Laman

July 16, 2011

my boy is a mongdal (part 5)

Eli membuka matanya pelan, ia memperhatikan sekelilingnya. Beberapa bercak darah tersisa dilantai. Ia memperhatikan tubuhnya yang terasa sangat berat. Ia melihat min rae yang pingsan didadanya.

“min rae-shi, kau tidak bekerja?” eli membangunkan min rae dengan nada pelan. Perlahan mata min rae terbuka, ia hendak mengangkat tubuhnya sendiri, namun sulit.

“eli-shi, bantu aku...bawa..aku kerumah sakit, aku tidak kuat....tubuhku...sakiiiiittt....” ucap min rae terbata-bata. Eli yang mendengar itu langsung terbangun dan mendapati tubuh min rae yang bersimbah darah.

“min rae, kau.. kau tidak apa-apa??” tanya eli yang wajahnya berubah menjadi ketakutan. Tidak ada jawaban dari min rae. Eli semakin bingung dan berusaha menyembuhkannya dnegan kekuatan mongdalnya, namun tidak berhasil sama sekali. Dengan cepat, eli menggendong min rae dan membawanya kerumah sakit.

*

“aku hampir membunuhnya.” Gumam eli menutupi wajahnya dengan suara menyesal. Pikirannya tidak bisa lepas dari min rae hingga dokter yang menangani min rae keluar dari kamar min rae.

“dia sudah stabil, apa dia diserang hewan buas? Beberapa luka menunjukan luka cakaran. Pundak dan punggungnya juga lebam. Tapi dengan beberapa hari perawatan dia sudah akan sembuh.” Penjelasan dokter membuat eli semakin merasa bersalah.

Eli masuk kedalam ruangan yg hangat, min rae masih terlelap. Eli duduk dikursi sebelah tempat tidur sambil memperhatikan tubuh min rae yang dibeberapa bagian diperban. Keningnya juga terlihat membiru. “aku jahat.” Gumam eli dalam hati.

*

Dua hari sudah min rae dirawat dirumah sakit, hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dengan sangat ceria walau masih beberapa luka yang terlihat min rae bangkit mengambil pakaiannya didalam tas.

“kau tunggu disini, aku akan mengganti pakaianku.” Ucap min rae senang menyuruh eli tetap dikamar itu. Min rae masuk kekamar mandi diruangan itu dan mengganti pakaiannya. “mana jaketku. Ahh, aku lupa mengambilnya.” Ucap min rae setelah mengganti baju. Beberapa luka dilengannya masih terlihat walau sudah tidak semerah pertama kali ia datang.

“kau melihat jaketku?” tanya min rae kepada eli yang langsung menatapnya. Eli melihat semua luka dilengan min rae termasuk luka lebam dileher belakang min rae. Lagi-lagi rasa bersalah eli muncul. “ahh ini dia.” Ucap minrae memakai jaket biru lautnya.

“maafkan aku.” Eli berdiri dihadapan min rae dengan perasaan sangat bersalah.

“eli-shi, sudahlah. Semua sudah lewat. Aku sudah sembuh. Ayo, kita harus pulang sudah cukup malam.” Sahut min rae tersenyum mengambil tasnya dan mengajak eli pergi.

*

Setelah menunggu bis cukup lama, eli dan min rae akhirnya menemukan bis yang mereka tunggu. Tidak terlalu ramai, mereka duduk tepat ditengah bis tersebut.

“aku tidak bisa tidur ketika dirumah sakit.” Ucap min rae memperhatikan jalanan yang basah karena gerimis sore tadi.

“bohong! Jika aku kesana kau selalu terlelap.” Sahut eli cepat. min rae terlihat kaget.

“itu aku tidak tidur agar kau tidak terlalu merasa bersalah.” Jawab min rae sedikit kikuk.

“bolehkah aku sedikit bertanya padamu? Kekuatan mongdalku menghilang, apa kau....” ucapan eli berhenti ketika min rae meletakan kepalanya dipundaknya. Eli tersenyum melihat min rae yang terlelap dipundaknya. “bodoh” ucap eli mengambil tas yang dipegang min rae.

*

Setelah 3 hari tidak bekerja, min rae kembali ke tempat kerjanya. Banyak pertanyaan dari dongho tentang luka dikening dan dilengannya. Namun min rae hanya menjawab jika ia diserang mona karena tidak ia beri makan selama dua hari.

“alasan yang tidak bagus!” ucap dongho kesal meninggalkan min rae yang terlihat lebih senang dibanding biasannya.

