Laman

December 9, 2011

[FF] 비가... (oneshoot)

Aku, memang tidak seberuntung perempuan lain yang bisa merasakan senandung angin diakhir musim semi. Aku hanya bisa memperhatikan tarian dedaunan dari atas tempat tidur disalah satu ruangan di sebuah rumah sakit. Sudah hampir 10 hari aku menunggu kepergian hidupku diruangan ini. Hanya sendiri entah ditemani sepi dan sebuah tempat tidur yang kosong disebelahku. Dari dulu, sejak aku keluar masuk rumah sakit, tempat tidur disebelahku selalu saja kosong.

“selamat pagi bi ka...” seorang perempuan tersenyum masuk kedalam kamarku sambil membawa buah buahan. Dia istri kakakku. Sangat cantik, aku berpikir kakakku adalah seorang pemilih yang baik. “hari ini aku yang menemanimu, ayah dan ibumu akan datang nanti sore, tapi satu jam lagi aku harus pergi kuliah jadi aku harus meninggalkanmu sendirian, kau tidak apa-apa kan?” aku hanya tersenyum mengiyakan ucapannya karena aku sudah terbiasa sendiri dan menahan semua penderitaan ini sendiri.

“ahhh, untuk apa aku dirawat? Aku sudah sembuh, lihat ini aku sudah bisa menggerakan kakiku aku bahkan bisa melompat setinggi tingginya....” seorang lelaki yang dituntun oleh dua orang suster berteriak aneh sambil menendang nendangkan kakinya. Aku memperhatikannya masuk kedalam ruanganku hingga seorang suster meletakan cairan infus disebelah tempat tidur yang kosong.

“kau disini sampai dokter menyatakan kau benar benar sudah sembuh.” Seorang suster keluar dari ruangan sambil membawa beberapa catatan.

“ahhh, suster macam apa dia, aku kan sudah sembuh.” Gumam lelaki itu sendirian. Istri kakakku menyuapi beberapa apel yang baru saja ia kupas kepadaku. Lelaki itu memperhatikanku yang sedang memperhatikannya. “aku boleh minta airmu? Aku haus. Ahh rumah sakit macam apa ini, mereka ingin aku dirawat disini tapi tidak ada makanan sama sekali dimejaku.” Lelaki itu mengambil segelas air yang ada dimejaku lalu meminumnya. Dia terlihat sangat sehat dan semakin tidak jelas tingkah lakunya ketika ia memasang headsetnya dan bernyanyi pelan.

“aku harus pergi sekarang, kau habiskan ini dan jangan lupa minum obatnya.” Perempuan cantik itu meninggalkanku dengan menyisakan piring yang berisi tiga potong apel. Lelaki itu memperhatikan istri kakakku itu pergi. Aku meletakan piring itu diatas meja disebelahku. Lelaki itu kembali memperhatikanku.

“kenapa tidak kau habiskan?” tanya lelaki itu dengan wajah aneh. Aku hanya membalasnya dengan senyum lalu berbaring menutup seluruh tubuhku dengan selimut.

*

Malam telah datang, aku pikir aku sudah tidak bisa melewati malam yang indah diakhir musim semi ini. Rasanya hangat tidak seperti biasanya. Mungkin karena aku sedikit lega akhirnya ada seseorang yang satu ruangan dirumah sakit ini denganku. Mataku memang belum terpejam, aku sedikit takut ya takut mataku akan terpejam untuk selamanya.

“kau belum tidur?” suara lelaki itu membuatku sedikit kaget. Aku membuka selimut yang menutupi wajahku dan menatap wajah lelaki itu. “namaku jin young. Kau?” tanyanya dengan suara pelan.

“hwang bi ka.” Jawabku pelan. Aku mengalihkan pandanganku kearah lain.

“bi ka? Hujan? Aku baru pertama kali mendengar nama seperti ini dihidupku. Aneh...” jin young merubah posisi duduknya. Ia menghadap kearahku sekarang.

“appa yang memberikan nama ini untukku, katanya, ia ingin aku seperti hujan disaat musim semi, indah dan tetap hangat membuat bunga bungan semakin mekar dan berkilau jika diterpa sinar mentari.” Ceritaku pelan. Entah kenapa, aku menceritakan ini padanya, padahal aku sudah berjanji agar hanya aku, appa, dan eomma yang tahu tentang ini.

“lalu, apa kau suka hujan?” tanya jin young disertai senyumannya.

“hem, aku sangat menyukai hujan.” Jawabku memperhatikan jendela rumah sakit yang terlihat basah.

“sepertinya kau melewatkan hujan sore tadi, kau tertidur seharian.” Ucap jin young merebahkan tubuhnya. “selamat tidur.” Ucapnya pelan.

Ya, aku melewatkan hujan untuk yang pertama kalinya.

*

Dada ini, rasanya benar benar sakit. Sangat sakit, aku tidak bisa berkata apa-apa, semua gelap, gelap dan sepi.

“bi ka-ahh, lihat gerimis sudah datang...” jin young menarik tanganku. Perlahan, aku membuka mataku, semua hanya mimpi. Aku masih memegangi dadaku lalu berjalan mengikuti tarikan tangan jin young.

“wahhh indah...” ucapku memperhatikan seluruh taman hijau disamping rumah sakit yang terhempas gerimis. Cuaca yang kuinginkan benar benar aku rasakan membuatku lupa akan semuanya.

“kau sudah lama dirawat disini?” tanya jin young mengunyah permen karet. Aku hanya mengangguk pelan. “kau tidak bosan? Aku saja yang semalam disini terasa seperti satu tahun.”

