Laman

July 16, 2011

my boy is a mongdal (part 1)

Disebuah taman yang indah penuh dengan bunga, lelaki tampan menghampiri min rae. Min rae menatapnya penuh suka cita. Lelaki itu mendekat lalu memeluk min rae.

“brukkkkk~~” suara keras dari sebelah kamar minrae membuatnya terbangun dari mimpi indahnya.

“uwaahhh, mona~ apa yang kau lakukan?” teriak min rae masih setengah sadar. Tidak ada jawaban, sementara bunyi berisik semakin riuh dari sebelah kamarnya. “apa yang dilakukan mona??” gumamnya turun dari tempat tidur. Dirinya masih setengah sadar dan hampir tidak tahu dimana letak pintu kamarnya.

Keluar kamar, min rae masih mendengar suara berisik diruangan itu, “ini kan gudang, mana mungkin mona kesini. Kuncinya juga masih tersangkut.” Gumamnya membersihkan matanya. Min rae membuka kunci ruangan itu, namun ia berhenti untuk membuka pintu ruangan itu.

“tunggu sebentar, kalau bukan mona, lalu siapa?? Ini sudah jam 2 malam. Apa mungkin.... hantu? Ahh,andwae! Zaman modern seperti ini mana ada hantu?” ucap min rae sambil sedikit berpikir. Ia diam sejenak lalu membuka pelan pintu ruangan tersebut. Ruangan yang biasa gelap berubah menjadi sangat terang. Min rae gugup lalu berjalan masuk. “kenapa terang?” gumamnya pelan. Ia melangkahkan kakinya pelan. Ruangan itu benar benar sangat terang dengan berbagai tumpukan barang dan debu yang berserakan. Min rae tersentak ketika melihat seorang lelaki berusaha melepaskan tali dari tubuhnya. Min rae menatap lelaki itu dengan tatapan takjub.

“tidak, tidak mungkin lelaki yang dimimpiku tadi datang. Tapi, dia benar benar sama dengan lelaki yang dimimpiku tadi.” Gumam min rae dalam hati. “nu...nuguya?” tanya min rae memperhatikan lelaki yang sangat tampan itu. Lelaki itu menatap min rae sinis lalu meneruskan membuka ikatannya.

Lelaki itu hanya memakai celana panjang dan kemeja putih dengan seluruh kancingnya terbuka. Awal melihatnya, min rae langsung jatuh hati, karena lelaki itu adalah lelaki yang sering muncul dimimpinya. Namun ia sedikit bingung, dari mana datangnya lelaki yang membuat seisi ruangan menjadi terang ini.

“bibirmu berdarah, ayo ikut aku. Biar aku bersihkan.” Min rae menopang lelaki yang terlihat sangat lemah tersebut. Lelaki itu terlihat pasrah meletakan lengannya keleher min rae.

*

“kenapa kau bisa ada dirumahku? Aku kira kau mona, kau berisik sekali.” Ucap min rae sambil membersihkan luka dibibir lelaki itu. Lelaki itu hanya diam menatap min rae. “jangan menatapku seperti itu, aku jadi takut.” Min rae menatap keseluruh tubuh lelaki itu. Tampak putih, sedikit tergurat pertanyaan siapa lelaki ini. Jantung min rae semakin berdegup kencang ketika menatap mata lelaki itu. “apa mungkin dia malaikat yang dikirim tuhan?” gumam min rae dalam hati.

“dadamu terluka....” ucap min rae ingin membersihkan bercak darah didada lelaki itu.

“jangan disentuh.” Lelaki itu menghalau tangan min rae cepat. min rae terlihat bingung ketika darah yang mengalir langsung hilang meninggalkan sebuah bekas hitam bergambar 3 bintang didadanya. Min rae berpikir itu hanya sebuah tato yang anak muda biasa buat.

“siapa namamu? Kau datang dari mana?” tanya min rae yang terlihat kebingungan.

“siapa mona?” Lelaki itu berbalik bertanya. Min rae menatapnya bingung.

“ohh, dia itu kucingku, dia biasa berlari mengelilingi rumah, jadi tadi aku pikir kau itu mona. Mian.” Jawab min rae tersenyum sambil menggaruk kepalanya.

“aku tidak punya nama, aku datang dari langit. Aku sedang mencari sesuatu malam ini, tapi aku tersesat.” Ucap lelaki itu menjelaskan.

“kau gila?” tanya min rae sedikit berpikir.

“hmm, aku serius.” Lelaki itu menggeleng. Min rae berpikir sejenak.

