Laman

July 16, 2011

my boy is a mongdal (part 9)

“aku tidak mau membuat hatimu sakit nantinya, biarpun aku sudah seperti ini, lukaku belum hilang, jika nanti akhirnya aku meninggalkanmu, apa yg bisa aku lakukan?? Aku tdak cukup mampu untuk itu.” Eli bergumam dihadapan min rae yg tertidur lelap dihadapannya sambil mengusap pelan rambut min rae. Rintik hujan terdengar sangat jelas dari dalam kamar min rae. Sementara eli tidak mengetahui kalau min rae belum tertidur dan mendengar semua ucapan eli malam ini.

*

Gerimis datang kembali, sepertinya eli belum keluar kamarnya. Sementara itu pagi ini min rae sudah berada didepan sebuah gedung pencakar langit dipusat kota seoul. Ia mencari yang sekitar 2 hari lalu datang kerumahnya.

Setelah bertanya keresepsionis, min rae masuk kedalam ruangan seorang direktur. Ia melihat ayah eli tersenyum menatapnya.

“kau datang? Kau menemukan kyoung jae?” tanya lelaki itu sopan.

“jika aku menemukannya apakah aku boleh menikahh dengannya?” min rae berbalik bertanya dengan tatapan serius. Ayah eli menatapnya bingung.

“ijinkan aku menikah dengannya, ajjushi~” pinta min rae dengan mata sembab.

“siapa namamu?” tanya ayah eli santai.

“lee min rae. Aku sudah berpacaran dengan eli, ahh maksudku kyoung jae selama 3 bulan. Dia juga sudah tinggal dirumahku lebih dari 6 bulan.” Min rae menjelaskan semuanya pada ayah eli. “jika kau mau bertemu dengan anakmu, tolong ijinkan aku menikah dengannya.”

“itu tidak mungkin, anakku itu bukan manusia sungguhan, ada roh mongdal menetap ditubuhnya.” Sahut ayah eli cepat.

“aku tahu, aku tahu itu semua. Aku sudah memikirkan semuanya dan aku siap menerima konsekuensinya walaupun itu hal paling buruk.” Sahut min rae lagi. Ayah eli diam mendengar pinta min rae yang sangat membuat hatinya kagum.

“baiklah, pertemukan aku dengan kyoung jae sekarang.”

*

“pulanglah.” Ucap ayah eli ketika ia berhadapan dengan anaknya. Min rae hanya berdiri memperhatikan mereka berdua.

“aku tidak mau pulang, aku ingin tetap disini.” Jawab eli datar tanpa menatap keayahnya sama sekali.

“tapii, jika kau pulang, roh mongdal ditubuhmu akan sembuh.” Pinta ayahnya lagi. “dan jika kau terus disini kau akan dikira sebagai pasangan tanpa ikatan pernikahan, tidak baik tinggal dengan seorang perempuan lajang.”

“tidak ada hubungannya denganmu.” Sahut eli lagi.

“baiklah, kalau begitu menikahlah dengannya.” Tatapan mata ayah eli bertemu dengan tatapan min rae.

“Appa! Aku tidak mau menikahinya.”

“lalu, apa yg kau inginkan darinya?? Kau memacarinya lalu memutuskan hubungannya dan menikah dengan orang lain?? Kau anggap apa dia?” tanya ayah eli dengan nada tinggi.

“pergilah.” Eli berjalan masuk kedalam kamarnya. Min rae bingung lalu masuk kedalam kamar eli. Min rae langsung memeluk punggung eli dan menangis.

“jangan memohon kepada ayahku meminta hal bodoh seperti itu.” Ucap eli datar.

“aku....sudah memikirkan semuanya. Aku akan berusaha menjagamu. Aku tidak ingin kau pergi dariku eli-shi.” Min rae terisak dipunggung eli. Dengan perlahan, eli membalikan badannya dan meletakan kepala min rae didadanya.

“aku tidak ingin membuatmu sedih nantinya.” Ucap eli pelan.

“aku yakin tidak akan terjadi apa-apa setelah kita menikah nanti, aku yakin kau akan menjadi manusia seutuhnya.” Ucap min rae lagi. Eli tersenyum mengusap pelan kepala min rae.

*

Hari pernikahan itu pun datang, walau ada sedikit rasa takut didalam hati eli, eli menyembunyikannya dengan baik. Saat itu kakek eli juga datang, termasuk seluruh keluarga eli. Pesta itu sangat meriah.

*

Malam ini cukup hangat, eli dan min rae akhirnya bisa tidur disatu kamar yang besar dan disatu tempat tidur yang sama.

“kau sangat cantik hari ini.” Ucap eli menatap min rae yang duduk disebelahnya.

“kau juga tampan.” Sahut min rae dengan wajah memerah. Min rae membaringkan tubuhnya pelan, sementara eli berbaring disebelahnya.

“ehhmm, bagaimana kalau kita memulainya?” tanya eli memeluk min rae.

“aku tidak mau.” Sahut min rae membalikkan tubuhnya kesamping membelakangi eli.

“tapi kan kita sudah suami istri sekarang. Ayolah...” eli berbaring diatas tubuh min rae, sementara min rae tersenyum menatap eli. Malam yang indah.

*

Pagi menyisir kembali, sinar mentari masuk kecelah kamar eli dan min rae. Beberapa pakaian min rae dan eli berserakan dilantai. Min rae masih tertidur lelap diatas tangan eli dan eli pun juga masih memejamkan mata.

Perlahan mata min rae terbuka, ia memperhatikan sekelilingnya. Ia memperhatikan eli yang didadanya masih tertera luka mongdalnya.

“kau sudah bangun?” tanya eli yang melihat min rae sedang duduk disebelahnya sambil membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya. Eli tersenyum duduk disebelah min rae. “kau masih lelah?” tanya eli pelan. Min rae tersenyum lalu menggeleng meletakan kepalanya kepundak eli. Tangan eli pun merangkul punggung min rae.

“hari ini kita mau kemana?” tanya eli mengusap pelan punggung min rae.

“ehhmm, aku tidak ingin keluar kamar.” Jawab min rae tersenyum.

“kau tidak bosan?” tanya eli lagi.

“tidak, selama kau ada disampingku.” Jawab min rae tersenyum. Eli membalas senyuman min rae lalu mengecup kening min rae.

*

“ahh, sudah siang kalian baru saja keluar kamar.” Ucap ayah eli yang sedang meminum kopi diruang tengah sambil melipat koran yang baru saja ia baca.

“ahh, appa. Kami lelah karena kemarin, makanya kami bangun sedikit terlambat.” Sahut min rae tersenyum.

“ini untuk kalian, pergilah selama seminggu. Anggap saja itu hadiah pernikahan dari ayah.” Ayah eli meletakan dua tiket pesawat dengan tujuan pulau jeju keatas meja.

“untuk apa?” tanya eli datar.

“ahh, bulan madu. Benar. Gomapseumnida appa.” Sahut min rae cepat mengambil dua tiket itu.

“yaa, min rae benar. Kemasi barang kalian, 2 jam lagi pesawat akan segera berangkat.” Ucap ayah eli meminum kopinya lagi.

*TBC*

No comments:

Post a Comment