyum. Aku tersenyum menghentikan tangannya didepan kancing ketiga kemejaku. Dengan cepat aku memeluknya.
“tidak untuk malam ini doo joon.” Ucapku pelan. Doo joon melepaskan pelukanku.
“kenapa? Shin rin?” tanyanya menatapku tajam. Aku hanya mengangguk pelan.
“hubunganku dengan dirinya sudah berakhir setengah jam yang lalu.” Ucap doo joon mengecup keningku. Entah perasaan apa yang bergelayut didadaku malam ini. Perasaanku terasa lega mendengar ucapan doo joon seketika. Aku menatapnya lalu mencium bibirnya dengan hangat.
*
Malam terdengar sepi. Hanya terdengar suara detik jarum jam yang terus berputar mengelilingi pinggirnya. Mataku perlahan terbuka. Samar-samar aku lihat tepat didepanku, jam masih menunjukan pukul 2 pagi. Aku menatap seorang lelaki tampan yang tertidur pulas disebelahku. Wajahnya seperti seorang malaikat yang selalu melindungiku. Aku sedikit menyentuh hidungnya dan bibirnya yang terlihat sangat indah.
“aku mencintaimu, doo joon.” Ucapku sedikit mendekat kearahnya lalu memejamkan mataku lagi. Pelukannya terasa semakin hangat ketika mataku terpejam kembali.
*tamat*