“sebenarnya kau sakit apa? Tidak terlihat seperti orang sakit.” Tanyaku tersenyum masih memperhatikan rintik hujan yang menyentuh jendela ruangan ini.

“aku baru saja operasi lambung, ada masalah dengan lambungku, kau?” tanyanya membuatku mengalihkan pandanganku.

“aku, mempunyai penyakit yang sangat parah, kangker hati stadium akhir.” Ucapku pelan. Jin young menatapku dengan tatapan kaget. “ya~ kau kenapa? Tidak usah menatapku seperti itu, kau lihat aku masih bisa menendang seperti ini.” Aku menyembunyikan kesedihanku dari hadapannya sambil mempraktikan tendangan yang ia buat kemarin.

“haha, ne kau harus semangat semua akan berakhir...” ucap jin young menggaruk kepalanya sambilmemperhatikanku.

*

Dadaku benar benar terasa sakit malam ini, aku ingin berteriak tapi ini sangat sulit ketika aku melihat jin young yang terlelap disampingku. Aku menggigit bantalku berharap sakit ini berhenti. Tuhan, hentikan ini......

*

“kau sudah tidak apa-apa, seharusnya kau cepat panggil kami agar kau tidak pingsan seperti semalam.” Suara dokter terdengar keras hingga jin young terbangun dari tidurnya. “minumlah obatnya.” Dokter itu pergi meninggalkan ruangan itu.

“kau kenapa semalam?” tanya jin young bingung.

“aku tidak apa-apa.” Jawabku pelan memperhatikan beberapa obat dihadapanku.

“3 hari disini, aku tidak pernah melihat kau meminum obatmu, kau tidak ingin sembuh?” jin young menatapku bingung.

“tugasku disini hanya menunggu, bukan minum obat.” Ucapku berusaha tersenyum walau dadaku masih terasa sakit.

*

“bi ka-ah, bi ka-ah, apa kau sudah tidur?” jin young menggoyang goyangkan tubuhku. Aku menatap bingung wajahnya lalu memperhatikan jam yang menunjukan pukul 2 dini hari. “lihat, hujan, kau suka hujan kan? Ayo cepat.” jin young menarik tanganku untuk kedua kalinya. Dan aku menurutinya.

“ahh hujan malam hari benar benar indah, kau lihat bintang pun masih kelihatan.” Ucapku sambil menunjuk sebuah bintang dari balik jendela. Jin young hanya diam. “heh, indah, aromanya juga harum, aku suka hujan.... hujan malam ini adalah hujan paling indah, dan.... hhhh, aku, ingin melihat hujan yang seperti ini lagi besok, lusa dan seterusnya....” air mataku mulai menetes. Seluruh ucapanku mulai tidak beraturan.

“bi ka, kau menangis?” tanya jin young. Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku namun suara tangisanku terus terdengar ditelinga jin young.

*

Suara alat pendeteksi jantung terdengar jelas. Suara tangisan mulai mereda. Namun, semua beban yang aku rasakan terasa hilang. Pundakku ringan sekarang.

“bi ka-ahh, bangunlah, kau lihat diluar sedang turun hujan, kau harus melihatnya kan? Ayo bi ka bangun....” suara seorang lelaki yang sangat aku kenal terdengar jelas ditelingaku. Wajahnya terlihat sedih. Tetesan air matanya mulai turun.

“bi ka, eomma disini, ayo bangung, bi ka. Eomma akan menepati janji eomma jika kau sadar....” suara eomma juga terdengar jelas ditelingaku. Aku juga melihat appa, oppa dan istrinya yang terlihat tegar.

*

“bebanku benar benar hilang. Aku sudah bahagia disini. Meninggalkan kalian dengan membawa beban yang ada dipundak kalian. Maafkan aku, selama hidupku hanya merepotkan kalian. Aku bukan anak yang baik, aku selalu kalian suapi, kalian jaga, tanpa aku membalasnya.

Aku suka hujan, sama seperti namaku, yang berarti hujan. Tapi, apa karena namaku ini aku tidak bisa bersentuhan dengan hujan? Aku ingin seperti anak-anak lain yang bisa bermain ditengah hujan dengan orangtuanya atau seperti perempuan dewasa yang pergi dengan kekasihnya saat hujan turun. Tapi itu semua tidak pernah aku rasakan selama hidupku.

Lima hari terakhir dalam hidupku, aku merasakan kehidupan yang aneh diruanganku. Selalu ada keluhan, makananku selalu habis, dan selalu saja kotor. Tapi aku senang ada jin young disisiku. Dia selalu membuatku tersenyum dari awal ia datang keruangan ini. Dia adalah orang pertama sekaligus orang terakhir yang menempati tempat tidur disebelahku. Dia juga lelaki pertama yang menemaniku untuk melihat hujan. Dan dia juga lelaki pertama yang membiarkan aku menangis didadanya. Gomawo jin young. Kau membuatku pergi dengan senyuman.”

*END*

2 comments:

  1. huweeeeeee... T^T
    akhirnya bi ka meninggal dunia dengan tenang :'(
    bagus chingu :D :D
    saya suka gaya bahasanya,, xD xD
    keep writing ya! Hwaiting! :D

    ReplyDelete
  2. Heheh, sedih huhu~ #plak :D
    makasih makasih chingu, neomu neomu neomu gomawo~
    nanti kalo ada yang baru aku kasih tau lagi deh :D

    ReplyDelete