*

Hujan turun lagi, sore ini min rae sedang duduk diruang tamu sambil menikmati segelas teh hijau hangat dan membaca sebuah majalah. Beberapa saat kemudian, eli datang dengan membawa sebuah kue kering dan segelas teh hangat lalu duduk dihadapan eli.

“hujan hari ini indah.” Ucap min rae senang menatap wajah eli.

“hmmm,” jawab eli mengangguk. “ada yang ingin aku tanyakan padamu.”

“apa?” jawab min rae mengguratkan senyumnya lagi.

“mengenai malam itu, sejak malam itu kekuatan mongdalku tidak bisa digunakan kembali. Apa ada yang kau katakan malam itu? Atau jangan-jangan.....” eli mulai menebak-nebak. Min rae menatapnya dengan tatapan aneh.

“ahh, tidak tidak, malam itu au tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya mengatakan kalau kau itu harus segera sadar. Hahaha, jangan harap aku berkata yang tidak tidak.” Min rae mengelak sementara wajahnya memerah.

“tapi kenapa roh mongdalku sudah tidak berfungsi, bahkan tidak ada darah dan rasa sakit seperti biasanya.” Gumam eli semakin bingung.

“itu yang kubilang bahwa bukan hanya dua cara itu yang bisa menyembuhkanmu.” Sahut min rae sangat senang. Walaupun sejujurnya ia ingin sekali memberitahu eli.

*

Sore ini, min rae mengajak eli berjalan-jalan menikmati matahari senja. Mereka hanya berjalan kaki mengelilingi komplek perumahan min rae lalu berhenti disebuah jembatan yang dibawahnya adalah sebuah sungai yang jernih. Jembatan itu cukup tinggi sehingga memuat mereka bisa melihat ketempat yang lain.

“kenapa kau menyuruhku untuk berhenti disini?” tanya eli bingung memperhatikan sekelilingnya.

“lihat disana.” Ucap min rae menunjuk sebuah taman kecil dipinggiran sungai. “aku suka tempat itu. Banyak anak anak yang sangat senang bermain disana. Dan terkadang ada beberapa tindakan lucu dari anak kecil itu. Terjatuh, menangis, tertawa bermain air. Semuanya penuh dengan kejujuran. Karena dari sini aku bisa melihat itu dengan jelas.” Cerita min rae panjang lebar dengan wajah sumringah.

“dan disana.” Ucap min rae menunjuk arah yang berlawanan dan leih jauh dari taman itu. Eli ikut memperhatikan. “kau lihat beberapa nenek itu? Tak jauh dari tempat itu ada panti jompo. Disana penuh keceriaan dan indah jika dilihat dari sini. Setiap sebulan sekali aku kesana mengirimkan makanan untuk mereka.” Cerita min rae lagi yang sekarang menatap wajah eli.

“kau mengirim makanan?” tanya eli bingung. Min rae mengangguk penuh semangat. “kau membuatnya sendiri? Lalu kemana ayah dan ibumu? Apa tinggal diluar negeri? Kau bekerja kan? Kenapa tidak kuliah?”

“pertanyaanmu sangat banyak! Hahaha, ayah dan ibuku sudah meninggal ketika aku lulus sma. Karena itu lah aku tidak melanjutkan kuliah. Aku bekerja untuk membiayai hidupku, tidak dapat dibayangkan jika aku kuliah nanti siapa yang akan membiayaiku. Makanya aku bekerja.” Jelas min rae panjang lebar.

“sudah lama kau tinggal sendiri? Kau tidak bosan?” tanya eli lagi memperhatikan bayangan senja di atas air.

“hmm, kan ada mona.” Jawab min rae merangkul lengan eli dan meletakan kepalanya dipundak eli. “rasanya hangat.” Gumam min rae dalam hati. Sementara eli hanya tersenyum memperhatikan taman yang mulai sepi ditinggal beberapa anak-anak.

“eli!!” suara seorang wanita membuat min rae melepaskan rangkulan tangannya. Min rae memperhatikan perempuan cantik yang berdiri dihadapannya.

“ahh, kau datang.” Ucap eli tersenyum kepada perempuan itu. Sepertinya mereka sudah saling kenal.

“nuga?” tanya min rae bingung.

“namaku jenny. Kau?” ucap perempuan itu tersenyum.

“min rae.” Sahut min rae cepat.

“kita bisa pergi sekarang, kau pulang lebih dulu saja, aku akan pulang terlambat malam ini.” Ucap eli pergi bersama jenny. Hati min rae sedikit terguncang.

“siapa perempuan itu? Bertemu dimana dia dengan eli?? Ahh, tempat ini jadi tidak indah!” gumam min rae kesal melempari batu kearah sungai.

*TBC*

No comments:

Post a Comment