“bagaimana kalau kau kupanggil eli?? Nama yang bagus bukan?” tanya min rae sambil mengingat mimpinya, di mimpinya lelaki itu ia panggil eli, eli kim. Lelaki itu menatap min rae, tatapannya lebih lembut dibanding awal mereka bertemu. “panggil aku min rae, dan aku akan memanggilmu eli. Bagus kan?”

“min rae??” eli mengulang nama min rae. Min rae mengangguk senang.

“sekarang kau ganti baju, bajumu kotor, malam juga terlalu dingin, nanti kau sakit. Setelah ganti baju, kau tidur. Dirumah ini ada kamar dilantai bawah, nanti kau aku antar.” Min rae mengeluarkan sebuah kaos besar dari dalam lemarinya lalu memberikannya kepada eli.

“bolehkah aku tidur disini? Tempat ini sangat nyaman.” Ucap eli memegangi kaos yang diberikan min rae. Min rae terlihat kaget dan bercampur senang.

“kau... kau yakin?” Tanya min rae mencari celana panjang untuk eli. Eli mengangguk cepat sambil menatap sofa panjang disamping pintu kamar min rae. Min rae mengerti lalu memberikan celana itu. “ya~~!! Jangan ganti disini. Diujung ada kamar mandi, kau ganti pakaian disana.” Teriak min rae sambil menutup matanya ketika eli hampir saja membuka celananya.

“ohh, mian.” Ucap eli datar keluar dari kamar min rae.

*

Hati min rae masih terus bertanya siapa lelaki tampan yang katanya dari langit ini, apa benar malaikat? Jantung min rae yang selalu berdegup kencang ketika eli menatapnya membuat perasaannya semakin aneh kepada eli.

Kamarnya cukup gelap dengan hanya diterangi lampu kecil disebelah tempat tidurnya, min rae masih menatap eli yang terlelap disofa panjang itu. Sesekali ia mengguratkan senyumnya sambil berimajinasi jika eli adalah lelaki yang dikirim tuhan untuknya.

*

“kemana min rae?” gumam eli yang baru saja membuka matanya memperhatikan tempat tidur min rae yang sudah rapi tanpa seseorang diatasnya. Eli membenarkan kaosnya lalu turun kelantai bawah. Dimeja makan, ia menemukan segelas susu hangat dan semangkok nasi beserta lauknya. “aku pergi dulu, nanti sore aku pulang dengan membawa makanan yang enak. Makanlah!!” sebuah kertas kecil disebelah mangkuk nasi membuat eli tersenyum.

*

“bodoh! Mana ada malaikat dengan bentuk seperti itu.” Ucap dongho ketika min rae selesai bercerita.

“benar! Dia sangat tampan, kulitnya mulus putih, tatapan matanya membuat hatiku mencair. Dan wajahnya sama seperti orang yang ada dimimpiku tiap malam. Ahhh,aku sangat senang....” cerita min rae lagi sambi sesekali mengingat wajah eli. “ahh, aku tidak sabar kembali kerumah dan bertemu dengannya.”

“pulanglah! Aku tidak suka mendengar kau menghayal terus.” Sahut dongho cepat meninggalkan min rae.

“tapi dongho, ini bukan hayalanku lagi.” Teriak min rae namun tidak berhasil menghentikan langkah dongho. “yasudah, jika kau tidak percaya.” Gumamnya sambil memanyunkan bibirnya.

*

“aku pulanggg....” teriak min rae sambil membawa beberapa makanan untuknya dan eli. “a...apa yang kau lakukan?” tanya min rae menjatuhkan makanannya sambil menuju kedapur. Eli menatapnya santai.

“kau memecahkan semuanya? Omo~ eli-shi, kau gila? Kau mau menghancurkan dapurku?” min rae memunguti pecahan pecahan piring dilantai dapurnya.

“mian, aku lupa caranya mencuci piring.” Jawab eli berusaha membantu min rae.

“sudah biar aku saja, aku tahu kau belum makan malam, itu sudah aku belikan.” Min rae mengusir eli agar menjauh darinya. Eli diam menatap wajah min rae. “sudah ku bilang jangan menatapku seperti itu.” Wajah min rae memerah.

“aku lupa semuanya, nama, semua orang, aku lupa.” Ucap eli sambil memukul kepalanya. Min rae menghentikan kegiatannya lalu menatap eli yang terlihat stress.

“sudahlah, mungkin kepalamu terbentur benda keras.” Jawab min rae menepuk pundak eli. Eli menggeleng, “lalu kenapa?”

“jika kau tahu aku akan memberitahumu dari semalam.” Jawab eli cepat lalu menuju ruang tamu mengambil makanan yang dibelu min rae.

“isshh, terlalu tampan namun bicaranya menyakitkan.” Gumam min rae membuang tumpukan pecahan piring tersebut.

*TBC*

No comments:

Post a Comment